• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 19 Maret 2024

Keislaman

Jadilah Orang yang Ikhlas Meski Posisi Sudah Berubah

Jadilah Orang yang Ikhlas Meski Posisi Sudah Berubah
ilustrasi posisi yang semakin berubah
ilustrasi posisi yang semakin berubah

IKHLAS merupakan suasana hati yang senantiasa selalu berbarengan dengan keadaan. Semua sisi kehidupan butuh yang namanya ikhlas. Ikhlas tidak memandang siapapun dan jabatan apapun. Rasa ikhlas sepertinya mudah jika diucap, namun sulit jika di praktikan. 

 

Kita semua tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta merupakan atas kehendak dan izin Allah Swt. Semuanya merupakan takdir. Tiada yang luput dari-Nya. Namun sering kali kita tidak mengimani takdir, sebagaimana rukun Islam ke - 6. 

 

Seperti tatkala kita mendapatkan sesuatu yang buruk atau yang tidak kita sukai, serta di luar ekspektasi.  Kita menyalahkan takdir. Lebih buruknya lagi ada yang menyalahkan Tuhan dengan berburuk sangka dan mengatakan  “Tuhan tidak adil”. 

 

Padahal segala sesuatu yang terjadi pada kita sudah diperhitungkan oleh Allah, baik buruknya dan sebab musababnya. Apa yang menurut Allah baik, belum tentu menurut manusia baik. Apa yang menurut manusia baik, bisa jadi menurut Allah itu buruk. 

 

Manusia memiliki kehendak, Allah juga memiliki kehendak, tetapi kehendak Allah-lah yang akan berlaku. Tugas manusia hanya berdoa dan meminta sesuatu yang baik menurut dirinya juga menurut Allah. Jika Allah sudah memberikannya kepada kita, yang wajib kita dikerjakan yakni selalu bersyukur kepada-Nya atas segala pemberian-Nya. 

 

Banyak yang tidak paham dengan kehendak-Nya sehingga menjadikan manusia tidak ikhlas dengan takdir-Nya. Kadangkala Allah sengaja membiarkan si Fulan dengan kemiskinan, karena Allah tahu ia akan selamat karena miskinnya dan boleh jadi justru ia akan terjerumus dan celaka ketika menjadi kaya. Maka apapun keadaannya tetaplah bersyukur dan ikhlas kepada-Nya. 

 

Ada yang diuji dengan kekayaan tetapi tidak selamat (kufur nikmat), seperti Qarun. Ada yang selamat seperti Nabi Sulaiman As. Ada yang diuji dengan keduanya dan selamat, seperti Nabi Ayyub As.

 

Ketika memiliki harta yang melimpah dan anak yang banyak, Nabi Ayyub tetap bersyukur dan beriman kepada Allah. Serta ketika diuji dengan menjadi miskin, anak-anaknya meninggal dan istri-istrinya menjauh, Nabi Ayyub tetap beriman dan ikhlas kepada-Nya. 

 

Hati Nabi Ayyub tetap bahagia, karena yang menjadikan bahagianya hati bukan dari harta benda, melainkan bersumber dari kedekatan dan cintanya kepada Tuhan-nya. 


Tidak semua kekayaan membahagiakan, dan tidak semua kemiskinan menyengsarakan. Tetapi dengan hati yang suci dan bersih dia akan selalu ikhlas dari segala takdirnya. Jika ditakdirkan memiliki harta, maka ia akan gunakan untuk ibadah dan kemaslahatan umat, sehingga menjadi berkah dan manfaat.

 

Seperti Nabi dan para sahabatnya yang selalu bahagia dan ikhlas dari segala pemberian-Nya, kita juga harus selalu melatih mental agar selalu ikhlas dengan keadaan awal, meski telah berubah. 

 

Seperti kadang banyak yang tidak ikhlas ketika sudah menjadi alim dan berilmu. Dahulu ketika ia masih bodoh dan mencari ilmu, berkumpul di belakang dengan masyarakat ketika ada suatu acara, merupakan hal yang biasa. 

 

Tetapi ketika sudah menjadi alim dan merasa berilmu ketika ditempatkan sama seperti dahulu, berkumpul di belakang bersama masyarakat, merasa hina, malu dan seperti tidak dihargai. Inilah yang dinamakan penyakit hati.

 

Hati-hati setan akan selalu memberikan godaan di setiap tingkatan. Biasakan hati kita agar selalu merasa sama sesama manusia. Tidak perlu meminta penghormatan berlebihan. Kiai Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) berkata, orang yang meminta untuk dihormati, sejatinya ia tidak terhormat. 

 

Ikhlaskan hati kita untuk bersikap berselaras. Adapun jika ada orang yang ingin menghormati dan memuliakan kita, biarkan saja itu urusan mereka. Yang penting tidak menjadikan kita sombong dan merasa paling suci dan terhormat. 

 

Yudi Prayoga, Sekretaris MWCNU Kedaton, Bandar Lampung


Keislaman Terbaru