• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 16 April 2024

Opini

Manusia Sempurna Dengan Tridarma 

Manusia Sempurna Dengan Tridarma 
sumber gambar: https://www.malangtimes.com/opini/27984/20180527/080947/ketika-tuhan-menciptakan-alam-semesta-melalui-hitungan-sangat-teliti
sumber gambar: https://www.malangtimes.com/opini/27984/20180527/080947/ketika-tuhan-menciptakan-alam-semesta-melalui-hitungan-sangat-teliti

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah swt dengan sempurna. Kenapa sempurna? Karena dibekali dengan akal pikiran. Yang dengan akal tersebut manusia bisa memilih dan memilah mana yang benar mana yang salah, mana yang hak dan mana yang batil.  

 

Manusia yang hidup di alam dunia, harus memiliki sifat spiritual yang tersambung kepada pencipta alam semesta dan juga harus berselaras dengan makhluk-makhluk Allah yang lainnya, baik terhadap sesama manusia maupun alam di sekitarnya. 

 

Untuk menumbuhkan spiritual dan keselarasan tersebut, manusia harus mengedepankan rasa dan cinta. Karena dengan cinta, manusia akan lebih terbuka, toleransi, dan jiwanya senantiasa akan hidup dengan penuh ketenangan dan ketentraman. 

 

Dengan menghidupkan cinta, manusia juga harus selalu istikamah dengan prinsipnya yang dibuktikan dengan amalan, tingkah laku yang baik. Baik kepada Sang Pencipta maupun kepada manusia yang lain dan alam sekitar. Karena sejatinya manusia bukan mahluk individu, melainkan makhluk sosial. 


Menghidupkan cinta itu seperti seorang laki-laki yang mencintai seorang perempuan. Apakah cintanya hanya cukup diyakini di dalam hati? Tidak.  Pasti dia akan mengungkapkan perasaannya lewat lisan atau perpanjangan lisan, seperti kode dan tulisan.

 

Setelah mengungkapkan ia akan mengajaknya jalan-jalan, makan di restoran atau kafe.  mengantarnya pulang kerumahnya. 

 

Ketiga aktivitas tersebut (hati, lisan, perbuatan) merupakan satu kesatuan dari naluri pribadi manusia itu sendiri. 

 

Begitupun jika ada manusia yang menyatakan cinta kepada Allah swt, serta selalu bergantung kepada-Nya (hablu minallah). Maka dia akan mewujudkannya secara zahir dan batin. 

 

Secara zahir senantiasa ia akan melaksanakan kewajiban shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Serta memakan makanan yang halal, bukan yang syubhat apalagi haram. 

 

Secara batin, ketika manusia mencintai Allah swt,  Ia akan selalu menyebut nama-Nya.  hatinya tidak akan kosong selain-Nya. 

 

Itulah kenapa dalam dunia tasawuf (tarekat) mengajarkan untuk selalu berzikir, mengingat Allah, dengan melafalkan nama Allah secara sirri di dalam hati, baik ketika duduk, berdiri, makan, minum, berjalan, belanja, berbicara, mengajar, dan aktivitas lainya yang bisa menjadikan pahala dengan ibadah ghoiru mahdlah. Semua itu bertujuan untuk menjaga keseimbangan cintanya manusia kepada Allah swt, baik secara zahir maupun batin. 

 

Yang kedua, hablu minannas. Menjaga keseimbangan hubungan kepada sesama manusia.

 

 Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri dan saling membutuhkan. Nabi Adam as saja masih membutuhkan pendamping meski berada di surga yang semuanya sudah lengkap, tiada kurang satupun kenikmatannya. Nabi Adam as tetap membutuhkan teman sejenisnya yang kemudian terciptalah Siti Hawa. 

 

Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin berinteraksi satu sama lainnya. Maka wajar jika manusia banyak saling bergesekan karena terlalu sering berinteraksi baik dengan bergerak maupun ucapan. Namun semua itu hanyalah bagian dari kehidupan manusia, dan yang perlu kita pertahankan yakni keharmonisanya dan kenyamanannya terhadap sesama manusia.

 

Rasulullah saw selalu mengajarkan kepada kita, bahwa jika kita tidak bisa berkata yang baik, maka diamlah. Dari sini lahirlah pepatah bahwa diam adalah emas. Maksudnya diam dari sesuatu yang tidak berguna, makruh, haram dan maksiat. 


Tetapi berbeda jika ada sesuatu yang salah atau menyimpang maka berbicara adalah emas. Akan tetapi berbicaralah yang santun dan dengan adab. Karena berkata dengan adab, sesuatu yang rumit bisa cepat terselesaikan. Dan sesuatu yang sulit akan terpecahkan. 

 

Bukti kesempurnaan manusia yang ketiga adalah, hablu minal alam, berselaras dengan alam.

 

 Alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Karena secara zahir, manusia sangat membutuhkan dan bergantung kepada alam, mulai dari rumah, makanan, minuman, oksigen, matahari dan lain sebagainya. Dan alam sendiri merupakan bentuk dalil adanya wujud Allah swt. 

 

Berakhlak dengan alam merupakan kewajiban manusia, seperti tidak menebang hutan dengan semena-mena, menambang sumber daya alam dengan besar-besaran yang bisa merusak memburu hewan sampai punah, mengeruk gunung hingga tumpul, mengeluhkan sungai dengan membuang sampah dengan sembarangan. Semuanya itu akan menjadikan ekosistem alam tidak akan rusak dan tidak seimbang. Padahal yang rugi manusia sendiri. 

 

Agar tetap rimba dan tidak longsor, setelah menebang pohon, maka harus diganti dengan tanaman yang baru. Sehingga siklus reboisasi berjalan dengan baik. 

 

Selanjutnya yang sering menjadi problem adalah banjir. Maka manusia wajib membuang sampah pada tempatnya.  Jangan sampai membuang di selokan atau sungai, sehingga menimbulkan mampet dan pendangkalan sungai. Sehingga sungai tidak bisa menampung jumlah volume air. 

 

Maka, janganlah sombong dan sembrono selama manusia masih berdiri diatas tanah, memakan makanan yang tumbuh dari tanah, meminum air dari tanah dan menghirup oksigen secara gratis, 

 

Memang benar, ada istilah yang mengatakan, bahwa semakin banyak manusia, maka akan semakin banyak sampah yang dihasilkan. Maka dari itu, kita, manusia, yang seharinya selalu menghasilkan sampah, sudah semestinya harus membuang sampah pada tempatnya, dan mendaur ulang sampah agar bisa dimanfaatkan. 

 

Jika manusia bisa menjalin ketiga hubungan tersebut dengan baik. Maka manusia sejatinya telah sempurna secara zahir dan batin. 

 

Yudi Prayoga, Redaktur Keislaman NU Online Lampung


Opini Terbaru