• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 19 Maret 2024

Syiar

Cara Menentukan Awal Bulan Ramadhan 2022

Cara Menentukan Awal Bulan Ramadhan 2022
gambar sedang rukyatul hilal
gambar sedang rukyatul hilal

CARA menentukan awal bulan Ramadhan sama halnya seperti awal bulan lainnya dalam kalender Hijriah, baik Sya’ban, Syawal, dan lainnya. Namun, yang menjadi perhatian besar umat Islam adalah penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal.

 

Kedua bulan tersebut menjadi penting karena terdapat sebuah amaliah yang sangat istimewa bagi umat Islam yakni puasa wajib yang dilakukan satu tahun sekali, dan awal bulan Syawal yakni hari Raya Idul Fitri.

 

Dalam penghitungan awal Ramadhan dan Syawal di Indonesia umumnya menggunakan dua metode yaitu hisab dan rukyatul hilal. Metode hisab adalah metode penghitungan yang digunakan untuk mengetahui kapan awal masuk bulan dalam kalender Hijriah.

 

Sedangkan metode rukyatul hilal menurut Imam Abu Hanifah yakni mensyaratkan penetapan awal Ramadhan dan Syawal berupa hasil rukyatul hilal oleh satu kelompok besar ketika kondisi cuaca di langit cerah.  Serta dianggap memadai kesaksian atau keberhasilan rukyatul hilalnya dari seorang yang adil pada kondisi berawan, berkabut, dan sejenisnya. Sedangkan Malikiyah mensyaratkan keberhasilan rukyatul hilal terdiri dari dua orang atau lebih, yang adil dan mencukupi keberhasilan rukyat, serta kondisi hilal tidak terdapat keraguan untuk dapat terlihat. 

 

Adapun menurut Syafi’iyah, keberhasilan rukyatul hilal yakni dari kesaksian seorang yang adil walaupun pada kondisi terdapat penghalang. Namun, tidak memadai dalam kondisi tersebut menurut Hanabilah. 

 

Pelaksanaan rukyatul hilal sebagai metode penentuan awal bulan Qamariah di Nusantara diyakini sudah dilaksanakan semenjak Islam masuk ke Nusantara. Ini berdasarkan pada perintah untuk melaksanakan rukyatul hilal sebelum umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Sebagaimana Rasulullah saw, bersabda:


 

عَنْ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ فَإِذَا رَأَيْتُمْ الْهِلَالَ فَصُومُوا وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ (رواه مسلم) 

 

Dari Abdullah bin Umar ra, ia berkata: Rasulullah saw, bersabda, bilangan bulan itu adalah dua puluh sembilan hari, dan jika kalian telah melihat hilal, maka berpuasalah, dan bila kalian melihatnya (terbit) kembali, maka berbukalah. Namun, jika hilal itu tertutup dari pandangan kalian, maka hitunglah (bilangan harinya).” (HR. Muslim)

 

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَمْرٍو أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لَا نَكْتُبُ وَلَا نَحْسُبُ الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا يَعْنِي مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ وَمَرَّةً ثَلَاثِينَ (رواه البخاري)

 

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Amru bahwa dia mendengar Ibnu 'Umar ra, dari Nabi saw, bersabda: kita ini adalah ummat yang ummi, yang tidak biasa menulis dan juga tidak menghitung, satu bulan itu jumlah harinya segini dan segini, yaitu sekali waktu berjumlah dua puluh sembilan dan sekali waktu berjumlah tiga puluh hari.” (HR. Bukhari).

 

Hadis di atas menjelaskan bahwa dalam kalender Hijriah atau dikenal juga dengan kalender Qamariah setiap bulannya hanya berjumlah 29 atau 30 hari saja. Berbeda dengan kalender masehi atau dikenal juga dengan kalender Syamsiah yang berjumlah antara 28 sampai 31 hari. Maka berdasarkan hal ini terjadi perbedaan setiap tahunnya antara kalender Hijriah dan masehi, yaitu kalender Hijriah berjumlah kurang lebih 355 hari sedangkan masehi 365 hari. 

 

Dalam perhitungan kalender Hijriah rukyatul hilal atau metode melihat bulan baru dilaksanakan setiap tanggal 29 sore, jika hilal dapat dilihat maka keesokan harinya adalah sudah bulan baru. Namun, jika hilal tidak terlihat maka penentuan awal bulan akan digenapkan menjadi 30 hari, dengan demikian awal bulan baru masuk lusanya. 

 

Jika merujuk hasil rukyatul hilal Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) awal bulan Sya’ban jatuh pada tanggal 4 Maret 2022, jika dihitung 29 hari kemudian adalah tanggal 1 April 2022. Maka pada hari Jumat tersebut akan dilaksanakan rukyatul hilal di seluruh Indonesia bahkan dunia. 

 

Hal ini selaras dengan Kementerian Agama (Kemenag) yang akan menggelar sidang Isbat (penetapan) 1 Ramadhan 1443 H pada Jumat, 1 April 2022 petang. Adib, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah menjelaskan sidang Isbat akan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul hilal). 

 

Secara hisab semua sistem sepakat bahwa ijtimak menjelang Ramadhan jatuh pada Jumat, 1 April 2022 atau bertepatan dengan 29 Sya’ban 1443 H sekitar pukul 13.24 WIB. Pada hari rukyat, 29 Sya’ban 1443 H, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit.

 

Maka berdasarkan hasil hisab tersebut dan jika hilal terlihat maka awal Ramadhan akan jatuh pada 2 April 2022 atau hari sabtu, dan sudah dapat melaksanakan ibadah shalat tarawih pada 1 April 2022, Jumat malam. Namun, jika hilal tidak terlihat maka awal Ramadhan jatuh pada 3 April 2022.

 

Wallahu’alam bisshawab

 

Dian Ramadhan, Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga Islam Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung.


Syiar Terbaru