Opini

Rumongso: Bukan Merendahkan Diri

Rabu, 6 November 2024 | 08:30 WIB

Rumongso: Bukan Merendahkan Diri

Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung, Agus Hermanto. (Foto: Istimewa)

Rumongso adalah sebuah perasaan mendalam yang biasa dimiliki oleh seseorang dengan kemampuannya mengukur diri. Jika muhasabah adalah introspeksi diri, yang berarti adalah “metani” menilik kembali atas hal yang telah dilakukan oleh seseorang kalau menyadari atas kekurangannya, sehingga merubah sikap yang kurang buruk untuk menjadi ke depan lebih baik. 


Maka sejatinya rumongso adalah berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu, sehingga setiap apa yang akan dilakukannya selalu ia pikirkan dampak yang akan terjadi, dan ia mampu mengukur atas kemampuan dirinya apakah hal yang akan dilakukan layak, mampu, bermanfaat atau justru akan merendahkan dirinya.


Rumongso adalah sikap tawadhu, yang berarti rendah hati, bukan rendah diri apalagi merendahkan diri. Dalam sebuah kata mutiara dikatakan,


تواضع تكن كالنجم لاح لناظر، على الصفات الماء وهو رفيع، ولا تكن كاالدخان يعلو بنفسه، إلى الطبقات الجوّ وهو وضيع


Artinya: Rendah hatilah seperti bintang yang gemerlap, (seperti) berada dalam kejernihan air padahal ia dalam ketinggian, dan janganlah seperti awan yang bebas beterbangan dengan sendirinya,di atas langit padahal ia dalam posisi rendah (tidak lebih tinggi dari bintang-bintang), dan itulah rendah hati.


Rumongso haruslah ada pada setiap orang agar ia selalu mawas diri, sehingga ia selalu melakukan segala hal secara terukur dan tidak memaksakan diri apalagi memaksakan orang lain atas kemauannya. 


Rumongso merupakan perilaku baik, dan harus dirawat agar senantiasa melakukan sesuatu tidak menjadikannya rendah di hadapan orang lain. Misalnya ketika kita datang ke sebuah kantor resmi, seyogianya menggunakan sepatu atau baju resmi, sehingga ketika kita nekat, maka sejatinya kita tidak rumongso hingga kita akan malu jika ditegur satpam atas kelalaian kita. 


Konsep sekufu dalam Islam yang dilihat pada unsur agama adalah poin utama yang diusung. Sejatinya adalah menanamkan pada diri setiap orang untuk tahu diri, jika ingin punya pasangan yang baik, haruslah perbaiki sikap diri kita, namun jika kita ingin memiliki pasangan baik lantas kita tidak mengukur diri kita adalah seperti mimpi di siang bolong.


Agus Hermanto, Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung