• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 28 Maret 2024

Pernik

Ramadhan dan Estetika Kemanusiaan

Ramadhan dan Estetika Kemanusiaan
foto ustadz Ichwan Aji Wibowo
foto ustadz Ichwan Aji Wibowo

OlehIchwan Adji Wibowo, SPt, MM

 

PUASA Ramadhan yang Allah swt hadirkan terutama ditujukan kepada umat yang beriman, sesungguhnya secara simbolik menjadi bagian ekspresi kecintaan Tuhan kepada hambanya.

 

Sepanjang satu bulan penuh Tuhan menyediakan waktu khusus pada setiap tahun, agar hambanya yang punya keyakinan diberikan kesempatan mengarungi proses reorientasi penciptaan atas dirinya sebagai manusia. 

 

Puasa selama sebulan tersebut juga menjadi momentum interaksi transedental setiap hambanya yang beriman kepada Tuhannya secara lebih intens, interistik dan bermakna.

 

Manusia diciptakan oleh Allah dengan derajat kemuliaan yang lebih tinggi dibanding makhluk lainnya.  Mula-mula Tuhan menciptakan manusia sebagai hamba, yang diharuskan mentaati setiap perintah dan apapun larangan-Nya. 

 

Sebagaimana yang termaktub dalam Al- Quran Surat Adz-Dzariyat Ayat 56; "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. "

 

Pada kontek berikutnya Tuhan juga menciptakan manusia dengan beban misi menjadi khalifah, menerima tugas melindungi eksistensi umat dan kemanusiaan serta menjaga alam semesta dengan mengelola keseimbangan ekosistem yang diciptakan Tuhan.

 

Sementara manusia sendiri diciptakan Tuhan dalam konstruksi yang paripurna, yakni tidak hanya jasad tapi juga terdiri dari ruh, nafs, qolb dan akal. Upaya menjaga keseimbangan atas konstruksi kosmik manusia akan menjadi elan vital bagi capaian derajat kemuliaan manusia di sisi Allah, yang menjadi prasyarat menunaikan tugas berikutnya menjaga keseimbangan ekosistem jagat raya.

 

Sepanjang tahun, karena ketidakberdayaannya dalam menjaga keseimbangan kosmik di dalam dirinya, boleh jadi manusia akan terperangkap dalam jebakan yang dalam derajat tertentu, bisa secara destruktif merusak tugas dan misi utamanya.

 

Maka Tuhan hadirkan masa satu bulan yakni bulan Ramadhan. Bulan di mana Tuhan mewajibkan setiap manusia beriman untuk mengendalikan diri, tidak memenuhi hasrat nafsunya baik makan minum, serta nafsu seksualitasnya selama waktu tertentu. 

 

Dan di bulan yang sama Tuhan juga menyediakan reward atas setiap kebaikan apapun yang dilakukan manusia, dengan hitungan pahala yang berlipat ganda.

 

Pemberian kesempatan menjalani puasa untuk manusia, juga sesungguhnya membawa pesan Tuhan, bahwa manusia itu tetaplah hamba, makhluk yang diciptakan, yang lemah, yang terus bergantung atas penciptanya.  

 

Tuhan hendak menyampaikan :  sekadar tanpa makan minum yang selalu Ku sediakan saja, kamu amatlah lemah, dan tak berdaya. Maka untuk membangun kesadaran atas eksistensi kemanusiannya, engkau harus merasakan serba keterbatasan dan kekurangan sebagai hamba.

 

Puasa sebagaimana ibadah mahdoh yang lain, selalu memiliki tugas dan fungsi ganda, sebagai wujud ekpresi penghambaan sekaligus berfungsi memastikan manusia tidak terjebak pada sifat dan perilaku yang destruktif, dan merusak eksistensi kemanusiaannya.

 

Melalui puasa Allah menyediakan mekanisme agar manusia memahami siapa dirinya, serta sifat, tugas, fungsi dan kedudukannya. 

 

Pada saat yang sama, untuk memenuhi tugas utamanya sebagai khalifah, hamba yang terpilih (beriman) harus tak henti terus mengupaya membangun karakter baik, menjadi manusia yang selalu menebar kebaikan. Senantiasa mampu mengendalikan diri dari kecendrungan sifat dan perilaku destruktif serta memiliki empati, simpati dan kepedulian atas manusia lainnya. 

 

Begitulah Tuhan menghadirkan puasa agar manusia tidak saja taat atas seluruh perintah Tuhan, tapi juga pada saat yang sama hendak mendidik manusia agar memastikan memiliki  hasrat memuliakan kehidupan. Itulah puncak estetika kemanusiannya.

 

Penulis adalah Ketua PCNU Kota Bandar Lampung.


Pernik Terbaru