Kisah Sahabat yang Diselamatkan "Kentut" dalam Kitab Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah
Jumat, 4 April 2025 | 14:12 WIB
Wahyu Iryana
Penulis
Jika ada yang mengira kitab sejarah Islam klasik hanya berisi catatan kaku tentang sanad, riwayat, dan silsilah, maka mereka mungkin belum pernah membaca Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah karya Ibnu Hajar al-Asqalani. Kitab ini adalah ensiklopedia para sahabat Nabi yang dihimpun dengan sangat teliti, namun di balik keseriusannya, ada cerita-cerita yang bisa membuat pembaca tersenyum, bahkan tertawa.
Ibnu Hajar, yang hidup pada abad ke-14 M, bukan hanya seorang ahli hadits yang disegani, tetapi juga seorang pencerita yang cerdas. Ia mengumpulkan lebih dari 12 ribu biografi sahabat Nabi, lengkap dengan kisah-kisah unik yang kadang terasa seperti anekdot segar di tengah lautan sanad. Dan ternyata, beberapa riwayat dalam kitab ini begitu menggelitik, seakan-akan ada selipan humor di antara barisan kesalehan dan perjuangan para sahabat.
Unta yang Pandai Mengeluh
Salah satu kisah menarik dalam kitab ini adalah cerita tentang unta yang "curhat" kepada Nabi Muhammad. Dikisahkan, ada seekor unta milik seorang sahabat yang tiba-tiba datang kepada Nabi dengan ekspresi murung seakan-akan ia sedang galau. Ternyata, unta ini "mengadu" bahwa pemiliknya terlalu keras dan tidak memberinya makan dengan cukup. Nabi pun memanggil si pemilik dan menegurnya, "Unta ini mengeluh tentangmu!"
Bayangkan, seekor unta mengadu langsung kepada Nabi! Jika ini terjadi di era sekarang, mungkin sudah ada akun media sosial bernama Unta Curhat yang viral dengan tagar #JusticeForCamel. Namun, kisah ini menunjukkan bahwa kasih sayang terhadap hewan adalah bagian dari ajaran Islam, bahkan sejak zaman para sahabat.
Sahabat yang "Diselamatkan" Kentut
Dalam riwayat lain, ada seorang sahabat yang malu luar biasa ketika ia tiba-tiba kentut di tengah shalat berjamaah. Daripada menanggung rasa malu di hadapan teman-temannya, ia memilih pura-pura pingsan! Dan yang terjadi selanjutnya? Para sahabat membopongnya keluar masjid dengan penuh empati, menyangka ia benar-benar jatuh sakit.
Ibnu Hajar mencatat kejadian ini bukan sebagai bahan tertawaan semata, tetapi sebagai gambaran bagaimana lingkungan sahabat Nabi begitu penuh dengan kepedulian. Bahkan ketika seseorang mengalami "insiden kecil," teman-temannya tidak serta-merta menghakimi, melainkan langsung sigap menolong meskipun sang korban sebenarnya hanya sedang mencari cara kabur dari rasa malu.
Dialog Cerdas Sahabat Kecil
Kisah lain dalam Al-Iṣābah yang menggelitik adalah cerita tentang seorang anak kecil dari kalangan sahabat yang memiliki kecerdasan luar biasa. Suatu hari, ia datang kepada Nabi Muhammad dan bertanya dengan polos, "Ya Rasulullah, kalau setan itu diciptakan dari api, bagaimana mungkin ia bisa disiksa di neraka yang juga dari api? Bukankah api tidak bisa membakar api?"
Nabi, dengan kebijaksanaannya, tersenyum dan menjawab dengan perumpamaan sederhana, "Bukankah engkau juga terbuat dari tanah, tetapi jika aku memukulmu dengan tanah (batu), engkau akan merasakan sakit?"
Pertanyaan cerdas dan jawaban jenaka ini mengajarkan kita bahwa bahkan di zaman Nabi, anak-anak sudah memiliki pemikiran kritis. Dan yang lebih menarik, Nabi tidak menegur atau menertawakan pertanyaan itu, tetapi menjawabnya dengan perumpamaan yang masuk akal.
Ketika Nabi Bercanda
Satu hal yang sering luput dari banyak orang adalah bahwa Nabi Muhammad juga memiliki selera humor yang lembut. Ibnu Hajar mencatat bahwa ada seorang sahabat bernama Zahir yang memiliki tubuh kecil dan wajah yang kurang tampan. Suatu hari, Nabi datang diam-diam dari belakang, memeluknya, dan bercanda, "Siapa yang mau membeli budak ini?"
Zahir, yang awalnya terkejut, segera menyadari bahwa itu adalah Nabi dan menjawab dengan tawa, "Ya Rasulullah, kalau aku dijual, pasti tidak ada yang mau membeliku!"
Nabi pun menimpali dengan penuh kasih, "Tapi di sisi Allah, engkau sangat berharga!"
Kisah ini menunjukkan bagaimana Nabi Muhammad tidak hanya seorang pemimpin agama, tetapi juga teman yang hangat bagi para sahabatnya. Humor yang beliau sampaikan bukanlah candaan kosong, melainkan memiliki makna yang dalam menghibur sahabatnya sekaligus mengingatkan bahwa nilai seseorang bukanlah pada tampilan fisik, tetapi pada keimanan dan ketakwaannya.
Tertawa di Antara Kisah-Kisah Serius
Kitab Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah memang bukan buku humor, tetapi Ibnu Hajar al-Asqalani dengan cerdik menyelipkan kisah-kisah ringan yang membuat sejarah lebih hidup. Lewat riwayat-riwayat ini, kita bisa melihat bahwa para sahabat Nabi bukanlah sosok yang selalu serius dan tegang, tetapi juga manusia biasa yang bisa tertawa, bercanda, dan terkadang mengalami kejadian konyol dalam keseharian mereka.
Dan mungkin, ini juga menjadi pelajaran bagi kita. Bahwa dalam kehidupan, seberat apa pun perjalanan kita, selalu ada ruang untuk tertawa. Karena pada akhirnya, sebagaimana yang diajarkan para sahabat, humor yang baik bukan hanya sekadar hiburan tetapi juga bagian dari kebijaksanaan hidup.
H. Wahyu Iryana, Penulis Merupakan Sejarawan Muslim UIN Raden Intan Lampung.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 3 Cara Meraih Pahala yang Setara dengan Haji bagi yang Tidak Mampu
2
Anggota DPRD Lampung Minta Dinas Pendidikan Konsisten Terapkan Jalur SPMB
3
Peluncuran CV Rich Makmur International hingga Pesantren Ramah Anak Semarakkan Harlah RMINU
4
Diikuti 46 Peserta, Muli Mekhanai Asal Bandar Lampung dan Tulang Bawang Tampil sebagai Pemenang
5
Perkuat Peran di Bidang Kesehatan, PW Muslimat NU Jalin Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan Lampung
6
Tasyakuran Harlah Ke-71 RMINU, PWNU Lampung Harap Pesantren Jadi Basis Penjaga Nilai Kebangsaan
Terkini
Lihat Semua