• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 7 Mei 2024

Syiar

Ini Hukum Melakukan Tasyakuran Pulang Haji

Ini Hukum Melakukan Tasyakuran Pulang Haji
Ini Hukum Melakukan Tasyakuran Pulang Haji (Foto: NU Online)
Ini Hukum Melakukan Tasyakuran Pulang Haji (Foto: NU Online)

Jamaah haji Indonesia bertahap mulai kembali ke Tanah Air, Selasa (4/7/2023). Hal tersebut tentunya sangat dinanti-nantikan oleh keluarga yang berada di Tanah Air.


Setelah menyelesaikan ibadah haji, umat muslim sering kali mengadakan tasyakuran sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan atas kesempatan melaksanakan rukun Islam kelima tersebut. Namun, apakah ada hukum khusus terkait melakukan tasyakuran setelah pulang dari haji?


Tasyakuran pulang haji adalah tradisi yang telah dilakukan oleh umat muslim dari generasi ke generasi.


Hal ini dilakukan untuk berbagi kebahagiaan dan berterima kasih kepada Allah swt, atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan ibadah haji.


Salah satu tradisi yang berlaku di masyarakat ketika jamaah haji pulang adalah mengadakan acara tasyakuran dengan mengundang saudara dan para tetangga. 


Biasanya, dalam acara tasyakuran tersebut para hadirin meminta doa dari jamaah yang baru pulang sekaligus menikmati hidangan yang disiapkan tuan rumah. Tak lupa pula, jamaah akan membagikan oleh-oleh khas haji seperti air Zamzam, sajadah, tasbih, dan lain sebagainya. 


Tradisi menyambut kedatangan orang telah bepergian jauh dibenarkan dalam Islam, termasuk dalam rangka menyambut kepulangan jamaah haji ke rumah.


Dilansir dari NU Online, Imam Nawawi mengatakan, praktik ini hukumnya sunnah dan menyebutnya sebagai naqi’ah, yaitu hidangan yang dipersembahkan untuk menyambut kedatangan seseorang.


Berikut penjelasan Imam an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarah Muhadzdzab (4/400) menjelaskan:


يستحب النقيعة، وهي طعام يُعمل لقدوم المسافر ، ويطلق على ما يَعمله المسافر القادم ، وعلى ما يعمله غيرُه له  


Artinya: Disunnahkan untuk mengadakan naqi’ah, yaitu hidangan makanan yang digelar sepulang safar. Baik yang menyediakan makanan itu orang yang baru pulang safar atau disediakan orang lain.


An-Nawawi mendasari penjelasannya itu dari hadits Nabi Muhammad saw berikut:


أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما قدم المدينة من سفره نحر جزوراً أو بقرةً. رواه البخاري 


Artinya: Sesungguhnya Rasulullah saw ketika tiba dari Madinah sepulang safar, beliau menyembelih onta atau sapi (HR Bukhari). 


Dalam hadits lain riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Ja’far juga disebutkan:


كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ تُلُقِّيَ بِنَا .فَتُلُقِّيَ بِي وَبِالْحَسَنِ أَوْ بِالْحُسَيْنِ. قَالَ: فَحَمَلَ أَحَدَنَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَالْآخَرَ خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلْنَا الْمَدِينَةَ  


Artinya: Jika Nabi saw pulang dari safar, kami menyambutnya. Beliau menghampiriku, Hasan, dan Husain, lalu beliau menggendong salah satu di antara kami di depan, dan yang lain mengikuti di belakang beliau, hingga kami masuk kota Madinah (HR Muslim).


Demikianlah penjelasan mengenai hukum tasyakuran pasca melakukan ibadah haji. Semoga tasyakuran pulang haji memberikan berkah dan kebahagiaan bagi semua yang melaksanakannya.
 


Syiar Terbaru