• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Keislaman

Upaya Memperluas Rezeki: Shalat, Shalawat, Istighfar

Upaya Memperluas Rezeki: Shalat, Shalawat, Istighfar
Ilustrasi Memperluas Rezeki
Ilustrasi Memperluas Rezeki

Rezeki, dalam arti sempit, kerap maknai sebagai uang, makanan, minuman, pakaian, dan hal-hal lain yang berbau materi. Maka kita sering kecewa bila sudah berusaha dan berdoa, namun yang diinginkan tidak tercapai.


Syekh Nawawi al-Jawi dalam Qatru al-Ghais fi Syarh Masail Abi Laits mengartikan rezeki sebagai berikut :
 

أَلرِّزْقُ لَايُخْتَصُّ بِالْمَأْكُوْلِ وَالْمَشْرُوْبِ بَلْ كُلُّ مَا إِنْتَفَعَ بِهِ الْحَيَوَانُ مِنْ مَأْكُوْلٍ وَمَشْرُوْبٍ وَمَلْبُوْسٍ وَغَيْرِهَا وَمِنْ أَعْظَمِ الرِّزْقِ التَّوْفَيْقُ لِلطَّاعَاتِ 


Rezeki tidak terbatas pada makanan dan minuman, akan tetapi segala sesuatu yang bermanfaat bagi hayawan (makhluk bernyawa) termasuk makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Rezeki yang paling utama adalah at-taufiq (pertolongan Allah) kepada ketaatan.” 


Secara umum Syekh Nawawi membagi rezeki menjadi dua bagian yaitu rezeki lahir dan rezeki batin. 
 

والرزق قسمان ظاهر وهو الأقوات والأطعمة وذلك للأبدان وباطن وهي المعارف والمكاشفات وذلك للقلوب والاسرار 


Rezeki terdiri dari dua macam.  Pertama, rezeki lahir yaitu berupa kekuatan dan makanan untuk badan. Kedua, rezeki batin, yaitu makrifat dan mukasyafat (tersingkapnya tabir) hati dan rahasia-rahasia” (Syekh Nawawi, Qatru Al-Ghais fi Syarh Masail Abi Laits, Indonesia: Darul Ihya, halaman 4). 


Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa rezeki adalah segala bentuk kenikmatan yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya, baik berupa lahir maupun batin.


Di antara kenikmatan lahir adalah kesehatan, fungsi panca indera dan anggota badan lainnya yakni makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan segala hal yang dapat bermanfaat untuk manusia secara fisiologis. 


Lebih besar lagi rezeki yang diberikan Allah berupa kenikmatan batin, yaitu berupa petunjuk, keimanan, dan makrifat kepada Allah. 


Upaya Memperluas Rezeki

Syekh Nawawi menyatakan ada tiga hal menjadi sebab luasnya rezeki yaitu memperbanyak shalat, shalawat, dan istighfar. 
 

من أسباب سعة الرزق كثرة الصلاة والصلاة والسلام على النبي صلى الله عليه وسلم والإستغفار 


Sebagian dari sebab keluasan rezeki adalah memperbanyak shalat, shalawat, dan istighfar.”

Pernyataan ini didasarkan firman Allah 
 

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى (١٣٢) 


Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu, dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” (QS Thaha : 132).
 

 فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (١٠) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (١١) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (١٢) 


Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya, Dia adalah pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai,” (QS Nuh : 10-12). 


Itu artinya, keluasan rezeki dapat berupa kenikmatan lahir yang bersifat duniawi seperti harta, kesehatan, anak-anak shaleh, dan kecukupan hidup, maupun kenikmatan batin seperti keimanan, makrifat kepada Allah, ketenangan, dan sebagainya. 


Kita harus meyakini bahwa manusia diciptakan tidak akan dibiarkan begitu saja. Bukan hanya manusia, bahkan makhluk yang berada di dalam perut atau kulit manusia pun Allah cukupi kebutuhannya. Bayi yang baru lahir sudah disediakan rezeki berupa air susu ibu (ASI) sebagai sumber nutrisinya.
 

 وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (٦) 


Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi, melainkan Allah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS Hud : 6). 
 


Dengan demikian, hendaknya kita semua selalu optimis akan adanya rezeki dari Allah dan selalu bersyukur. Semoga Allah senantiasa melapangkan rezeki kita, baik lahir maupun batin.
 


Keislaman Terbaru