• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Syiar

4 Permata dalam Diri Manusia yang Perlu Dijaga

4 Permata dalam Diri Manusia yang Perlu Dijaga
4 Permata dalam Diri Manusia yang Perlu Dijaga. (Ilustrasi foto: NU Online)
4 Permata dalam Diri Manusia yang Perlu Dijaga. (Ilustrasi foto: NU Online)

Manusia adalah makluk ciptaan Allah yang istimewa. Dibanding makluk lainnya, manusia diciptakan sempurna, karena diberikan akal dan pikiran, untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Penciptaan manusia menjadi salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah swt.


Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa diberi syahwat dan nafsu. Hewan dibekali syahwat sehingga hidupnya hanya mengikuti keinginan semata, seperti makan, minum, berhubungan badan dan segala keinginan yang bersifat jasmaniah. Sementara setan diciptakan hanya dengan bekal nafsu sehingga sepanjang hidupnya selalu ingkar akan nikmat Allah.  


Sementara manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya: 


لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ


Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.


Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya. 


Dilansir dari NU Online, manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan yang hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya mengumbar hawa nafsunya. Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. 


Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam haditsnya, sebagaimana dikutip dalam Ihya’ Ulumiddin.


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَةُ جَوَهِرَ فِيْ جِسْمِ بَنِيْ اَدَمَ يُزَلُهَا اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ وَالدِّيْنُ وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِحُ


Artinya: Rasulullah saw bersabda, “Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat hilang karena empat hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, dan amal saleh”.


Adapun penjelasan keempat permata tersebut sebagai berikut:


Pertama, akal.

Akal adalah alat untuk memahami agama. Agama adalah rambu-rambu atau aturan yang memberikan arah pada manusia, sifat malu adalah pengendali, dan amal saleh adalah buah dari akal memahami agama dengan pengendali berupa sifat malu tadi. 


Akal menjadi pemimpin dalam tubuh manusia untuk memahami mana yang hak dan batil, mana yang patut ataupun tidak, mana yang harus dikerjakan ataupun ditinggalkan. 


Ibnu Hajar al-Asyqalani dalam kitabnya Nashaihul Ibad mendefinisikan akal sebagai:


جَوْهَرٌ رُوْحَانِيٌّ خَلَقَهُ اللهُ تَعَالَى مُتَعَلَّقًا بِبَدْنِ الاِنْسَانِ يُعْرَفُ بِهِ الْحَقُّ وَالْبَاطِلُ


Artinya: Permata ruhani ciptaan Allah yang berada dalam jasad manusia untuk mengetahui sesuatu yang hak dan batil.


Kedua, agama.

Agama adalah aturan atau norma yang mengarahkan akal manusia untuk menerima hal-hal yang baik, layak, dan pantas. Agama menjadi pedoman bagaimana manusia menjalani kehidupannya, bagaimana mengendalikan syahwat dan nafsu.


Akal sehat akan mengarahkan kita dapat menerima agama yang hanif (lurus), yang mampu memberikan ketenangan lahir batin dan dapat melahirkan sifat pengendali (malu), serta membuahkan amal saleh.  


Ketiga, malu.

Malu merupakan sifat yang dikembangkan oleh agama untuk mengendalikan perilaku manusia, yang dapat membedakan kita dengan hewan ataupun setan. Oleh karena itu, Ibnu Hajar al-Asqalani membagi malu menjadi dua, yakni haya’un nafsiyun dan haya’un imaniyun. 


Haya’un nafsiyun adalah rasa malu yang diberikan Allah pada setiap manusia, seperti rasa malu memperlihatkan aurat dan sejenisnya. Sifat ini tidak diberikan pada hewan. 


Sementara haya’un imaniyun adalah: 


أَنْ يَمْنَعَ المُؤْمِنُ مِنْ فِعْلِ الْمَعَاصِي خَوْفًا مِنَ اللهِ


Artinya: Ketika seorang mukmin mampu mencegah dirinya untuk berbuat maksiat karena takut kepada Allah swt.


Sifat ini hanya diberikan pada orang mukmin yang mampu menggunakan akalnya untuk memahami perintah dan larangan Allah. Karena itu, wajar jika Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan: 


اَلْحَيَاءُ مِنَ الْاِيْمَانِ


Artinya:  Malu itu sebagian dari iman.


Malu dalam hal ini misalnya malu untuk berbuat maksiat, malu meninggalkan perintah agama, malu tidak berbuat baik, dan sebagainya.


Keempat, amal saleh.

Amal saleh yakni perbuatan yang patut dan baik menurut kaidah agama. Amal saleh adalah buah dari kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan. 


Banyak orang mampu memahami agama atau mengerti ilmu agama, tetapi tidak mampu mengendalikan syahwat dan nafsunya, sehingga ia tidak memiliki rasa malu, maka ia hanya bisa melakukan sesuatu yang hanya berorientasi pada kebutuhannya yang kadang merugikan orang lain. 


Contoh sederhana yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, betapa banyak orang pandai agama tetapi tidak mampu mengendalikan diri, sehingga ia bukan mengamalkan ilmu agama, namun hanya memperalat agama untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya. Maka akibat yang timbul dari itu, bukan amal saleh tetapi justru maksiat.  


Rasulullah dalam hadits di atas juga mengingatkan pada kita akan bahaya yang mengancam empat permata manusia tersebut. 


Rasul mengatakan: 


فَالْغَضَبُ يُزِيْلُ الْعَقْلَ وَالْحَسَدُ يُزِيْلُ الدِّيْنَ وَالطَّمَعُ يُزِيْلُ الْحَيَاءَ وَالْغِيْبَةُ يُزِيْلُ الْعَمَلَ الصَّالِحَ 


Artinya: Ghadlah (marah-marah) dapat menghilangkan akal, iri dan dengki (hasud) dapat menghilangkan agama, serakah (thama’) dapat menghilangkan sifat malu, dan menggunjing (ghibah) dapat menghilangkan amal saleh.


Itulah empat permata yang ada dalam diri manusia, yang seharusnya dijaga agar selalu berada di jalan yang benar. Semoga kita dapat mengoptimalkan permata yang ada dalam hidup kita untuk menjadi insan pilihan sehingga kita masuk dalam kategori orang-orang yang bertakwa (muttaqin).
 


Syiar Terbaru