• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Lima Kedudukan Anak dalam Islam

Khutbah Jumat: Lima Kedudukan Anak dalam Islam
Masjid Safinatul Ulum UIN RIL Khutbah Jumat: Lima Kedudukan Anak dalam Islam
Masjid Safinatul Ulum UIN RIL Khutbah Jumat: Lima Kedudukan Anak dalam Islam

Setiap pasangan yang sudah menikah pasti menginginkan hadirnya anak-anak dalam rumah tangga mereka. Dan pastinya anak yang diharapkan adalah anak yang saleh dan saleha serta sempurna. Namun menjadi anak yang saleh saleha tersebut tentunya kembali  kepada kedua orang tuanya, karena proses dari orang tua lah yang akan menentukan akan menjadi seperti apa anak tersebut.

 

Agama Islam sudah  memberi gambaran kedudukan seorang anak, dan itu merupakan gambaran yang nyata dalam kehidupan rumah tangga, sehingga dengan adanya khutbah yang bertema “Lima Kedudukan Anak dalam Islam” ini bisa menjadikan penguat, penyemangat dari kedua orang tuanya dalam membekali anak-anaknya sesuatu yang mulia dan bijaksana. 

 

Khutbah I

 
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةًوَّسُرُوْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحـْدَهُ لاَشـَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعََبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَفَْضلِ اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَاِبه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَـٰفاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً
 


Alhamdulillah, segala puji milik Allah swt, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan kita kesehatan jasmani maupun ruhani, sehingga kita dapat berkumpul pada hari yang mulia dan di majelis yang mulia ini, untuk melaksanakan shalat Jumat yang insyaallah dipenuhi rahmat dan keberkahan dari Allah swt. 

 

Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, sosok suri tauladan yang baik, membawa kita keluar dari zaman jahiliyah menuju zaman memanusiakan manusia. 

 

Sebelum memulai khutbah, tidak lupa dan tidak henti-hentinya khatib untuk selalu mengingatkan dan berwasiat kepada umat Muslim semuanya, khususnya diri khatib pribadi, untuk selalu meningkatkan takwa kita kepada Allah swt, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena sebaik-baik umat di hadapan Allah adalah karena takwanya bukan jabatan apalagi nasab keturunan.

 

Hadirin rahimakumullah

Anak merupakan amanah dari Allah swt yang dititipkan kepada kedua orang tua. Sehingga dari kedua orang tuanyalah mereka akan dijadikan apa dan seperti apa, apakah dijadikan beriman kepada Allah ataupun ingkar. Dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah, bahwa kedudukan anak sebagai berikut:

 

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

 

Artinya: Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani (HR Bukhari dan Muslim).

 

Bersyukurlah jika kita semua dahulu dan sampai sekarang masih dididik oleh kedua orang tua kita dengan ilmu agama Islam, sehingga keimanan kita sangat kuat kepada Allah swt. Andaikata orang tua tidak mengajarkan agama Islam, setidaknya mereka menggugurkan kewajibannya dengan mencarikan kita seorang guru agama Islam. Sehingga kita tetap beriman kepada Allah swt dan menghormati kedua orang tua.

 

Hadirin rahimakumullah.
Dalam agama Islam,  seorang anak memiliki kedudukan bagi kedua orang tuanya. Sehingga kedudukan tersebut menjadi ikatan yang kuat dari keduanya, apakah ikatannya baik atau buruk merupakan hasil dari interaksi antara anak dan orang tuanya. 

 

Berikut ini lima kedudukan anak dalam Islam:

 

Pertama, anak sebagai amanah dari Allah swt
 
Anak merupakan amanah dari Allah swt yang dititipkan kepada kedua orang tuanya. Oleh karena itu, anak harus dijaga, dirawat dan dipelihara secara baik lahir dan batin, sehingga mereka akan tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani maupun rohani. Secara jasmani kita beri asupan makanan yang halal, baik dan bergizi, secara ruhani kita ajarkan ilmu agama dan nasehat-nasehat dari para ulama. Jika keduanya diterapkan dengan baik, maka kehidupan akan menjadi berkah sempurna.

 

Selain itu juga, karena anak merupakan amanah, jangan sampai kita tidak menekankan untuk beriman kepada Allah, karena setiap manusia diciptakan untuk menyembah/mengabdi kepada-Nya. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat ayat 56 sebagai berikut:

 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ - ٥٦

 

Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (QS Az-Zariyat: 56).

 

Dari ayat di atas memberi penegasan bahwa penghambaan manusia kepada Allah swt sangatlah penting dan utama. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, kelak Allah swt akan meminta pertanggungjawaban orang tua tentang amanah yang diberikan itu. Apakah amanah tersebut ditunaikan dengan baik atau tidak.

 

Hadirin rahimakumullah.
Kedudukan kedua, anugerah dan nikmat dari Allah swt

 

Anak merupakan anugerah dan nikmat yang berasal dari Allah swt. Kehadiran anak dapat memberikan kebahagiaan bagi orang tuanya. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat. asy-Syura ayat 49-50:

 

لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ اِنَاثًا وَّيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ الذُّكُوْرَ ۙ - ٤٩ اَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَّاِنَاثًا ۚوَيَجْعَلُ مَنْ يَّشَاۤءُ عَقِيْمًا ۗاِنَّهٗ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ - ٥٠


Artinya: Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa (QS asy-Syura: 49-50).

 

Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk menyambut anak yang baru lahir dengan penuh rasa syukur dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan nikmat dari Allah swt. Nikmat yang akan menjadi kebahagiaan di dunia dan akhirat.

 

Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Furqan ayat 74: Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami)".

 

Maka dari itu anugerah yang tertinggi dari seorang anak adalah menjadikan sedekah jariyah ketika orang tuanya masih hidup maupun ketika sudah meninggal. Karena salah satu sedekah jariyah yang tidak terputus meskipun sudah meninggal yakni doa akan yang saleh.

 

Hadirin rahimakumullah
Kedudukan anak yang ketiga, sebagai ujian dan cobaan.
 

Selain sebagai anugerah dan nikmat dari Allah swt, anak juga menjadi ujian dan cobaan bagi orang tuanya. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 15.

 

اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ - ١٥

 

Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar (QS. At-Taghabun: 15).

 

Jika kedua orang tua tidak bisa mendidik anaknya dengan benar, maka anak bisa menjadi cobaan dan fitnah. Sudah berapa banyak orang tua yang dibuat pusing oleh anaknya, bisa karena lemahnya akal (bodoh), lemah mental (pengecut), lemah agama (ingkar kepada Tuhan), lemah akhlak (membantah kepada orang tua) dan bahkan ada yang menganiaya orang tuanya. 
Semua itu merupakan cobaan, dan orang tua harus sabar. Sabar juga kurang sempurna jika tidak diajari kebaikan oleh orang tuanya.

 

Kadang juga orang tua yang memiliki anak yang baik, prestasi dan unggul membuat orang tua menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat Allah swt. Terkadang mereka merasa bangga dan paling tinggi dari orang lain.


Sehingga baik anak yang baik dan yang buruk merupakan cobaan, jadi harus pintar-pintar mendidik anak dan orang tua harus pandai mengendalikan hati agar lebih beriman kepada Allah swt. 

 

Hadirin rahimakumullah.

Yang keempat, anak sebagai penerus garis keturunan


 
Anak merupakan warisan dari kedua orang tuanya. Kelahiran mereka menjadi penerus kebaikan hidup dan melestarikan garis keturunan. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mendidik anaknya dengan baik. Sehingga kelak, anak akan membawa tanggung jawab nama keluarga dari kedua orang tuanya. Maka sudah sepatutnya orang tua mendidik dengan pendidikan terbaik bagi keturunannya.

 

Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 133:

 

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ - ١٣٣

 

Artinya: Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya (QS Al Baqarah: 133).

 

Nasab keturunan merupakan pertalian darah, baik ke atas, ke bawah, maupun ke samping. Keturunan juga menjadi pondasi dari utuhnya kehidupan manusia, sebab pada hakikatnya keturunan merupakan nikmat dan karunia besar yang Allah swt berikan kepada hamba-Nya.

 

Oleh karena itu, keturunan harus selalu dijaga kemurniannya. Itulah kenapa dalam syareat Islam ada maqasid syariah yang salah satunya hifdzun nasl (menjaga nasab), sehingga Islam sangat mengatur ketat tentang hubungan manusia, jangan sampai ada pergaulan bebas dan ketidakjelasan asal-usul dari keturunannya. Karena ketika seorang anak statusnya tidak jelas, maka penerapan hukum dalam Islam menjadi kacau.

 

Hadirin rahimakumullah.
Yang kelima, anak sebagai pelestari pahala orang tua


 
Sudah disebutkan sekilas di atas bahwa anak bisa menjadi pentransfer amal jariyah kepada kedua orang tuanya, ketika anak tersebut saleh, bukan ahli maksiat. Anak saleh adalah anak yang sikap dan perilakunya mencerminkan keimanan dan keislaman. 

 

Anak saleh memiliki ketaatan dan kepasrahan terhadap hukum-hukum Allah swt dan rasul-Nya. Ia juga memberikan manfaat bagi sesama. Kesalehan itulah yang akan menjamin terkabulnya doa untuk kedua orang tua yang sudah tiada. 

 

Sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah ra.

 

عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya (HR Muslim).

 

Kembali lagi kepada kedua orang tuanya, untuk memiliki anak yang saleh, maka kedua orang tua harus mendidik anaknya dengan baik. Jangan sampai menelantarkan anaknya dengan tidak memberikan ilmu agama. Andaikata kedua orang tuanya tidak sanggup memberikan ilmu agama, karena keterbatasan ilmu yang dimiliki, maka orang tua wajib mencarikan guru agama bagi anaknya, salah satunya bisa memasukkan anak-anak mereka ke pondok pesantren.

 
 
Hadirin rahimakumullah 

Demikian penjelasan khutbah yang singkat ini, semoga bisa menjadi ibrah dan bertambahnya ilmu pengetahuan tentang hubungan anak dan orang tua, sehingga orang tua bisa memberikan sesuatu yang terbaik bagi anak dan keturunanya. Dan anak bisa menjadi penyejuk dan sumber kebahagiaan di dalam keluarga. Ketika semuanya tercapai maka kehidupannya akan bermanfaat bagi dirinya, keluarga, lingkungannya, agama dan bangsa. Amin ya rabbal alamin.


 
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

 
 
Khutbah II


 
   إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.  

 


Ustadz Yudi Prayoga, M Ag, Pengajar di Pondok Pesantren Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung


Editor:

Khutbah Terbaru