Khutbah

Khutbah Jumat: Menangkal Mitos Kesialan di Bulan Safar

Rabu, 30 Juli 2025 | 10:04 WIB

Khutbah Jumat: Menangkal Mitos Kesialan di Bulan Safar

Khutbah Jumat: Menangkal Mitos Kesialan di Bulan Safar (Kaligrafi: NU Online)

Sebagaimana banyak diketahui dan banyak yang meyakini,  pada bulan Safar akan terjadi musibah yang luar biasa dan akan terjadi cobaan melebihi bulan-bulan lainnya. Dalam hal ini Ibnu Rajab al-Hanbali (wafat 795 H) mengatakan, bulan Safar dan bulan lainnya tidak memiliki perbedaan sama sekali. 

 

Menurutnya sebagaimana dalam bulan lain, dalam bulan Safar dapat terjadi keburukan dan kebaikan. Dengan kata lain, tidak boleh menganggap bulan Safar diyakini sebagai bulan yang dipenuhi dengan kejelekan dan musibah

 

Khutbah I

 

 اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْإِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا ,وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ، فَإِنِّي أُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيرِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأَسْحَارِ. ويقولُ: يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

 

Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati Allah,

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

 

Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

 

Hadirin yang dirahmati Allah,

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan sebenar-benar takwa. Takwa adalah kunci kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Ia adalah perisai dari kesesatan dan pintu dari segala kebaikan.

 

Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib mengangkat tema: “Menangkal Mitos Kesialan di Bulan Safar”. Sebuah tema yang penting untuk kita renungkan bersama.

 

Jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah,

Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah setelah Muharram. Di tengah masyarakat, khususnya di sebagian budaya lokal, terdapat keyakinan bahwa bulan Safar adalah bulan sial, bulan penuh musibah, bulan yang harus diwaspadai.

 

Sebagian orang mengaitkan bulan Safar dengan datangnya bala, penyakit, dan kesusahan. Bahkan ada yang menghindari pernikahan, perjalanan jauh, atau memulai usaha baru di bulan ini karena takut tertimpa sial.

 

Saudara-saudara seiman, keyakinan semacam ini tidaklah benar. Ini adalah warisan dari kepercayaan jahiliah yang telah dibatalkan oleh Islam. Dalam Islam, tidak ada bulan yang membawa sial. Tidak ada waktu yang secara mutlak membawa keburukan. Semua waktu adalah ciptaan Allah, dan Allah tidak menciptakan sesuatu yang sia-sia atau buruk secara mutlak.

 

Rasulullah saw bersabda:

 

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ

 

Artinya: Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa (HR Al-Bukhari).

 

Hadits ini secara jelas menolak anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Bahkan Rasulullah saw menyebut secara eksplisit bahwa tidak ada “ṣafar”, artinya: tidak ada kesialan atau takhayul terkait bulan Safar.

 

Jama’ah yang dirahmati Allah,

Islam datang untuk membersihkan akidah umat manusia dari keyakinan batil dan warisan takhayul. Termasuk dalam hal ini adalah menolak anggapan bahwa waktu tertentu membawa sial.

 

Menganggap bulan tertentu membawa musibah atau celaka adalah bentuk syirik kecil karena menisbatkan kekuatan kepada sesuatu selain Allah. Padahal Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

 

قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ۝٥١

 

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal (QS At-Taubah: 51).

 

Musibah tidak terjadi karena waktu tertentu. Ia terjadi karena kehendak dan ketetapan Allah. Jika seseorang meyakini bahwa sebuah bulan mendatangkan keburukan, maka ia telah terjatuh dalam kesalahan yang bisa merusak tauhid.

 

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah swt,

Sikap Islam terhadap bulan Safar adalah sikap yang positif dan penuh optimisme. Rasulullah saw justru memilih waktu di bulan Safar untuk melaksanakan berbagai aktivitas penting.

 

Dalam sejarah, disebutkan bahwa Nabi saw menikahkan putrinya, Fatimah Az-Zahra, dengan Ali bin Abi Thalib di bulan Safar. Jika bulan Safar adalah bulan sial, tentu Rasulullah saw tidak akan memilih waktu tersebut untuk acara mulia seperti pernikahan.

 

Begitu pula dalam sejarah dakwah Nabi, banyak peristiwa penting terjadi di bulan Safar tanpa pertanda buruk. Ini menunjukkan bahwa bulan Safar sama mulianya seperti bulan lainnya. Tidak ada alasan untuk menghindarinya.

 

Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah,

Mengapa kita harus menangkal mitos kesialan di bulan Safar?

 

1. Karena mitos bertentangan dengan akidah Islam. Islam mengajarkan tawakal kepada Allah, bukan takut kepada mitos.

2. Karena mitos melemahkan semangat dan produktivitas. Orang-orang menjadi takut untuk menikah, bekerja, atau bepergian karena khawatir sial.

3. Karena mitos bisa menyeret pada dosa. Bisa jadi seseorang melakukan ritual tertentu yang bertentangan dengan nilai syariat Islam.

 

Jama’ah yang dirahmati Allah,

Mari kita jadikan bulan Safar dan bulan-bulan lainnya sebagai waktu untuk beribadah, memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah swt dan menyebarkan kebaikan. Jangan biarkan mitos dan takhayul menghalangi langkah kita.

 

Ajarkan kepada anak-anak dan keluarga kita bahwa semua waktu adalah baik. Yang menjadikan suatu waktu menjadi buruk bukanlah bulan itu, tapi dosa dan maksiat yang kita lakukan di dalamnya.

 

Rasulullah saw bersabda: "Tiada hari, bulan, atau waktu yang menyebabkan seseorang celaka. Namun perbuatan manusialah yang mendatangkan celaka bagi dirinya."

 

Lebih tegas, Ibnu Rajab menyatakan, barometer dari baik dan tidaknya suatu zaman tidak dilihat dari kejadian-kejadian yang terjadi di dalamnya. Menurutnya, semua zaman yang di dalamnya semua seorang mukmin menyibukkan diri dengan kebaikan, maka zaman tersebut adalah zaman yang diberkahi. Demikian pula sebaliknya. Ibnu Rajab berkata:

 

فَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ المُؤْمِنُ بِطَاعَةِ اللهِ فَهُوَ زَمَانٌ مُبَارَكٌ عَلَيْهِ، وَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ العَبْدُ بِمَعْصِيَةِ اللهِ فَهُوَ مَشْؤُمٌ عَلَيْهِ

 

Artinya: Setiap zaman yang orang mukmin menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah, maka merupakan zaman yang diberkahi; dan setiap zaman orang mukmin menyibukkannya dengan bermaksiat kepada Allah, maka merupakan zaman kesialan (tidak diberkahi) (Zainuddin ‘Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Baghdadi ad-Dimisyqi, Lathâ-iful Ma’ârif, [Dar Ibn Hazm, cetakan pertama: 2004], halaman 81).

 

Hadirin rahimakumullah,

Demikianlah khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang membaca maupun yang mendengarkannya. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang selalu bersandar kepada nilai-nilai syariat Islam, bukan kepada makhluk selain-Nya.

 

بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

 

Khutbah II

 

 الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ رَبَّنَا اغْفِرْ وََارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ.

 

Yudi Prayoga, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung