• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Syiar

Lafal Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya

Lafal Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya
Lafal Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya (Ilustrasi: NU Online)
Lafal Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya (Ilustrasi: NU Online)

Puasa Syawal adalah salah satu amalan sunnah yang dianjurkan bagi umat Islam setelah selesai menjalani ibadah puasa Ramadhan. Puasa ini dilakukan selama enam hari pada bulan Syawal, yang dimulai sehari setelah Hari Raya Idul Fitri. 


Selain sebagai bentuk ibadah yang dianjurkan, puasa Syawal juga memiliki keutamaan yang besar dalam ajaran Islam. Dalam melaksanakan puasa Syawal, lafal niat memegang peranan penting sebagai manifestasi kesungguhan hati dalam menjalankan ibadah.


Sementara keutamaannya menjadi pendorong bagi umat Islam untuk melaksanakannya dengan penuh keyakinan dan semangat.


Rasulullah saw telah menjelaskan dalam haditsnya bahwa orang yang berpuasa Ramadhan kemudian disambung dengan puasa enam hari Syawal, maka akan memperoleh pahala senilai puasa satu tahun.   


Rasulullah saw bersabda:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتَّاً مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ  


Artinya: Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun (HR Muslim).


Dilansir dari NU Online, perhitungan pahala puasa satu tahun itu berdasarkan firman Allah swt berikut: 


  مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ    


Artinya: Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya (QS Al-An’am [6]: 160) 


Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap satu amal kebaikan akan mendapat balasan sepuluh kali lipat. Mengacu pada penjelasan tersebut, jika dikalkulasikan maka satu bulan puasa Ramadhan dikali 10 sama dengan 10 bulan, kemudian 6 hari puasa Syawal dikali 10 sama dengan 2 bulan. Jadi 10 bulan ditambah 2 bulan sama dengan 12 bulan atau satu tahun. 


Tata cara puasa sunnah Syawal sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dengan menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Berikut adalah lafal niatnya yang dibaca pada malam hari:


 نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى      


Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ 


Artinya: Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah ta’ala.    


Karena ini puasa sunnah, maka jika lupa niat pada malam hari boleh niat pada siang harinya. Berikut adalah niat puasa Syawwal jika dibaca di siang hari.


 نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلّٰهِ تَعَالَى    


Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatisy Syawwâli lillâhi ta‘âlâ    


Artinya: Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah ta’ala.  


Adapun pelaksanakan puasa syawal idealnya enam hari itu dilakukan persis setelah hari Raya Idul Fitri, yakni pada 2-7 Syawal. Tetapi orang yang berpuasa di luar tanggal itu, sekalipun tidak berurutan, tetap mendapat keutamaan puasa Syawal seakan puasa wajib setahun penuh.


Bahkan orang yang mengqadha puasa atau menunaikan nadzar puasanya di bulan Syawal tetap mendapat keutamaan seperti mereka yang melakukan puasa sunnah Syawal. 


Saking besarnya keutamaan puasa ini, seseorang yang berhalangan melaksanakannya di bulan Syawal, dianjurkan mengqadhanya di bulan lain. Demikian keterangan yang bisa kita dapatkan di kitab-kitab turats, di antaranya Nihayatuz Zain karya Syekh Nawawi al-Bantani.


Demikianlah penjelasan mengenai lafal niat puasa syawal, keutamaan, dan waktu pelaksanaannya. Semoga dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. 


Editor:

Syiar Terbaru