Syiar

3 Cara Puasa Syawal, Keutamaan dan Lafal Niat

Sabtu, 12 April 2025 | 08:44 WIB

3 Cara Puasa Syawal, Keutamaan dan Lafal Niat

Puasa Syawal sangat dianjurkan setelah berpuasa di bulan Ramadhan (Ilustrasi: NU Online)

Setelah berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk melanjutkan berpuasa selama 6 hari di bulan Syawal. Puasa ini memiliki banyak keutamaan, selain menjaga konsistensi ibadah kita di bulan-bulan setelah Ramadhan.

 

Puasa Syawal dapat dimulai pada tanggal 2 Syawal dan seterusnya, baik secara berturut-turut maupun berselang-seling. Namun bagi yang belum melaksanakannya hingga hari, masih dapat menunaikan puasa tersebut, hingga berakhirnya bulan Syawal.

 

Puasa Syawal ini penting dilakukan, karena menjadi pelengkap puasa di bulan Ramadhan, yang bila dilaksanakan akan mendapatkan pahala setara dengan puasa selama satu tahun penuh. Hadits Rasulullah saw menyatakan: 

 

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ اَلدَّهْرِ   

 

Artinya: Barangsiapa puasa Ramadhan, kemudian ia sertakan dengan puasa enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh (HR Muslim).   


Tata Cara Puasa Syawal

Dilansir dari NU Online, ada 3 tata cara dalam melaksanakan puasa Syawal, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat 795 H) dalam salah satu karyanya, Lathaiful Ma’arif. 

 

Pertama, dilakukan terus-menerus, yaitu dengan cara berpuasa enam hari secara terus-menerus tanpa terpisah, mulai tanggal 2 bulan Syawal hingga tanggal 7. 

 

Ini merupakan pendapat mayoritas ulama Syafi’iyah, dan Imam Ibnu Mubarak. Hal ini berdasarkan salah satu hadits Nabi saw:

 

 مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ مُتَتَابعَةً فَكَأَنَّمَا صَامَ السَّنَةَ 

 

Artinya: Barangsiapa puasa enam hari setelah Idul Fitri secara terus-menerus, maka seperti berpuasa selama satu tahun (HR At-Thabarani). 

 

Kedua, boleh terus-menerus atau terpisah-pisah. 

Maksudnya boleh dilakukan dengan dua cara, yaitu terus-menerus atau terpisah-pisah, yang penting semuanya masih dilakukan di bulan Syawal, maka akan tetap mendapatkan anjuran puasa dan mendapatkan pahala setara dengan satu tahun sebagaimana hadits di atas. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Waqi’ (guru Imam As-Syafi’i). 

 

Ketiga, dilakukan dalam rangkaian puasa Ayyamul Bidh (puasa 3 hari pada pertengahan bulan Hijriah, dalam hal ini 13–15 Syawal). 

 

Pendapat ini menyatakan bahwa puasa Syawal seharusnya tidak dilakukan langsung setelah hari raya Idul Fitri, karena masih menjadi momentum untuk makan dan minum. Sebaiknya puasa dilaksanakan pada tiga hari sebelum Ayyamul Bidh (10–15 Syawal), atau dirangkai setelahnya (13–18 Syawal). .Pendapat ini menurut Imam Ma’mar dan Imam Abdurrazzaq. 

 

Berdasarkan pada salah satu dari tiga cara di atas, maka bagi kita yang belum bisa melakukan puasa Syawal setelah hari raya Idul Fitri kemarin, dapat menunaikannya pada hari ini, atau hingga bulan Syawal berakhir. 

 

Sekedar informasi, pertengahan bulan Syawal 1446 tahun ini adalah pada hari Senin, 14 April 2025 (15 Syawal).

 

Lafal Niat Puasa Syawal
Adapun lafal niat yang perlu dibaca sebelum melaksanakan puasa sunnah Syawal adalah:  

 

   نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

 

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘âlâ.  

 

Artinya: Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah swt.  

 

Sementara bagi orang yang belum berniat puasa Syawal pada malam hari, diperbolehkan berniat sejak ia berkehendak puasa sunnah saat itu juga. Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib.    

 

Untuk puasa sunnah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh. Ia juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Syawal di siang hari. Lafal niat yang dibaca yakni:


 
   نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

    

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘âlâ.    

 

Artinya: Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah swt.  
.