• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Bagaimana Hukum Amal Jariah Non-Muslim yang Kemudian Masuk Islam?

Bagaimana Hukum  Amal Jariah Non-Muslim yang Kemudian Masuk Islam?
Amal jariah tak terputus meski pelakunya sudah meninggal dunia (Ilustrasi: NU Online)
Amal jariah tak terputus meski pelakunya sudah meninggal dunia (Ilustrasi: NU Online)

Sedekah jariah atau amal jariah merupakan perbuatan yang mulia, karena melahirkan perbuatan yang baik kepada sesama manusia dan kemaslahatan umat. 

 

Agama Islam sangat mendorong umatnya untuk selalu beramal yang baik, baik untuk dirinya, keluarga, saudara, tetangga, dan sesama manusia. Sehingga Allah swt akan memberikan pahala dari setiap amal jariah seorang Muslim. Meskipun di dalam hadits disebutkan sebesar "dzarrah", ditafsirkan sebagai sebesar biji sawi. 

 

Akan tetapi, bagaimana dengan amal jariahnya orang non-Muslim yang bersedekah kepada umat Islam? Dan bagaimana juga jika orang non Muslim tersebut masuk Islam?

 

Seperti contoh, ada seorang non-Islam yang bersedekah harta benda atau uang untuk pembangunan masjid atau madrasah pondok pesantren. 

 

Maka jawabannya infak atau amal jariah orang non-Muslim adalah sah atau diperbolehkan. Sedangkan amal tersebut bisa diterima oleh Allah swt jika kemudian orang non-Muslim tersebut masuk agama Islam. 

 

Keterangan tersebut dinukil dari beberapa sumber kitab, diantaranya, kitab Tafsir Ibn Katsiir Juz II, halaman 247, kitab Al-Syarqawii, halaman 174, kitab Nihayah al-Zain halaman 268, kitab Al-Bajuri, halaman 43, kitab Tuhfah al-Habiib halaman 167, kitab Syarh Sulam al-Munajah, halaman 14, kitab Nihayah al-Muhtaj V/356, kitab Tuhfah al-Muhtaj VI/236, kitab Asnaa al-Mathaalib II/457, kitab Al-Bujairamii 'alaa al-Iqna' III/189.

 

نهاية الزين ص ٢٦٧: إنما (صح وقف) ما يأتي من أهل تبرع في الحياة ككافر ولو لمسجد

 

Innamaa (shachha waqfu) maa yaktii min ahli tabarru'in fil chayaati kakaafirin walau limasjidin

 

Artinya: Nihaayah al-Zain, halaman 268: Waqaf dari orang ahli kebajikan itu sah, seperti wakaf dari orang kafir (yang ahli kebajikan), meskipun untuk masjid. 

الشرقاوي ص ١٧٤: وأن يكون الواقف أهلا للتبرع فيصح من كافر ولو لمسجد و مصحف و كتب علم. 


Wa an yakuunal waaqifu ahlan littabarru'i fayashichhu min kaafirin walau limasjidin wa muschafin wa kutubi 'ilmin


Artinya: Al-Syarqaawii, halaman 174: Pemberi wakaf harus orang yang ahli kebajikan, maka sah lah wakaf dari orang kafir, walaupun untuk masjid, mushaf Al-Qur'an dan kitab-kitab ilmu.


Jadi, dari keterangan di atas, maka sedekah atau amalnya orang yang non-Muslim boleh-boleh saja atau sah untuk diterima, sehingga tidak ada dasar penolakan sedekah tersebut karena berbeda akidah.

(Yudi Prayoga)


Keislaman Terbaru