Yudi Prayoga
Penulis
Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan sangat beragam, berpasang dan saling melengkapi. Semuanya mengandung unsur penciptaan dari Allah, dan semuanya merupakan anugerah yang telah diciptakan oleh-Nya.
Salah satu hamba Allah yang mulia dan diciptakan oleh Allah swt adalah manusia dengan kesempurnaan akalnya. Karena dengan akallah satu makhluk dengan makhluk lainnya berbeda dalam menerapkan kehidupan.
Sehingga ada sebutan, yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya adalah akalnya. Atau manusia juga disebutkan dalam ilmu Mantik dengan al-hayawanatu an-Natiq (hewan yang berpikir).
Jadi naluri seorang manusia adalah dengan akal dan pikirannya. Jadi wajar jika setiap zaman di muka bumi mengalami perubahan yang dahsyat karena dampak dari buah pikir manusia.
Dalam menggunakan akal untuk berpikir, manusia memiliki kepahaman yang berbeda-beda, sehingga semua bentuk pemikiran tidaklah sama atau bisa diseragamkan.
Atau seperti kembali pada hukum sunnatullah di atas, bahwa Allah menciptakan ciptaannya selalu berpasang, sehingga ada orang yang berpikirnya terlalu kencang, disebut dengan pintar dan cerdas, sedangkan orang yang berpikir dengan lambat kita sebut dengan bodoh. Meskipun itu semua hanyalah proses dari akal yang berpikir.
Dalam Islam, akal yang pintar dan akal yang bodoh merupakan pemberian Allah swt yang sangat agung. Sehingga semua manusia wajib mensyukurinya dengan cara digunakan untuk belajar dan berpikir, dan jangan sampai mengkufurinya, dengan cara bermalas-malasan dan enggan berpikir. Karena semua memiliki keberkahannya masing-masing.
Baca Juga
Dua Maksiat Akal Manusia
KH Bahaudin Nursalim atau lebih populer dengan sapaan Gus Baha mengatakan bahwa "pintar itu berkah, bodoh juga berkah. Yang tidak berkah itu maksiat. Dan itu tidak ada berkahnya sama sekali".
Dari pernyataan Gus Baha di atas adalah, semua orang wajib menggunakan akalnya dengan baik, meskipun setelah belajar ada yang pintar dan ada yang bodoh. Ada yang paham dan ada yang tidak paham.
Di sini tidak dibenarkan sama sekali, seorang manusia menjadi bodoh karena tidak ada rasa ingin mengetahui sama sekali.
Kasusnya berbeda dengan seseorang yang mencoba ingin mengetahui suatu ilmu akan tetapi keterbatasan berpikirnya mengakibatkan tidak sempurna kepahaman ilmu tersebut. Ini yang dinamakan bodoh tapi berkah. Karena ia sudah berusaha dan Allah sudah menakdirkan dengan kepahaman seperti itu.
Baca Juga
Doa agar Terhindar dari Kemaksiatan
Itulah mengapa pintar dan bodoh tetap menjadi berkah, sedangkan maksiat tidak berkah sama sekali.
Karena, maksiat bisa dilakukan oleh orang yang pintar dan bodoh sekaligus. Seperti orang yang pintar dan mengerti ilmu hukum tapi tetap melakukan maksiat, dan orang yang bodoh tidak mengerti hukum tetap melakukannya tanpa ada rasa ingin tahu hukumnya.
Maka kesimpulannya, gunakanlah akal dengan sebaik mungkin, apakah ia paham atau tidak serahkan kepada Allah swt. Manusia jangan menyalahkan takdir penciptaannya Allah.
Dan bagi orang yang pintar yang sudah mengerti hukum, jauhilah maksiat dan kesalahan. Sedangkan bagi orang bodoh yang tidak mengerti hukum, tanyalah terlebih dahulu agar tidak tersesat dan merugi. Waallahu'alam.
(Yudi Prayoga)
Terpopuler
1
Yuk Infak dan Menjadi Bagian Pengadaan Ambulans Ke-7 NU Peduli Pringsewu 2025
2
Khutbah Jumat: Ilmu dan Adab Lebih Tinggi daripada Nasab
3
3 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membangun Masjid
4
KBNU Sidomulyo Gelar Donor Darah, Perkuat Kepedulian Sosial di Lampung Selatan
5
Gaji dan TPP ke-13 ASN Lampung Mulai Dicairkan, Total Rp118,7 Miliar
6
Khutbah Jumat: Bijak dalam Bermedia Sosial
Terkini
Lihat Semua