Akhmad Syarief Kurniawan
Kontributor
Kurang afdhol kiranya, jika masyarakat Lampung, khususnya Lampung Tengah, terlebih Gerakan Pramuka dan organisasi Nahdlatul Ulama belum menceritakan sosok laki-laki yang bernama Drs H Ahmad Jailani, MS.
A Jailani, menuangkan perjalanan kisah pribadinya sejak awal dari Banyuwangi, Jawa Timur hingga masa pensiun pengabdiannya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Tengah dalam bentuk buku yang berjudul “Auto Biografi / Riwayat Hidup A Jailani, MS”. Buku yang diterbitkan oleh Laduny Alifatama, Kota Metro ini menguraikan sebanyak 105 halaman, narasi deskriptif kisah perjalanannyA
A Jailani lahir pada Sabtu Pon, 6 April 1960 di desa Tegal Dlimo, Kecamatan Dam Dlimo, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Ibunya bernama Siti Rofiah dan Bapaknya bernama Mad Sari. A Jailani adalah anak ke 2 dari tujuh bersaudara, yakni; Muntamah, A Jailani, Paniti, Siti Rodiyah, A Sukri Ghozali, Samsudin, dan Son Haji.
Ketika masih muda, A Jailani sama seperti halnya anak-anak di desanya, yakni mengikuti proses pendidikan di lingkungannya. Jika pagi ia sekolah di Madrasah Ibitidaiyah desa Tegal Dlimo dan ketika sore hingga malam mengaji di Mushalla pamannya sendiri, Pak Lek Mad / Paman Mad.
Selain belajar di mushalla A Jailani juga belajar mengaji di rumah pak Sampuri. Beliau adalah salah satu guru dan orang yang sangat berjasa dalam perjalanan hidupnya semasa anak-anak, karena berkat beliaulah A Jailani muda mulai bisa menulis Arab dan membaca kitab kecil, seperti kitab fiqih, akhlak, dan tauhid.
Dalam rangka untuk memperkuat ketahanan ekonomi keluarga, Ibu Siti Rofiah dan Bapak Mad Sari pada awal tahun 1972 hijrah ke pulau Sumatera, dengan tujuan Sumber Sari, Teluk Dalem, Labuhan Maringgai, Lampung Tengah (sekarang Lampung Timur).
Setelah menginjakkan di Lampung, A Jailani muda melanjutkan pendidikannya di Madrasah Ibitidaiyah Sabilil Huda Sumber Sari, dengan Kepala Sekolah waktu itu, Imam Muqodir. Sejak sekolah di Sabilil Huda sosok A Jailani muda mulai terlihat prestasinya, ia meriah juara dalam lomba cerdas cermat.
Setelah lulus dari Sabilil Huda, A Jailani selanjutnya mondok di pondok pesantren Darussalamah Braja Dewa, Way Jepara yang di asuh oleh KH Ahmad Shodiq. Namun, karena keadaan ekonomi keluarga waktu itu yang kurang mampu, ia hanya bertahan 4 bulan saja dan kembali ke rumah.
Di rumah ia sering membantu orang tuanya, bekerja buruh antar tempe, buruh cangkul, penggali bibit cengkeh, menjual kayu bakar, dan lain-lain. Di sela-sela membantu, A Jailani tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, yakni PGA 4 tahun atau setara SMP di Sadar Sriwijaya hingga lulus. Setelah lulus dari PGA 4 tahun, A Jailani merantau ke Air Naningan Talang Padang, Lampung Selatan (sekarang Tanggamus). Di sana ia bekerja di kebun kopi, guna mempersiapkan modal masuk ke PGAN Metro.
Hampir sempat dibatalkan oleh orang tuanya, akhirnya A Jailani bisa sekolah ke PGAN Metro, tahun 1980. Di sini juga, intelektualnya, spiritual dan mental jiwanya mulai terbentuk. Sehari-harinya ia menjadi takmir mushallah, guru ngaji, guru privat, mengemudi becak, dan lain-lain. Proses kehidupan semua itu dijalaninya dengan ikhlas untuk menambah kebutuhan biaya hidup sehari-hari.
Setelah lulus tahun 1982, A Jailani kemudian mulai ikut mengajar di MTsN Filllial Metro. Pada tahun itu juga, ia melanjutkan ke perguruan tinggi IAIN Metro hingga lulus pada tahun 1992. Hal ini berdasarkan saran dari seniornya, Ahmad Zarnuji Sodiq.
Tahun 1985 A Jailani muda mencoba menguji keberuntungan mendaftar sebagai tenaga pengajar di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan dalam proses perjalanannya ia lolos menjadi tenaga pengajar agama Islam dan ditempatkan di SDN Bina Karya Utama Rumbia, Lampung Tengah, mulai sejak 1987.
Untuk membangun rumah tangganya, A Jailani melepas masa lajangnya pada 23 Februari 1990. Ia menikahi wanita dari 21 Polos, Metro bernama Markamah. Dari pernikahannya, ia memiliki tiga anak; Sayyidin Nurul Khusain Nikmah, Mikrojul Lutfi Nikmah dan Mar’i Nufus An Nikmah.
Peraih Tanda Penghargaan Lencana Darmabakti tahun 2016 dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka ini menyampaikan, selain khidmat dalam dunia pendidikan, dirinya berkecimpung lama dalam Gerakan Pramuka sejak mengajar di MTsN Filllial Metro tahun 1983, mulai dari pendamping Jambore Nasional, Pembina Pramuka, Pelatih, Kursus Mahir Dasar, Kursus Mahir Lanjut, Kursus Pelatih Dasar, dan lain-lain, hingga saat ini masih aktif di Kwartir Cabang Lampung Tengah.
Selain di Gerakan Pramuka, A Jailani, juga berkhidmat di Nahdlatul Ulama, antaralain; Koordinator LP Ma’arif Rumbia tahun 1989 – 1995, Ketua Ranting NU Bina Karya Utama tahun 1998, Wakil Ketua MWC NU Rumbia tahun 1990, Ketua MWC NU Rumbia tahun 1996-2006, Sekretaris PCNU Lampung Tengah tahun 2001-2006, Wakil Ketua PCNU Lampung Tengah tahun 2006-2011, Ketua PCNU Lampung Tengah tahun 2012-2017, dan saat ini sebagai Katib Jam’iyyah Ahlith Thariqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (Jatman) Idaroh Syu’biyyah Lampung Tengah tahun 2019-2024.
Tepat pada 2 Mei 2018, A Jailani, telah purna bhakti sebagai ASN Lampung Tengah, sekaligus di tahun yang juga, ia bersama istrinya, melaksanakan rukun Islam ke 5 Haji ke tanah suci Makkah.
Ketua PCNU Kabupaten Lampung Tengah masa khidmat 2012 – 2017 ini menguraikan, hadirnya buku ini adalah untuk mengenang diri dalam perjalanan hidup di kala suka dan duka yang dialami pada masa penderitaan dalam perjuangan untuk menuju kesuksesan hidup di dunia hingga menuju dunia keabadian, akhirat.
Hadirnya buku ini setidaknya diharapkan memberikan manfaat dan telaah kesadaran bagi generasi muda untuk terus belajar dimanapun berada, dan mengasah keahlian seluruh sendi-sendi kehidupan.
IDENTITAS BUKU :
Judul : Auto Biografi / Riwayat Hidup A Jailani, MS
Penulis : Drs. H. A Jailani, MS
Penerbit : Laduny Alifatama, Kota Metro, Lampung.
Tahun Terbit : September, 2021
Tebal : viii + 105 Halaman
Peresensi : Akhmad Syarief Kurniawan, Penikmat buku dan kopi, tinggal Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Terpopuler
1
3 Amalan Malam Nuzulul Qur'an, Ahad 16 Maret 2025
2
Bolehkah Shalat Tahajud Setelah Shalat Witir
3
Bacaan Qunut Witir pada Separuh Akhir Ramadhan, Arab, Latin dan Terjemah
4
Nuzulul Qur'an: Berikut 5 Fadilah Membaca Al-Qur'an pada Malamnya
5
Kisah Sayyidah Khadijah ra dan Hari-Hari Menjelang Turunnya Al-Qur’an
6
Berikut Keutamaan Lailatul Qadar pada Bulan Ramadhan
Terkini
Lihat Semua