• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Syiar

Mengapa Rajab Disebut Bulan Mulia?

Mengapa Rajab Disebut Bulan Mulia?
Rajab adalah salah satu bulan yang mulia
Rajab adalah salah satu bulan yang mulia

Saat ini kita sudah memasuki bulan Rajab, bulan ketujuh dalam kalender hijriyah. Bulan Rajab disebut sebagai bulan yang agung dan mulia, karena banyak keutamaannya di dalamnya.

 

Menurut Sayyid Abu Bakar Syattha’ dalam  Kitab I’ânah at-Thâlibîn, “Rajab” diambil dari kata at-tarjîb yang berarti mengagungkan atau memuliakan, karena masyarakat Arab dulu lebih memuliakannya dibanding bulan lainnya.

 

Allah swt menyatakan bulan ini sebagai bulan agung dan mulia, agar umat Islam bisa mengambil manfaat dan kemuliaan yang ada di dalamnya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

 

 إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ 

 

Artinya: Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (Surat At-Taubah ayat 36). 

 

Syekh Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah memberikan kabar kepada manusia tentang adanya 12 bulan dalam satu tahun, seperti dilansir dari Alasan di Balik Penamaan Bulan Rajab.  

 

Dari 12 bulan itu terdapat empat bulan yang sangat Allah muliakan di dalamnya, yaitu empat bulan haram. 

 

Bulan haram adalah empat bulan mulia di luar Ramadhan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.  Disebut “bulan haram” (الأشهر الحرم) karena pada bulan-bulan tersebut umat Islam dilarang mengadakan peperangan. 

 

Selain dikenal sebagai bulan mulia dan agung, empat bulan tersebut memiliki nilai-nilai sakral yang tidak ada pada bulan-bulan yang lain. Bentuk-bentuk pemuliaan pada bulan tersebut adalah semua pahala ketaatan dilipatgandakan oleh, begitu juga dengan kemaksiatan. 

 

Maka, barang siapa yang melakukan ketaatan atau kemaksiatan pada bulan tersebut, balasannya lebih banyak daripada bulan yang lain. (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir fil Aqidati was Syari’ati wal Manhaji, [Damaskus, Beirut, Darul Fikr], juz X, halaman 198).

 

Bulan Rajab,  menurut Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id Ruslan, memiliki beberapa nama. Setidaknya ada dua nama untuk menggambarkan beberapa kejadian yang ada dalam bulan Rajab, yaitu: 

 

Pertama, bulan fardu, yang berarti satu. Bulan Rajab dikenal dengan sebutan bulan fardu, karena bulan haram yang satu ini merupakan satu-satunya bulan yang tidak bersamaan dengan tiga bulan haram lainnya, seperti bulan Dzulqa’dah, Dzulhijah, dan Muharram yang berurutan. Oleh karenanya, bulan Rajab dikenal dengan bulan fardu.

 

Kedua, bulan asham yang berarti tuli. Alasan di balik penamaan ini karena pada bulan Rajab tidak terdengar gencatan senjata untuk berperang yang dilakukan oleh bangsa Arab jahiliah pada masa dahulu. 

 

Semua orang Arab pada masa itu menyimpan peralatan perang, dan kembali berdamai dengan musuh-musuh mereka. Bahkan, mereka berkunjung ke rumah orang-orang yang membunuh ayahnya di medan perang untuk menghormati bulan mulia ini (Sai’id Ruslan, asy-Syahru Rajab, [Maktabah an-Noor], halaman 8). 

 

Sementara dilansir dari Bulan Rajab, Bukan Bulan Biasa, selain dua nama itu, ada juga yang menyebut bulan Rajab sebagai “Rajam” yang berarti melempar. Dinamakan demikian karena musuh dan setan-setan pada bulan ini dikutuk dan dilempari sehingga mereka tidak jadi menyakiti para wali dan orang-orang saleh.   

 

Rajab biasa juga disebut “Al-Ashabb” yang berarti “yang mengucur” atau menetes”. Dijuluki demikian karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini.  Itu artinya, bulan Rajab memiliki spirit perdamaian yang sangat tinggi sejak zaman dahulu.


Demikian gambaran betapa mulianya bulan Rajab. Peperangan dihentikan tidak lain karena bulan ini memiliki nilai yang sangat agung. Semua pekerjaan dan tindakan yang bisa mengotori sakralitasnya ditinggalkan dan dijeda terlebih dahulu. 


Alasan di Balik Penamaan Bulan Rajab 

 

Imam Al-Hafiz Abu Hasan bin Muhammad Hasan al-Khalal (wafat 439 H) dalam salah satu kitab khususnya yang menjelaskan tentang keutamaan bulan Rajab mengutip riwayat Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda:

 

 قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ لِمَ سُمِيَ رَجَبَ؟ قَالَ: لأنَّهُ يُتَرَجَّبُ فِيهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ لِشَعْبَانَ وَرَمَضَانَ 

 

Artinya: Dikatakan kepada Rasulullah, “Kenapa (bulan Rajab) dinamakan Rajab? Rasulullah menjawab: Karena sungguh banyak di dalamnya kebaikan untuk bulan Sya’ban dan Ramadhan" (Imam Abu Muhammad al-Khalal, Fadhailu Sayahri Rajab, [Lebanon, Beirut, Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama: 1996 H/1416 H], halaman 47). 

 

Imam Zainuddin Muhammad Abdurrauf bin Tajul Arifin bin Ali bin Zainal Abidin, atau yang lebih populer (popular) dengan sebutan Imam al-Manawi al-Qahiri (wafat 1031 h) dalam kitabnya menjelaskan lebih luas perihal maksud hadits di atas. 

 

Menurutnya, maksud “yatarajjabu” pada hadits riwayat Anas tersebut adalah pada bulan Rajab Allah memperbanyak kebaikan dan melipatgandakan pahala di dalamnya. 

 

Selain itu, bulan Rajab menjadi bulan pembuka dan awal persiapan umat Islam untuk memasuki dua bulan suci selanjutnya yang juga sangat mulia, yaitu bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan. 

 

Oleh karenanya, menjadi sebuah keharusan bagi umat Islam untuk lebih semangat meningkatkan ketaatan dan kebaikan guna memasuki dua bulan tersebut:


 فَالْمَعْنَى أَنْ يُهَيَّئَ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ عَظِيْمٌ لِلْمُتَعَبِّدِيْنَ فِي شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ 

 

Artinya: Maka makna (hadits tersebut), adalah dengan disediakan di dalamnya suatu kebaikan yang banyak dan agung bagi ahli ibadah (untuk menghadapi) bulan Sya’ban dan Ramadhan (Imam al-Manawi, Faidhul Qadir Syarh Jami’us Shaghir, [Mesir, Maktabah at-Tijariah, cetakan pertama: 1356], juz IV, halaman 149). 

 

Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa bulan Rajab memiliki spirit peningkatan spiritualitas. Semoga kita bisa mengambil manfaat dan dapat meningkatkan ibadah kepada Allah, selain sebagai persiapan untuk menyambut bulan Sya’ban dan Ramadhan, nilai-nilai pahala atas kebaikan dan ketaatan yang dilakukan pada bulan ini ditingkatkan oleh Allah swt melebihi bulan-bulan yang lainnya.


Syiar Terbaru