Opini

Green Campus, Solusi Merawat Lingkungan

Senin, 29 April 2024 | 14:05 WIB

Green Campus, Solusi Merawat Lingkungan

Dosen UIN Raden Intan, Agus Hermanto (Foto: Istimewa)

Udara segar yang yang dirasakan di lingkungan kampus tidaklah lepas dari wujud green Campus (kampus hijau), di mana pepohonan yang ada di lingkungan kampus adalah saksi adanya upaya serius untuk mewujudkan kampus yang ramah lingkungan. Sebagaimana fungsi pohon adalah menghasilkan oksigen, menyerap racun karbon dioksida dan juga sebagai upaya untuk mencegah erosi. 


Begitu urgen upaya menanam pohon sebagai upaya menjaga, merawat, dan melestarikan lingkungan. Allah swt berfirman: 


ءأنتم تزرعون أم نحن الزارعون ولو نشآء لجعلناكم حطاما فضلتم تفكهون إنا لمغرمون بل نحن محرومون أفرأيتم ماتحرسوس


Artinya: Apakah engkau melihat (dengan pikiran dan hati) apa yang engkau tanam, apakah engkau yang menumbuhkan (tanaman yang telah engkau tanam) atau kami yang menumbuhkan, apabila Allah berkehendak untuk mengeringkan tanaman tersebut (dengan sengatan panasnya matahari) maka bukan hal yang mustahil, (engkau akan merasakan kekecewaan yang mendalam) namun kami tidak menghendaki demikian (QS Al-Waqiah: 63-65). 


Sungguh Allah memberikan pelajaran yang amat mulia pada kita, di mana semua tanaman yang kita taman, kesuburan ataupun kepunahan hanyalah kehendak Allah swt.


Jika Allah menginginkan kematian pada tanaman, bukanlah hal yang sulit, melainkan sesuatu yang mudah bagi-Nya, tapi Allah tidak menginginkan demikian melainkan tanaman tumbuh subur hingga menjadi kebutuhan bagi kehidupan dan keberlangsungan alam semesta. 


Mengingat begitu pentingnya bercocok tanam, sampai Rasulullah saw, mewanti-wanti pada kita semua untuk bercocok tanam meskipun dalam kondisi yang sangat mencekam, sebagaimana sabdanya.


إن قامت الساعة وفى يد أحدكم فسيلة فإن استطاع أن لايقوم حتى أن يغرسها فليغرسه


Artinya: Apabila hari kiamat telah dekat, dan di tangan salah satu kalian terdapat tunas (bibit), maka sekiranya ada kesempatan sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya, maka tanamlah (HR Ahmad). 


Betapa urgennya menanam pohon, sehingga Rasulullah saw menganjurkan seseorang untuk melakukannya meskipun pada detik-detik datangnya hari kiamat. Terlebih adalah pada saat yang mana hari kiamat masih dirahasiakan oleh Allah swt, menanam, dan merawat pohon adalah hal yang sangat dianjurkan.


Sedangkan merusak, mematikan dan memotong pohon adalah hal yang harus dipertimbangkan, artinya ketika seseorang menanam pohon dia harus berpikir upaya untuk menyulamnya, dan tidak ada suatu alasan untuk memotong pohon kecuali adalah untuk sesuatu yang bermanfaat.


Manfaat menanam pohon tidak hanya untuk kelestarian alam saja, melainkan bahwa menanam juga merupakan jariyah bagi penenamnya. Begitulah Rasulullah saw bersabda. 


ما من مسلم يغرس غرسا إلا كان ما أكل منه له صدقة وماسرق منه له صدقة وما أكل السبع منه فهو له صدقة وما أكلت الطير فهو له صدقة ولا يزرعون أحد إلا كان له صدقة


Artinya: Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali apa yang dimakan dari buah hasil tanamannya adalah bernilai sedekah, dan apabila dicuri buah dari tanaman itu juga bernilai sedekah, dan apabila dimakan oleh binatang buah dari tanaman itu bernilai sedekah, dan apabila dimakan burung dari tanaman yang ditanam itu buahnya bernilai sedekah, dan tidaklah apa yang ditanam oleh seseorang kecuali bernilai sedekah (HR Bukhari dan Muslim). 


Penanaman pohon adalah hal yang benar-benar menjadi perhatian agama, sehingga tidak diinginkan oleh agama suatu pengabaian terhadap tanah yang kosong tanpa dipelihara. Bahkan Rasulullah saw bersabda.


من أعمر عرضا ليست لأحد فهو أحقّ بها


Artinya: Barang siapa yang memelihara tanah yang tidak jelas pemiliknya, maka dia adalah orang yang paling berhak atasnya.


Selain anjuran bercocok tanam, agama juga melarang kerusakan terhadap pohon dan segala tumbuhan, hal itu disampaikan dalam hadits Nabi Muhammad saw.


من قطع سدرة صوب الله رأسة فى النار


Artinya: Barang siapa yang memotong pohon (dengan sengaja tanpa melihat sisi dampak buruk yang terjadi) maka Allah akan menjungkalbalikkan di api neraka (HR Abu Dawud). 


Begitu besarnya perhatian agama terhadap tanaman, bahkan Allah swt, mengancam suatu tindakan buruk orang yang memperlakukan pohon tanpa melihat dampak buruk yang terjadi.


Penghijauan adalah upaya strategis untuk dapat memulihkan kerusakan alam. Sedangkan kerusakan alam itu dapat disebabkan oleh faktor internal, yaitu rusak dengan sendirinya atau kejadian secara alamiah. 


Selain faktor alamiah juga terdapat faktor lain yang disebut faktor eksternal yaitu suatu kerusakan alam yang sangat erat dengan peran manusia sebagai aktor di dalamnya. 


Mungkin karena seringnya manusia mengeksplorasi bumi secara berlebihan, memanfaatkan sumber daya alam dan termasuk menggunakan kayu untuk dimanfaatkan segala bentuk keterampilan, tanpa memperhatikan faktor buruk yang terjadi pada lingkungan. 


Belum lagi ditambah dengan banyaknya polusi dari industri dan limbah pabrik yang kian lama kian menjadi. Maka tidak cukup hanya terdiam tanpa upaya pemulihan lingkungan. Reboisasi adalah langkah utama untuk dapat mengembalikan alam sesuai fitrahnya yang alamiah dan menyejukkan.


Penghijauan atau reboisasi sangat dianjurkan dalam Islam, saking urgennya, hingga agama melarang untuk berbuat kedzaliman. Dzalim tidak mesti pada diri sendiri, namun juga terkadang pada orang lain dan bahkan kepada selain manusia yaitu terhadap alam, hewan, tumbuhan dan bahkan mikroba. 


Mereka memiliki hak untuk hidup layak sesuai fitrahnya, dan berkesinambungan, berinteraksi dan saling melengkapi antara yang satu dengan lainnya. Sehingga kedzaliman yang terjadi pada alam dan lingkungan sangat erat kaitannya dengan aktivitas manusia. 


Tumbuhan sebagai sarana yang dapat menghasilkan udara segar dan akarnya menampung air, jika pohon-pohon dihabiskan, maka yang terjadi adalah kerusakan alam akibat tidak adanya keseimbangan.


Ekosistem yang selama ini berjalan sesuai fitrah Tuhan secara alamiah sesuai aturan, tiba-tiba terjadi banyaknya kerusakan alam dan lingkungan, dan pada akhirnya menjadi sebuah renungan, dan kecurigaan serta dugaan terhadap kecerobohan dan keteledoran yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia. 


Meskipun Allah telah menegaskan dalam Al-Quran Surat al Rum ayat 41, hingga akhir dari ayat ini menegaskan bahwa manusia haruslah kembali kepada peran utamanya yaitu sebagai Khalifah, menjaga, merawat dan bukan merusak dan upaya-upaya lainnya yang dapat menyebabkan krisis ekologi. 


Karena jika hal itu terjadi, tidak hanya kita yang rugi, melainkan juga anak cucu dan generasi setelah kita yang ikut merasakannya. Bahkan dalam hadits Nabi Muhammad dikatakan bahwa jika seseorang masih memegang bibit tanaman, sedangkan besok adalah hari kiamat, hendaklah ia menanamnya. 


Begitu perhatiannya agama terhadap reboisasi, sehingga dapat dipahami bahwa menanam pohon adalah jariyah untuk generasi penerus kita. 


Berbincang soal pohon dan manfaat terhadap generasi mendatang adalah terdapat suatu kisah seorang kakek yang sudah tua renta dan dalam usia tersebut dia sempat menanam pohon, lalu terdapat seorang pemuda berjalan menghampiri si kakek tersebut serasa bertanya: “Wahai kakek, untuk apa anda menanam pohon sedangkan kakek sudah tua, dan tidak mungkin akan merasakan hasil dari tanaman tersebut?”.


Maka kakek tersebut menjawab semua ini dilakukan oleh kakek bukan untuk dirinya, melainkan untuk orang atau generasi setelah dia. Begitu mulia hati kakek tua ini yang juga memberi pelajaran mulia bagi kita semua, bahkan kekayaan alam bukan serta merta milik kita, melainkan juga milik anak cucu kita.


Agus Hermanto, Dosen UIN Raden Intan Lampung