• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Tokoh

Tito Gustowo, Melestarikan Budaya Menulis di Pesantren

Tito Gustowo, Melestarikan Budaya Menulis di Pesantren
Tito Gustowo menunjukkan salah satu kitab yang ditulisnya
Tito Gustowo menunjukkan salah satu kitab yang ditulisnya

DUNIA pesantren dan kepenulisan tidak dapat dipisahkan. Hal ini terlihat dari banyaknya karya para ulama terdahulu yang diwariskan dan dipelajari hingga saat ini. 

 

Begitu juga pada era modern, terlahir para tokoh  berasal dari pesantren yang ikut berkecimpung dalam aktivitas menulis. Salah satunya adalah Tito Gustowo, santri di Pondok Pesantren Darussa’adah, Bandar Lampung. 

 

Saat ini dia telah menerbitkan empat  buku (kitab) yang mengulas panduan kegiatan belajar di pesantren dengan memfokuskan diri pada mata pelajaran nahwu dan sharaf. 

 

Nahwu yaitu keilmuan yang mempelajari bentuk struktur kata (gramatikal) dalam Bahasa Arab, berupa susunan kalimatnya. Sedangkan sharaf  ialah kajian yang membahas perubahan bentuk kata ke bentuk kata lainnya. Sehingga keduanya kerapkali dipelajari secara bersamaan.

 

Kitab yang sudah ditulis dan diterbitkannya adalah Jiryanul Jurumiyah Fii Ikhtishoril Mukhtashor (Aliran Ilmu Jurumiah dalam Membahas Ringkasan Kitab Mukhtashor Jiddan) tahun 2020 dan Aysar Fahmil Abna' Fii Tahlili Matnil Bina' (Pemudah Pemahaman Bina' di Dalam Mengurai Kitab Matan Bina') tahun 2021.

 

Pada tahun 2022 ini dia sudah menulis dua kitab, yaitu Zainul Luthfi fii Tanbihil Mufrithy min Hasyiyati Nadzmil Amrithi fii Ilmin Nahwi (Perhiasan Lembut Sebagai Pengingat Orang Lalai, sebuah Catatan Kaki Nadzom Amrithi di dalam Membahas Ilmu Nahwu) dan Wardatul Wadud min Hawaisyi Nadzmil Maqshud fii Ilmish Shorfi (Mawar Tercinta, Sebuah Catatan Kaki Nadzom Maqshud di dalam Membahas Ilmu Shorof). 

 

Tujuannya membuat panduan atas pembelajaran ilmu nahwu dan sharaf  adalah ingin memudahkan para santri untuk belajar.  

 

“Selama ini belajar nahu dan shorof kerapkali menjadi paradoks bagi kebanyakan para santri karena dianggap susah. Padahal sebenarnya pemahaman itu mudah jika mau istiqomah memahami alur pembelajarannya, " kata lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung ini. 

 

Atas alasan itulah memotivasi Tito untuk membagikan materi-materi yang diajarkan di pesantren yang bersumber dari kita-kitab klasik seperti Kitab Al-Jurumiyah, Mukhtashar Jiddan, Matnul Al Bina dan lainnya. Tentu saja dengan ditambah penjelasan sebagaimana yang dia pahami.

 

Dorongan dari pengasuh Pondok Pesantren Darussa’adah, KH Muhammad Fakhrurrijal Husin, berperan besar dalam mengilhaminya dalam menulis kitab-kitab tersebut.

 

“Sejak tinggal di pondok,  Abah Fakhrurrijal menyarankan agar materi yang diajarkan kepada para santri bisa dijadikan buku, sehingga bermanfaat untuk orang lain. Tentu saja semua buku yang sudah saya terbitkan tersebut sudah di tadqiq oleh Abah,” ungkapnya.

 

Tito lahir di Desa Baturaja, Kecamatan Sungkai Utara, Kabupaten Lampung pada 29 Juni 1995. Pendidikan nonformalnya dimulai dari mengaji TPA Al-Hidayah di kampungnya. Pada tahun 2008 dia mondok di  Pesantren Al-Mubarok Sungkai Utara. 

 

Anak pertama  dari empat bersaudara pasangan Sunarto dan Nurbaiti ini merupakan cucu dari Muhammad Yusuf, salah satu ulama di Sungkai Utara.

 

Di samping giat belajar agama, dia tentunya tidak mengenyampingkan pendidikan formal, yang dimulai di SDN 2 Baturaja, MTsN Padang Ratu Sungkai Utara, dan MAN Padang Ratu Sungkai Utara. 

 

Tahun 2015,  dia diterima menjadi mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung (Unila). Tak ingin menyiakan waktu, Tito kembali memperdalam ilmu agama dengan nyantri di Pondok Pesantren Darussa’adah Bandar Lampung.

 

Keistiqomahan dalam menulis tentu saja bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda. Selain harus pintar dalam membagi waktu dia cukup teguh dengan keinginan untuk berkarya. Apalagi menurutnya menulis menjadi daya pengingat paling kuat.

 

“Menulis bagi saya ibarat menyebarluaskan pengetahuan sekaligus sebagai pedoman juga bagi saya untuk terus belajar. Jjka saya ada yang lupa, maka saya tinggal membuka kitab yang sudah saya tulis," ungkapnya.

 

Selain rajin dalam menulis buku selama kuliah Tito juga aktif di berbagai organisasi internal maupun eksternal kampus, diantaranya pernah menjadi Kepala Divisi Kerohanian Forum Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Lampung, Kepala Bidang K4 di Panitia Khusus Pemilihan Raya FKIP Unila 2016 dan 2017, Ketua UKM U Al-Kalam Universitas Lampung, dan Kepala Departemen Kajian Dakwah KMNU Unila 2018. 

 

Dia juga pernah menjadi Koordinator Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) KMNU Unila 2019, dan Presidium Nasional KMNU 2021-2022.

 

“Selama kuliah di Unila saya juga aktif berbagai organisasi kampus. Tujuannya karena saya yakin, di lingkungan yang baik memberikan dorongan sekaligus motivasi yang baik juga, " tuturnya.

 

Giatnya belajar ilmu agama sampai saat ini telah mengantarkan dirinya mendapatkan beberapa prestasi. Diantaranya, menjadi Juara LCT Nahu Shorof Pondok Pesantren, perwakilan Unila dalam ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Mahasiswa Nasional di Malang 2017, dan Juara Musabaqoh Qiroatul Kutub (MQK) Tingkat Provinsi Lampung pada tahun 2020.

 

“Belajar yang paling mudah ya dengan membaca, menghafal, dan menulisnya. Kalau tidak ditulis tentu saja kadang kala ingatan manusia terbatas, makanya ke depan saya juga berusaha untuk terus konsisten dalam menulis buku, " ujarnya. 

 

Meski hari-harinya padat dengan segenap aktivitas, namun tak melupakan tanggung jawab bidang akademis. Tito lulus dari Unila pada  Maret 2022 ini dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,26.

 

Saat ini, Tito masih terus menulis beberapa kitab. Dia juga masih mengabdi dan memperdalam ilmu agama di Darussa'adah. Meski saat ini sudah punya pekerjaan di luar, namun dia berkomitmen tetap akan terus menulis, menjadi santri dan pengajar di pondok.

(Imam Mahmud


Tokoh Terbaru