• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Pernik

3 Keseimbangan Hidup Manusia yang Harus Dimiliki

3 Keseimbangan Hidup Manusia yang Harus Dimiliki
3 Keseimbangan Hidup Manusia yang Harus Dimiliki (Foto: NU Online)
3 Keseimbangan Hidup Manusia yang Harus Dimiliki (Foto: NU Online)

Manusia yang hidup di dunia, khususnya umat Islam, harus memiliki tiga komponen dalam mengarungi kehidupan yakni iman, ilmu, dan amal. 


Ketiganya tersebut harus berkaitan dan wajib dimiliki oleh setiap individu seorang Muslim. Sama halnya dengan iman, Islam, dan ihsan, atau fiqih, tauhid, dan tasawuf. 


Iman, ilmu, dan amal merupakan alat yang menjembatani kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. 


Iman dapat menundukkan jiwa raga untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Ilmu menjadikan manusia memiliki martabat yang mulia. Dan amal saleh menjadikan kebermanfaatan pribadi manusia bagi dirinya, manusia yang lain, dan lingkungannya. 


Pada kenyataannya, di dunia ini, ada saja manusia yang hanya mengunggulkan salah satunya, dan merendahkan yang lainnya. Yang ujung-ujungnya hanya melahirkan fanatisme buta. 


Ada yang kuat dalam iman, tapi tidak mau menambah ilmu dan beramal, biasanya orang tersebut rajin dalam beribadah tapi gemar menyalahkan orang lain. Kedekatannya kepada Allah dianggap sudah final. 


Ada lagi, seseorang yang getol dalam menuntut ilmu tapi mengesampingkan iman dan amal saleh, biasanya orang tersebut akan sembrono dan liberal dalam hidup. 


Sedangkan yang rajin beramal saleh, tapi sedikit iman dan ilmu, orang tersebut akan mudah dikelabuhi, dihasut, dan dipermainkan. Sehingga ia bagaikan air di atas daun talas. 


Maka secara ideal, umat Islam memerlukan ketiga komponen tersebut dalam hidup, imannya kuat, ilmunya semakin banyak, dan dan beramal saleh semakin bertambah. 


Ketika sudah sempurna, maka akan tercapai kehidupan di dunia dan di akhirat. Firman Allah: “Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari api neraka (QS Al Baqarah: 201).” 


Tanpa keseimbangan, manusia akan mengalami ketimpangan, di antara spiritualisme berwujud karahatul maut (takut mati) dan materialisme berwujud hubbud dunya (cinta dunia). 


Jika sudah mencintai dunia dan takut mati, maka akan melemahkan potensi umat sebagai sumber daya manusia. Ketika sudah lemah, maka peradaban manusia tidak akan terbangun secara sempurna dan merata. 


Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, Islam mengajarkan umatnya agar memiliki keimanan yang kokoh kepada Allah swt. Selalu mencari ilmu di manapun dan kapanpun, serta selalu beramal saleh, mengamalkan ilmunya kepada siapapun, agar menjadi bermanfaat bagi umat. 


Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: “Thalabul ilmi faridlatun ala kulli Muslimin” yang artinya mencari ilmu wajib bagi setiap Muslim (laki-laki dan perempuan). 


Juga sabda Nabi saw: “Khairunnas anfaahum linnas”  yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya.


Jika melihat sejarah, umat Islam berjaya karena ketiga faktor tersebut, keimanan kepada Allah sangat kuat, semua kehidupan dilandaskan dengan Islam.


Kemudian ulama sangat tekun mencari ilmu, menerjemahkan teks-teks dari berbagai bahasa, bahkan pemerintah memberikan hadiah kepada ulama dengan beratnya buku yang ditulis, serta mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. 


Setelah itu mereka wajib mengajarkan kepada masyarakat luas ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, serta mengembangkan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

(Yudi Prayoga)
 


Pernik Terbaru