• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Opini

Fiqih Ekologi: Bersikap Baik Pada Hewan

Fiqih Ekologi: Bersikap Baik Pada Hewan
Fiqih Ekologi, Bersikap Baik Pada Hewan. (Ilustrasi foto: NU Online)
Fiqih Ekologi, Bersikap Baik Pada Hewan. (Ilustrasi foto: NU Online)

Allah swt, menjadikan alam semesta ini sebagai anugerah yang diperuntukkan kepada manusia, baik sumberdaya alam berupa air, udara dan lainnya. Meskipun demikian, manusia hidup di alam ini tidak lepas dari hubungannya dengan makhluk Allah swt, yang ada di lingkungan ini, seperti hewan, pepohonan, bahkan mikroba. 


Allah sang pemilik iradah, maka Allah menciptakan alam semesta beserta isinya tidaklah bersifat sia-sia, melainkan dengan segala manfaatnya, bahkan nyamuk dan hewan yang lebih kecil dari nyamuk sekalipun Allah beri manfaat dan kemaslahatan bagi kehidupan alam semesta dan keberlangsungannya.


Maka, ajaran Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya untuk cinta terhadap lingkungan, tidak terkecuali hewan yang hidup di sekitar kita. Bahkan Rasulullah melarang kita untuk berbuat kedzaliman terhadap hewan. 


Seperti tata cara sesuai syari’ah dalam penyembelihan hewan, selain adanya aturan terhadap hewan yang halal. Juga terdapat syari’ah bagaimana proses penyembelihan, dan bahkan alat yang tajam menjadi salah satu rukun agar hewan yang kita sembelih tidak merasakan sakit yang berkepanjangan. 


Termasuk anjuran penyembelihan dengan tidak memisahkan antara kepala dan tubuhnya hewan, yaitu agar tetap adanya saraf yang tersambung antara jantung dan otak. 


Sehingga tetap ada aliran darah yang deras dari tubuh hewan yang disembelih melalui leher. Tujuannya adalah agar tubuh hewan tersebut netral, karena darah adalah sumber penyakit, sehingga harus dikeluarkan dari tubuh hewan tersebut.


Dalam konteks yang lain, Rasulullah saw, dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam Muslim, melarang kepada umatnya untuk mempermainkan binatang, sebagaimana sabdanya:


وَعَنِابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ: لاَ تَنَّخِذُوا شَيْئًا فِيْهِ الرُّوْحُ غَرَضًا (رواه مسلم)


Artinya: Dari Ibnu abbas ra., ia berkata, Nabi Muhammad saw, bersabda: Janganlah kalian menjadikan binatang bernyawa sebagai sasaran bulan-bulanan (HR Muslim).


Binatang adalah makhluk yang bernyawa, maka manusia juga harus memperhatikan haknya. Sehingga Islam melarang menjadikan binatang sebagai alat untuk dipertarungkan, atau dianiaya. 


Meskipun beberapa binatang dapat disembelih, seperti ayam, sapi, kambing, kerbau, unta dan lainnya. Namun juga tidak dibolehkan untuk dipermainkan pada saat penyembelihan. Rasulullah saw, bersabda:


عَنْ جَابِرٍ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُقْتَلَ شَيئٌ مِنَ الدَّوَآبِ صَبْرًا


Artinya: Diriwayatkan dari Jabir ra, Rasulullah saw, melarang membunuh suatu hewan dengan cara ditahan. 


Makna sabran dalam konteks hadits ini menunjukkan makna menahan, artinya pada saat penyembelihan binatang tidaklah dibolehkan untuk memperlama proses kematiannya, haruslah menggunakan alat yang tajam dan layak untuk dipergunakan.


Dalam hadits lain, dari Anas bin Malik ra, Rasulullah saw, bersabda:


كُنَّا إِذَا نَزَلْنَا مَنْزِلاً لاَ نُسَبِّحُ حَتَّى نَحُلَّ الرِّحَالَ


Artinya: Kami pernah ketika singgah di suatu tempat, kami tidak bertasbih tidak melaksanakan shalat sunnah terlebih dahulu, sehingga kami menurunkan beban-beban dari panggung binatang tunggangan (HR Abu Daud).


Begitu indah Rasulullah mengajari kita tentang pergaulan terhadap sesama makhluk, bahkan Rasulullah rela mengundur waktu shalat. Demi rasa cintanya kepada makhluk Allah, maka sangat wajar jika Nabi Muhammad diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin. 


Begitulah Allah berfirman: Dan tidaklah aku utus Muhammad kecuali adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat yang berarti kasih dan sayang Rasul yang ditunjukkan kepada seluruh alam semesta, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan mikroba serta sela isi alam.


Agus Hermanto, Dosen Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung


Opini Terbaru