Pernik

Dari Doa Safar hingga Amalan Sunnah: Merawat Spiritualitas Umat

Ahad, 3 Agustus 2025 | 10:29 WIB

Dari Doa Safar hingga Amalan Sunnah: Merawat Spiritualitas Umat

Dari Doa Shafar hingga Amalan Sunnah (Kaligrafi: NU Online)

Setiap bulan dalam kalender Hijriah memiliki keindahan, kisah, dan makna yang menyertainya. Namun, di antara bulan-bulan itu, Safar sering kali diperlakukan berbeda. Tidak jarang masyarakat masih memandang Safarsebagai bulan yang sarat dengan kesialan, penuh bala, dan berisi berbagai musibah. Pandangan ini sejatinya merupakan warisan lama dari masa jahiliyah, ketika manusia lebih percaya pada mitos dan takhayul dibanding pada kuasa Allah swt.

 

Padahal, dalam ajaran Islam, tidak ada bulan yang membawa sial, tidak ada hari yang mendatangkan celaka dengan sendirinya. Rasulullah menegaskan dalam sabdanya: “Tidak ada penularan penyakit dengan sendirinya, tidak ada kesialan pada burung hantu, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar” (HR Bukhari-Muslim).

 

Hadits ini hadir sebagai penegasan bahwa nasib baik dan buruk sepenuhnya berada dalam genggaman Allah, bukan ditentukan oleh waktu tertentu.

 

Doa Safar: sebuah penghambaan, bukan jampi-jampi

Seiring dengan meluasnya pandangan keliru, sebagian umat justru menjadikan bulan Safar sebagai momentum memperbanyak doa keselamatan. Ada doa-doa yang dikenal sebagai doa Safar, yang dipanjatkan agar dijauhkan dari musibah dan dilimpahi perlindungan Allah. Doa ini bukanlah mantra penolak bala dalam arti magis, melainkan wujud penghambaan dan tawakal seorang hamba kepada Tuhannya.

 

Salah satu doa yang sering diamalkan berbunyi:

 

اللَّهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ هَذَا الشَّهْرِ، وَادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ، وَاجْعَلْنَا فِيهِ مِنَ السَّعِيدِينَ الْفَائِزِينَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

 

Artinya: Ya Allah, cukupkanlah kami dari keburukan bulan ini, jauhkanlah dari kami segala bala, dan jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang berbahagia dan memperoleh kemenangan dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang.

 

Doa ini, bila dipanjatkan dengan hati yang tulus, akan menghadirkan ketenangan batin. Sebab, sejatinya perlindungan bukan datang dari waktu atau bulan tertentu, melainkan dari Allah semata.

 

Amalan sunnah: menata batin di bulan Safar

Selain doa, bulan Safar juga dapat dimaknai dengan memperbanyak amalan sunnah. Di antara amalan yang sangat dianjurkan adalah shalat sunnah, baik shalat dhuha, tahajud, maupun shalat sunnah lainnya. Setiap sujud yang dilakukan, setiap doa yang dipanjatkan, adalah ikhtiar batin untuk menguatkan hati.

 

Demikian pula dengan sedekah. Rasulullah bersabda: “Sedekah itu dapat memadamkan murka Allah dan menolak kematian yang buruk” (HR Tirmidzi).

 

Dengan memperbanyak sedekah di bulan Safar, umat bukan hanya merawat spiritualitas diri, tetapi juga menyebarkan keberkahan bagi sesama.

 

Amalan lain yang tak kalah penting adalah membaca Al-Qur’an dan memperbanyak istighfar. Membaca ayat-ayat suci adalah cara membersihkan hati dari kegelapan, sementara istighfar adalah jembatan untuk kembali kepada Allah. Dengan demikian, bulan Safar justru menjadi sarana untuk menumbuhkan ketenangan batin, bukan kegelisahan.

 

Meluruskan pandangan, merawat spiritualitas

Kesalahan terbesar yang terjadi di tengah masyarakat adalah meyakini bahwa Safar membawa kesialan. Keyakinan ini bertentangan dengan prinsip tauhid. Sebab, pada hakikatnya, semua yang terjadi di alam semesta berada dalam genggaman Allah. Dengan meluruskan pandangan ini, umat akan terhindar dari ketakutan yang tidak berdasar, sekaligus lebih mampu memaknai setiap waktu sebagai karunia.

 

Bulan Safar, jika diisi dengan doa dan amalan sunnah, akan melahirkan kekuatan spiritual yang nyata. Spiritualitas bukan hanya tampak dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam cara kita menghadapi hidup dengan optimisme, kesabaran, dan rasa syukur. Inilah inti dari rahmatan lil ‘alamin, menghadirkan kedamaian, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

 

Menjadi umat yang optimis

Umat Islam semestinya menjadikan bulan Safar sebagai kesempatan untuk menata hati. Jangan biarkan mitos menjerat pikiran dan melemahkan semangat hidup. Jadikan Safar sebagai pengingat bahwa setiap detik kehidupan adalah kesempatan untuk memperbanyak amal kebaikan.

 

Dengan doa yang tulus, amalan sunnah yang terjaga, serta hati yang penuh tawakal, bulan Safar akan menjadi bulan yang indah. Bukan lagi bulan yang ditakuti, melainkan bulan yang memupuk harapan dan keyakinan.

 

Pada akhirnya, dari doa Safar hingga amalan sunnah, umat Islam diajak untuk merawat spiritualitasnya. Sebab, hanya dengan hati yang terhubung kepada Allah, manusia dapat menjalani kehidupan dengan damai, penuh optimisme, dan jauh dari belenggu ketakutan semu.​​​​​​​

 

(Rudy Irawan)