• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Pernik

Kesakralan Makanan Bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani

Kesakralan Makanan Bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani
Kesakralan Makanan Bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani (Foto: NU Online)
Kesakralan Makanan Bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani (Foto: NU Online)

Jika kita mendengar kata sakral, yang dibenak kebanyakan masyarakat adalah hal yang berbau klenik, keramat, dan ritual mistis. 


Kesemuanya terpatri dalam ingatan kolektif masyarakat, sehingga menjadi kebenaran sepihak (individual). Tanpa pendalaman makna sakral untuk forma yang lain dan lebih luas.


Jika kita merujuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sakral bermakna keramat dan suci. 


Sedangkan kita, sebagai hamba yang diberikan keluasan dan kedalaman akal, sudah sangat bisa untuk mendekonstruksikan makna sakral yang lebih humanis dan sosial dalam kehidupan sehari-hari, seperti sakralnya makanan yang di dalamnya juga termasuk minuman. 


Kenapa makanan dianggap paling sakral? Yakni keramat dan suci. Karena makanan berkaitan dengan kesehatan jasmani dan rohani. Sehatnya jasmani maupun rohani tergantung dari apa yang kita makan. 


Apa yang kita makan menentukan masa depan kesehatan jiwa dan raga. Jika makanannya baik maka jiwa dan raga akan baik. 


Baiknya suatu makanan bisa dilihat dari kacamata agama dan sains. Dari segi agama, makanan yang baik dimulai dari proses didapatkannya makanan tersebut, apakah dengan cara halal atau haram. Seperti halal dengan jual beli, dan haram dengan riba, korupsi, dan mencuri. 


Selanjutnya secara zat, apakah makanan itu dihalalkan oleh agama atau diharamkan.


Makanan yang dihalalkan seperti telur, ayam, kambing, sapi, dan sebagainya. Sedangkan makanan yang diharamkan seperti anjing, babi, darah, nanah, dan sebagainya. 


Selanjutnya makanan baik secara sains. Salah satunya ilmu gizi. Makanan yang kita makan tidak boleh asal-asalan. Pertama, harus pas dan sesuai apa yang dibutuhkan tubuh. Kedua, tidak kekurangan ataupun kelebihan. 


Pertama, dalam ilmu gizi, makanan yang baik mengandung 4 sehat 5 sempurna, seperti adanya karbohidrat, protein, lemak, sayuran, buah-buahan, dan lain sebagainya. 


Karbohidrat seperti beras, jagung, kentang, dan ubi. Protein seperti telur, daging, ikan, tempe dan tahu. Lemak seperti kacang-kacangan, putih telur, alpukat dan minyak kelapa. 


Sayur-sayuran seperti bayam, sawi, daun pepaya, daun singkong, kol, dan brokoli. Kemudian buah-buahan seperti pisang, semangka, jeruk, alpukat, anggur, dan melon. 


Kedua, makanan baik dari segi konsumsi. Apakah kelebihan atau kekurangan. Seperi orang kelebihan gula akan menyebabkan gula darah tinggi, diabetes, obesitas, dan kelebihan minyak-minyakan bisa menyebabkan kolesterol. 


Sebenarnya semua makanan itu baik asal dikonsumi dengan takaran yang baik dalam setiap harinya. 


Setiap orang makan apapun yang halal itu boleh dan baik. Akan tetapi jika melebihi kalori maka akan bermasalah. Salah satunya menyebabkan penyakit obesitas. 


Obesitas disebabkan karena kalori yang masuk (dimakan) tidak sebanding dengan kalori yang dikeluarkan (untuk gerak). Seseorang yang kalorinya lebih sedikit dari pada pengeluarannya, maka bisa menyebabkan kurus kering. 


Selain itu, orang yang kekurangan gizi salah satu dari komponen 4 sehat 5 sempurna juga akan menyebabkan ketidakseimbangan tubuh yang bisa menimbulkan penyakit tertentu. 


Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengamati kesakralan makanan yang akan kita konsumsi. Sehingga jika baik secara sains, maka akan baik bagi tubuh dan baik secara agama, maka baik bagi jiwa (roh). 


Marilah dari sekarang, kita semua untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan memilah makanan. Karena makanan adalah sakral, dan baik untuk sakralnya kehidupan. 

(Yudi Prayoga)
 


Pernik Terbaru