H Puji Raharjo
Penulis
Idul Fitri bukanlah sekadar pesta tahunan yang diisi dengan baju baru, hidangan lezat, atau perjalanan mudik yang mengharukan. Ia adalah momentum spiritual yang sarat makna.
Hari ketika umat Islam merayakan keberhasilan mereka dalam menjalani satu bulan penuh ibadah, pengendalian diri, dan perbaikan hati. Sebagaimana firman Allah swt:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا ۖ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Baca Juga
Takbir dan Refleksi Hari Raya Idul Fitri
Artinya: Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (QS Yunus: 58).
Ramadhan adalah medan latihan ruhani, tempat jiwa diasah dan hati disucikan. Maka, Idul Fitri menjadi selebrasi atas kemenangan melawan hawa nafsu, atas kekuatan bertahan dalam ketaatan.
Kegembiraan yang dirayakan bukanlah kegembiraan yang kosong, melainkan rasa syukur atas limpahan rahmat dan taufik Allah yang telah menuntun kita hingga bisa menuntaskan ibadah puasa, tarawih, tadarus, zakat, dan amalan lainnya.
Kita bersyukur bukan karena kita merasa telah cukup baik, tapi karena Allah telah memampukan kita untuk beribadah. Takbir yang menggema di malam Idulfitri adalah syiar kebesaran Allah dan pengakuan bahwa tanpa bimbingan-Nya, kita bukan siapa-siapa.
Merayakan Idul Fitri berarti juga merayakan persaudaraan. Hari raya adalah momen untuk saling memaafkan, menyambung silaturahim, dan menumbuhkan kembali semangat ukhuwah.
Kita kembali ke fitrah, yaitu suci dari dosa, bersih dari kebencian, dan lapang dalam memberi maaf. Itulah makna 'fitri' yang sejati: kembali kepada kesucian jiwa dan kejernihan niat.
Idul Fitri sejatinya bukan akhir dari perjalanan spiritual kita, tetapi awal dari fase baru yang lebih bertakwa, lebih bersyukur, dan lebih peduli kepada sesama.
Mari kita jaga semangat Ramadhan dengan terus beramal saleh, menjaga lisan, memelihara hati, dan memperbanyak syukur. Karena kemenangan hakiki adalah saat kita mampu mempertahankan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan setelahnya. Taqabbalallahu minna wa minkum. Shiyamana wa shiyamakum, taqabbal yaa Kariim.
H Puji Raharjo Soekarno, Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung
Terpopuler
1
Berikut Dua Amalan Wirid pada 10 Muharram
2
Buka PD PKPNU, Prof Alamsyah: NU Mencetak Khaira Ummah Melalui PD-PKPNU
3
14 Peristiwa para Nabi pada 10 Muharram
4
Tata Cara dan Doa Mengusap Kepala Anak Yatim
5
Wujudkan Pemerintahan Berkinerja Tinggi, Pemprov Lampung Gelar Rakor Implementasi SAKIP, RB, dan ZI
6
Ketua PWNU Lampung: Pelantikan Pengurus NU Bukan Seremoni, Tapi Komitmen Kolektif
Terkini
Lihat Semua