Kata pokoke atau pokoknya adalah sebuah ungkapan yang didasari pada sebuah keyakinan dengan adanya anggapan benar menurut orang yang mengucapkannya.
Kalimat pokoke biasanya diucapkan oleh seseorang ketika hendak meyakinkan pada orang lain bahwa apa yang diucapkannya benar.
Selain itu pokoke juga biasanya untuk menekankan sebuah kebenaran yang diyakini tersebut dengan beranggapan bahwa yang dipikirkan atau yang dilakukan oleh orang lain tidak benar dan kebenaran yang disampaikan itu adalah kebenaran yang tidak lagi dapat digugat.
Seperti misalnya pokoke agama yang aku yakini adalah agama yang paling benar dan semua agama yang ada adalah salah dan menyesatkan.
Keyakinan pada sebuah agama yang diyakini oleh seseorang bersifat mutlak dan final, sehingga ketika seseorang mengatakan bahwa agama yang saya yakini adalah agama yang benar.
Seharusnya titik dan bukan koma, karena jika koma masih ada kalimat selanjutnya dan akan menimbulkan multi penafsiran. Seperti dalam kalimat di atas yang mengatakan bahwa agama yang lain adalah sesat.
Jika ditinjau dari sisi aqidah, bahwa keyakinan pada sebuah agama haruslah bersifat mutlak, sehingga urusan agama adalah hal yang tidak dapat diintervensi oleh siapapun.
Namun, dalam urusan muamalah, kita harus tetap menjaga nilai kebersamaan, sehingga kalimat bahwa "agama yang lain sesat" tidak lazim jika diucapkan di hadapan orang yang mungkin memiliki keyakinan yang beragam.
Pokoke adalah sebuah egosentris yang melekat pada diri seseorang sehingga kerap kali akan menyudutkan orang lain pada posisi yang salah, sehingga seseorang yang kerap menggunakan istilah ini dalam sebuah diskusi atau forum tertentu akan menyebabkan banyak penafsiran.
Karena pada saat ucapan itu terucap, kerap kali merasa bahwa dirinya paling benar, paling besar dan sehingga nya orang lain kerap dianggap salah.
Orang yang selalu merasa bahwa dirinya adalah segalanya berarti sejatinya ia sedang terjebak pada sebuah asumsi yang dipengaruhi oleh egosentris yang ada pada dirinya.
Egosentris seseorang dapat menyebabkan dirinya terjebak pada sumbu pendek, karena sejatinya ia sedang mengunci pikiran, hati dan keinginannya (closed mind, closed heart dan closed will).
Pokoke kerap kali menjadikan seseorang berpikir sempit sehingga apa yang dipikirkan dan diucapkannya adalah mutlak kebenarannya tanpa mau berbuka diri pada pandangan lain. Padahal dengan dia open mind, open heart, dan open will, dia akan lebih dapat menemukan objektivitas dalam berpikir kebenaran.
Pokoke merupakan statement yang membunuh pemikiran orang lain untuk mengatakan kebenaran dalam perspektifnya. Karena seseorang akan terbelenggu pada pemikiran orang lain yang memaksa pada dirinya untuk ikut mempercayainya.
Toleransi adalah sebuah sikap mulia yang harus dilakukan oleh orang lain agar setiap orang memiliki hak yang sama dalam berpikir dan bertindak.
Dengan bersikap toleran inilah seseorang akan lebih dinamis, transparan dan objektif dalam menilai orang lain, sehingga kebenaran yang kita yakini tidaklah harus dipaksakan pada orang lain, sehingga akan terciptanya kedamaian dan ketentraman dalam hidup bersama, membangun ukhuwah.
Agus Hermanto, Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung
Terpopuler
1
Ratusan Rumah Terdampak Banjir, Muslimat NU Lampung Berikan Bantuan bagi Warga Korban Banjir
2
Hujan Deras Berjam-jam di Bandar Lampung, Sebabkan Banjir Berbagai Wilayah
3
Ansor-Banser Lampung Timur Gelar Aksi Peduli Kemanusiaan pada Warga Banjir Way Bungur
4
Nakhoda Baru Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Ma'arif Lampung, Fikri Muzaki Siap Majukan Ormawa
5
Dalam Islam, Wafat karena Terbakar Termasuk Syahid
6
Muslimat NU Sidowaluyo Gelar Pengajian Akbar Peringati Isra' Mi'raj dan Harlah Ke-102 NU
Terkini
Lihat Semua