• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 9 Mei 2024

Opini

Peran Manusia Terhadap Keseimbangan Lingkungan

Peran Manusia Terhadap Keseimbangan Lingkungan
Dosen UIN Raden Intan Lampung, Agus Hermanto (Foto: Istimewa)
Dosen UIN Raden Intan Lampung, Agus Hermanto (Foto: Istimewa)

Kerusakan alam dan lingkungan tidak lepas dari kecerobohan aktivitas manusia. Karena, disadari atau tidak bahwa manusia kerap kali mengeksploitasi sumberdaya alam dengan alasan sebagai anugerah Tuhan yang harus dikelola dan dimanfaatkan.

 

Namun, di sisi lain juga kerap kali tidak memperhatikan faktor lain yang menyebabkan kerusakan alam dan lingkungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia adalah aktor utama yang menjadi penentu baik dan buruknya alam dan lingkungan.

 

Kerusakan alam dan lingkungan sejatinya adalah implementasi dari kecerobohan manusia, sebagaimana diterangkan dalam Surat al-Rum ayat 41, bahwa kerusakan yang ada di daratan maupun lautan adalah implementasi dari aktivitas manusia.

 

Sehingga, faktor utama yang harus dibangun adalah pola pikir manusia, karena aktor utama dari kerusakan itu adalah manusia dan bukan lainnya.

 

Sedangkan alam, lingkungan, dan segala makhluk yang ada di dalamnya seperti hewan, tumbuhan dan mikroba adalah objek dari perlakukan manusia.

 

Untuk menyadarkan manusia atas realita yang terjadi pada alam dan lingkungan dalam bentuk kerusakan ataupun pencemaran haruskah dibangun sebuah kontruksi norma dan aturan.

 

Agar dapat menjadi acuan bagi manusia yang secara mutlak diamanati untuk menjaga alam dan lingkungan, bukan pemilik tapi adalah pengemban amanat.

 

Gagasan ini menjadi tanggungjawab bersama baik para ilmuwan, akademisi, cendekiawan dan tidak kalah pentingnya adalah agamawan.

 

Agama adalah pedoman bagi manusia agar manusia mempu menjadi hamba yang lebih baik, sesuai dengan tugas utamanya manusia di muka bumi adalah sebagai Khalifah.

 

Adapun hal mengikat pada terarahnya kita dari segala ancaman dan kemudharatan adalah norma-norma agama, karena agama tidak menginginkan kerusakan demi keselamatan jiwa, akal, nasab, dan harta hamba. 

 

Senyatanya, jika kerusakan alam dan lingkungan serta baiknya adalah tergantung pada manusia sebagai faktor utamanya, maka fiqih ekologi menjadi solusi yang harus diwujudkan.

 

Meskipun Allah swt telah menjadikan apa yang ada di bumi, adalah anugerah untuk manusia, namun juga harus berhati-hati dalam pemanfaatannya.

 

Sehingga tidak berdampak buruk pada kerusakan alam dan lingkungan. Seperti banyaknya sampah tanpa tuan di sekitar kita adalah bagian yang harus dipikirkan. 

 

Kejadian alam yang terjadi di sekitar kita adalah hal yang harus direnungkan, bukan perkara takdir Tuhan, melainkan adalah faktor apa yang telah dilakukan oleh manusia atas kerusakan alam.

 

Tidak hanya berhenti sampai disitu, melainkan adalah bagaimana manusia dapat berkontribusi dan berpikir atas upaya perbaikan alam dan krisis ekologi yang sedang menimpa alam semesta.

 

Melalui profesi dari setiap kita, semua memiliki potensi untuk dapat menjaga dan merawat alam dan lingkungan, mulai dari profesi yang paling bawah hingga yang paling tingga.

 

Sehingga tidak serta merta kita berpikir bahwa semua ini adalah tanggung jawab pemerintah secara mutlak.

 

Suatu contoh ringan yang ada di sekeliling kita adalah terjadinya banjir pada beberapa titik di wilayah kita, sejatinya pemerintah sudah berusaha memikirkan dan mengupayakan atas penanggulangannya.

 

Karena pemerintah selalu berpikir bahwa bencana alam dan lingkungan juga akan merugikan pemerintah dan masyarakat.

 

Meskipun demikian, upaya pemerintah tidak cukup jika kita sebagai masyarakat tidak serta merta sadar dan peka terhadap lingkungan.

 

Jika pemerintah telah menyediakan jalan pembuangan air sebagai upaya penanggulangan banjir, namun masyarakat tidak merawat dan mengindahkannya.

 

Satu sampah yang dibuang oleh satu orang dikalikan dengan jumlah masyarakat lamban laun juga akan menyumbat parit, hingga sungai di sekitar kita. Alhasil, jika hal itu terjadi, maka bukan hanya pemerintah yang dirugikan melainkan masyarakat juga ikut merasakannya. Wallahua'lam.

 

Agus Hermanto, Dosen UIN Raden Intan Lampung


Opini Terbaru