Menjaga Hati dengan Tawadhu, Qana'ah, dan Syukur: Jalan Menuju Kebaikan
Jumat, 31 Januari 2025 | 11:10 WIB
H Puji Raharjo
Penulis
Dalam perjalanan kehidupan, setiap manusia dihadapkan pada berbagai ujian yang menguji keteguhan hati dan ketulusan niat. Imam Ibn Qayyim al-Jawziyya mengingatkan kita bahwa ada tiga sifat utama yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa, yaitu kesombongan, keserakahan, dan iri hati.
Namun, sebagai insan yang beriman, kita dapat mengubah perspektif dengan menjadikan ketiga sifat ini sebagai bahan introspeksi dan membangun kebajikan dalam diri.
الكِبْرُ، وهو الذي أَصَارَ إبليس إلى ما أَصَارَهُ، والحِرصُ، وهو الذي أَخرجَ آدم من الجنة، والحَسَدُ، وهو الذي جرّأ بني آدم على أخيه.
Artinya: Kesombongan, yang menyebabkan Iblis terjerumus dalam kehancuran. Keserakahan, yang mengeluarkan Adam dari surga. Dan iri hati, yang mendorong salah satu anak Adam membunuh saudaranya.
Alih-alih terjebak dalam tiga akar dosa tersebut, kita bisa menjadikan sifat-sifat sebaliknya sebagai jalan menuju keberkahan, yaitu dengan tawadhu' (rendah hati), qana'ah (merasa cukup), dan syukur.
1. Tawadhu’
Tawadhu' adalah obat bagi Kesombongan. Kesombongan lahir dari perasaan lebih unggul dibandingkan orang lain. Namun, Islam mengajarkan bahwa kemuliaan sejati datang dari kerendahan hati.
Allah swt berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي ٱلْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Artinya: dan janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri
(QS Luqman: 18).
Nabi Muhammad saw juga bersabda:
مَنْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رَفَعَهُ اللَّهُ
Artinya: Barang siapa yang rendah hati karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya
(HR Muslim, no. 2588)
Tawadhu' bukan berarti merendahkan diri secara berlebihan, tetapi menyadari bahwa segala yang kita miliki adalah karunia dari Allah. Dengan hati yang rendah, kita lebih mudah menerima kebenaran, berinteraksi dengan sesama tanpa merasa lebih baik, dan membuka diri terhadap ilmu serta nasihat yang membangun.
2. Qana'ah
Qana'ah adalah kunci dari kehidupan yang berkah. Keserakahan muncul dari ketidakpuasan terhadap apa yang telah diberikan Allah. Namun, qana’ah atau merasa cukup adalah jalan menuju ketenangan dan kebahagiaan sejati.
Allah swt berfirman:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Artinya: Dan janganlah engkau arahkan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka sebagai bunga kehidupan dunia, agar Kami menguji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal
(QS Taha: 131).
Nabi Muhammad saw mengajarkan:
لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Artinya: Kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah hati yang merasa cukup (HR Bukhari, no. 6446; Muslim, no. 1051).
Sikap qana’ah membuat seseorang lebih tenang dalam menghadapi kehidupan. Ia tidak akan selalu merasa kurang atau iri terhadap orang lain, melainkan menikmati dan mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah. Dengan qana'ah, kita juga lebih mudah berbagi dengan sesama, karena tidak ada rasa takut kehilangan.
3. Syukur
Syukur adalah, pelindung dari iri hati. Iri hati muncul dari rasa tidak rela melihat orang lain mendapatkan nikmat. Sebaliknya, syukur adalah kunci untuk mengatasi rasa iri dan menumbuhkan kebahagiaan sejati.
Allah swt berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS Ibrahim: 7)
Nabi saw juga bersabda:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
Artinya: Lihatlah orang yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena itu lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kalian (HR Muslim, no. 2963)
Sikap syukur tidak hanya menghindarkan kita dari iri hati, tetapi juga membawa ketenangan batin. Dengan bersyukur, kita akan lebih mudah menerima takdir Allah, mendoakan kebaikan bagi orang lain, serta menjadikan setiap pencapaian orang lain sebagai inspirasi, bukan sebagai sesuatu yang harus ditandingi.
Menjadi Pribadi yang Lebih Baik
Alih-alih membiarkan diri terjebak dalam kesombongan, keserakahan, dan iri hati, kita dapat membangun kebiasaan positif dengan tawadhu’ (rendah hati), qana’ah (merasa cukup), dan syukur. Dengan ketiga sifat ini, kita akan lebih mudah meraih ketenangan hati, mempererat hubungan dengan sesama, dan mendapatkan keberkahan dalam hidup.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
أَفْضَلُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
Artinya: Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya (HR Tirmidzi, no. 2330).
Semoga Allah swt membimbing kita untuk selalu menjaga hati dengan sifat-sifat yang terpuji dan menjauhkan kita dari segala penyakit hati.
H Puji Raharjo Soekarno, Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung
Terpopuler
1
3 Amalan Malam Nuzulul Qur'an, Ahad 16 Maret 2025
2
Bolehkah Shalat Tahajud Setelah Shalat Witir
3
Nuzulul Qur'an: Berikut 5 Fadilah Membaca Al-Qur'an pada Malamnya
4
Bacaan Qunut Witir pada Separuh Akhir Ramadhan, Arab, Latin dan Terjemah
5
Kisah Sayyidah Khadijah ra dan Hari-Hari Menjelang Turunnya Al-Qur’an
6
Berikut Keutamaan Lailatul Qadar pada Bulan Ramadhan
Terkini
Lihat Semua