Opini

Merubah Paradigma: Udar Asumsi, Bangun Perspektif

Ahad, 10 November 2024 | 11:58 WIB

Merubah Paradigma: Udar Asumsi, Bangun Perspektif

Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung, Agus Hermanto. (Foto: Istimewa)

Brain adalah otak, yang mana otak merupakan aktor dan penguasa jiwa, karena otak mampu menganalisis atas semua informasi yang disampaikan oleh seluruh panca indra, hingga ia memerintahkan pada seluruh panca indra untuk bekerja sama. 

 

Brain akan bekerja sesuai dengan mindset seseorang, sehingga mindset seseorang haruslah baik-baik saja, karena jika mindset rusak, akan merusak semua paradigma manusia, dan apa yang dilakukan oleh manusia adalah sesuai dengan paradigma yang dimilikinya.

 

Sebuah paradigma kerap kali terjebak pada sebuah asumsi yang dipengaruhi oleh egosentris,  asumsi seseorang akan senantiasa baik manakala memiliki kemampuan untuk menganalisis dengan baik terhadap semua hal yang dihadapinya. 

 

Asumsi adalah pandangan sementara yang dipahami oleh seseorang akibat suatu paradigma yang dimilikinya. 

 

Maka, untuk mewujudkan paradigma baru, seseorang haruslah memiliki perspektif baru, yaitu dengan cara open mind, open heart, dan open will. Karena seseorang yang berpikir sempit ialah mereka yang selalu melakukan closed mind, closed heart dan closed will

 

Ketika seseorang sudah menutup diri pada pandangan lain dan tetap selalu ada pada pandangannya, ia akan terjebak pada pandangan sempit yang disebut dengan sumbu pendek. 

 

Sehingga ia akan selalu melakukan sikap atas apa yang ia pahami dan tanpa mau melihat pandangan lain yang mungkin lebih baik dari pandangan yang ia yakini.

 

Sedangkan paradigma adalah sebuah pemahaman yang berdasarkan pada teori atau teori-teori tertentu yang mempengaruhi cara berpikir untuk menganalisis suatu hal yang terjadi. 

 

Sebuah paradigma akan senantiasa melekat selama tidak mau merubah cara pandangannya, dan untuk merubah paradigma yang ada, seyogianya mampu mengudar asumsi dengan membangun perspektif baru.

 

Realitanya, ketika seseorang berpandangan pada suatu hal dengan pandangan yang kaku dan baku, sejatinya ia sedang dalam pengaruh egosentris yang mempengaruhi asumsinya hingga tertutup pada suatu perspektif baru yang mungkin lebih baik. 

 

Cara kerjanya, ketika seseorang berpikiran sempit lalu ketika ada sebuah informasi atau suatu pandangan, ia akan selalu berpikir sesuai alur pikirannya, sehingga akan memutuskan suatu pandangan tersebut pada pandangannya yang dianggap benar. 

 

Tanpa adanya ishlah dengan mempertimbangkan pada pandangan dan masukan dari orang lain yang mungkin bisa jadi lebih baik dan benar serta maslahat.

 

Agus Hermanto, Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung