Agus Sunyoto: Budayawan NU yang Menghidupkan Sejarah Islam Nusantara
Senin, 4 November 2024 | 13:18 WIB
Sejarah Islam di Nusantara memiliki estafet yang panjang sejak Islam masuk ke Nusantara hingga era Wali Songo. Penggalan-penggalan sejarah tersebut, kebenarannya ada yang tersambung ada juga yang terputus, sehingga kita sering kali kesulitan untuk menentukan periode suatu sejarah dan orang-orang di dalamnya.
Budayawan Islam Nahdlatul Ulama (NU), Agus Sunyoto memiliki keseriusan dalam mengamati dan meneliti ulang sejarah Islam di Nusantara. Ia bahkan rela meneliti berpuluh tahun untuk menemukan benang merang di setiap periodenya. Banyak temuan yang mencengangkan bagi kita, atau baru di telinga, seperti kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yakni Lumajang bukan Demak.
Agus Sunyoto memiliki nama lengkap H. Drs. K. Ng. Agus Sunyoto, M.Pd. Ia dilahirkan di Surabaya pada 21 Agustus 1959. Selama hidupnya ia dikenal sebagai wartawan, sejarawan, budayawan, serta sastrawan Muslim Nahdlatul Ulama (NU). Kiprahnya di NU dibuktikan dengan berbagai aksi dan prestasi, seperti ketika diamanahi jabatan sebagai ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU.
Selain itu, ia juga pernah menjadi wartawan di Jawa Pos, aktif menulis di berbagai surat kabar, Republika dan Merdeka, Surya, dan lain-lain. Sering melakukan penelitian sosial sejarah, dengan pengalamannya yang cukup banyak membuat dirinya dapat menjadi seseorang yang multitalent dan berhasil menghasilkan puluhan karya.
Agus Sunyoto dikenal dengan sebutan sejarawan yang tulisan-tulisan sejarahnya memiliki nilai otoritas yang tinggi. Ia konsisten dalam menghadirkan kebaruan kesahihan sejarah terutama berkaitan dengan sejarah Islam Nusantara, Wali Songo, juga kultur dan kebiasaan muncul dan berkembang di Nusantara. Hal tersebut dapat dilihat dari setiap caranya dalam meluruskan sejarah yang keliru, seperti memberikan penjelasan bahwa Wali Songo merupakan sebuah fakta sejarah, bukan cerita mitos belaka.
Misalnya dalam mengungkap sejarah perkembangan masuknya Islam ke Nusantara, ia mampu memaparkan empat tesis teori masuknya Islam ke Nusantara (pengaruh Cina,Yunnan-Champa, India-Persia, dan Arab) dengan detail. Tak cukup disitu, kemampuannya dalam menguraikan data tentang geografi, etnis, serta agama bangsa Nusantara masa lampau yang turut mempertajam ilmu kesejarahannya.
Dalam bukunya yang berjudul “Atlas Wali Songo”, ia menjabarkan peran Wali Songo sebagai figur penyebar agama Islam yang memberikan keseimbangan dalam hidup, seperti dari segi agama, sosial, politik, budaya dan Pendidikan. Semua itu dilakukan dalam rangka membangun peradaban masyarakat Jawa yang multikultur pada saat itu. Buku tersebut mengungkapkan fakta sejarah yang sebelumnya dianggap masih keliru dalam beberapa buku sejarah, salah satunya dalam Ensiklopedia Islam Indonesia.
Atlas Wali Songo mengekspos strategi dakwah Wali Songo yang sangat moderat serta minim unsur paksaan dan diskriminasi, serta dilakukan dengan cara yang halus dan damai. Strategi tersebut sangat relevan dengan nilai dan prinsip pendidikan multikultural. Dalam buku ini juga menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan multikultural yang menggambarkan aspek religius, kesetaraan, pluralisme, serta meluhurkan prinsip-prinsip integritas dan loyalitas dalam menjalin hubungan sosial terhadap masyarakat.
Agus Sunyoto mengungkapkan fakta dengan menjelaskan sejarah melalui peran Wali Songo dalam menyebarkan syariat Islam di tanah Jawa. Realitas yang terjadi digambarkan dalam buku tersebut terlihat sangat detail menceritakan tentang keaslian sejarah, khususnya kehidupan internal atau keadaan kehidupan masyarakat sekitar pada saat itu. Ia juga berhasil menghadirkan khazanah keilmuan baru lewat gerak sejarah yang koheren, hingga substansinya menggugah penelusuran fakta-fakta sejarah yang terkandung di dalamnya.
Selain menceritakan kisah Wali Songo, Agus Sunyoto juga mengemas sejarah kepercayan masyarakat Nusantara sebelum masuknya Hindu-Budha dengan sangat mendetail. Sejarah tersebut dikemas berbeda dengan perspektif sejarah pada umumnya. Ia juga mampu mendeskripsikan tentang situasi maupun kondisi geografis dan sosial-kultural masyarakat Nusantara pada masa itu. Dalam hal spiritual ia juga menganalisa dan menemukan titik temu yang memiliki sedikit kemiripan dengan spiritual Islam, atau mirip dengan konsep Islam yang dibawa oleh Wali Songo.
Dalam penyusunan buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto menggunakan pendekatan arkeologis dan historis. Karya tersebut merupakan sebuah tulisan perdana yang menyingkap bahwa Wali Songo adalah sejarah yang aktual didukung melalui bukti dan data yang inklusif serta komprehensif. Hadirnya buku tersebut juga menjadikan kekuatan tersendiri tentang akar sejarah Islam di Nusantara. Atas dedikasinya tersebut, pada tahun 2014 buku Atlas Wali Songo mendapatkan penghargaan “Buku Terbaik Nonfiksi” versi Islamic Book Fair yang di gelar di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat.
Agus Sunyoto dikenal sebagai penulis sejarah yang senantiasa memprioritaskan pentingnya menumbuhkan kebanggaan terhadap kearifan dan khazanah sejarah Indonesia. Ia berpendapat bahwa mentalitas kita sebagai bangsa Indonesia sering kali minder jika disejajarkan dengan bangsa lain dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap sejarah dan kearifan lokal. Ia juga seorang sejarawan yang memiliki kesadaran dan keinginan untuk mengenalkan budaya dan tradisi adiluhung Nusantara serta khazanah dan kearifan lokal yang dipunyai oleh bangsa Indonesia kepada seluruh generasi muda dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Tak hanya itu, berbagai karya lainnya juga banyak memberikan kesegaran dalam berbagai pemikiran sejarah Islam Nusantara. Bahkan, tak sedikit juga karyanya yang menguak tentang fakta politik, mulai dari era orde lama, orde baru, hingga reformasi. Kegigihannya dalam mengungkap fakta sejarah khususnya mengenai sejarah Islam Nusantara diibaratkan laksana hujan yang hadir di tengah terik matahari bagi pemahaman agama di Indonesia.
(Wahyu Agil Permana, Mahasiswa Sejarah UNILA)
Terpopuler
1
Berangkat 8 Mei 2025, Ini Pesan-pesan untuk 352 Calon Jamaah Haji Pringsewu
2
Khutbah Jumat: Bulan Syawal, saatnya Mengenang Sejarah Perjuangan Umat Islam
3
Hukum Memelihara Anjing dalam Agama Islam
4
Optimalisasi Zakat Digital, LAZISNU PWNU Lampung Gelar Bimtek Pengelolaan ZIS Berbasis Web
5
Ketua PWNU Lampung Dorong ISNU Perkuat Peran Strategis Tangani Masalah Generasi Muda
6
Talkshow Indonesia Gelap, Fatikhatul Khoiriyah: Ruang Berekspresi Mahasiswa, Indikator Utama Sehatnya Demokrasi
Terkini
Lihat Semua