• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Pernik

Ketika Para Auliya Allah Shalat Jumat di Masjidil Haram Makkah

Ketika Para Auliya Allah Shalat Jumat di Masjidil Haram Makkah
Ketika Para Auliya Allah Shalat Jumat di Masjidil Haram Makkah (Ilustrasi foto: NU Online)
Ketika Para Auliya Allah Shalat Jumat di Masjidil Haram Makkah (Ilustrasi foto: NU Online)

Sejak kecil kita sering mendengar cerita-cerita maunah dan karamah manusia- manusia pilihan, seperti waliyullah.

 

Cerita tentang seorang waliyullah yang shalat Jumat di Makkah memakai daun, cerita orang suci shalat Jumat di Makkah dengan melipat waktu, dan cerita orang saleh Jumatan dengan masuk potongan lubang bambu. 


Masih banyak cerita-cerita lain dari para pendahulu tentang karamah dan maunah para auliya Allah tersebut. Namun kita yang bukan waliyullah, dapat melaksanakan shalat Jumat di Makkah.

 

Seperti yang dilakukan beberapa jamaah haji bisa berkesempatan shalat Jumat di depan Ka’bah Makkah Al Mukarramah. 


Artinya hal ini telah membuktikan bukan hanya waliyullah saja yang bisa shalat Jumat di Makkah. Namun orang biasa juga bisa shalat Jumat di Makkah. 


Suasana haji di tanah suci 2023 ini, sangat spesial dengan berbagai fasilitas, seperti memberikan tumpangan Bus Shalawat Shib Amir gratis.

 

Hal ini memudahkan jamaah agar setiap waktu bisa berangkat ke Ka’bah kapan pun dengan kondisi fisik yang bugar, karena untuk thawaf dan sa’i tujuh putaran memerlukan tenaga dan fisik yang kuat.


Suasana Shalat Jumat di depan Ka’bah tentu saja sangat berbeda, karena pahala dilipatgandakan dan berkumpulnya semua manusia daei berbagai negara.

 

Kemudian berbeda warna kulit serta bahasa tumpah ruah satu ikatan iman Islam semua mempunyai tujuan yang sama beribadah kepada Allah swt, menjalankan panggilan sebagai tamu Tuhan yang menciptakan. 


Dari cerita di atas setidaknya kita bisa belajar tentang kepasrahan diri terhadap Allah swt. Para kekasih Allah menguatkan keimanan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dengan Kun Fayakun-Nya.


Di sisi lain dimensi haji merupakan penutup rukun Islam yang lima dalam perjalanan panjang historis.

 

Ada catatan penguat pernyataan Nabi Muhammad saw, pada saat haji wada (perpisahan) yaitu tidak ada pembeda antara Arab dan bukan Arab kecuali ketakwaan kepada Allah swt. 


Simbol persamaan derajat di hadapan sang Pencipta adalah urgensi humanis hubungan sesama manusia yang menjadi itikad kebaikan Islam yang Rahmatan lil Alamin.


Estafet thawaf tujuh putaran merupakan bagian kepekaan napak tilas perjalanan dakwah Islam sebagai untaian historis Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as, sampai pada Nabi Muhammad saw.


Napak tilas haji dan perjuangan panjang generasi Nabi Ibrahim as adalah kepekaan kemanusiaan hidup di alam dunia menuju cahaya illahi.

 

Menguatkan sentralistik horizontal terhadap Tuhannya, dan kepekaan hidup sesama manusia, minadzulumati ila nur (dari kegelapan menuju cahaya).


H Wahyu Iryana, Jamaah Haji Indonesia Kloter 25, Ketua Program Studi Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Intan, Lampung
 


Pernik Terbaru