• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Opini

Meraih Keutamaan Puasa pada Tiga Fase Bulan Ramadhan

Meraih Keutamaan Puasa pada Tiga Fase Bulan Ramadhan
Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa)
Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa)

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa. Banyak yang berbicara tentang keistimewaan bulan Ramadhan, yaitu pada bulan ini merupakan bulan puasa yang mewajibkan manusia (umat Islam wajib puasa jika memenuhi syarat dan rukun puasa). Puasa mencirikan utama bulan Ramadhan.


Bulan Ramadhan merupakan bulan turun wahyu Allah yang pertama (610 M), yang membuka pewahyuan Al-Qur’an pada bulan-bulan selanjutnya selama lebih kurang 23 tahun, sebelum Rasul Muhammad wafat di Madinah 632 M.


Keistimewaan nilai-nilai Ramadhan, Bulan Ramdhanan, konon ada yang mengklasifikasi tiga fase nilai:


Pertama, fase Rahmat, di tanggal 1-10 Ramadhan. Di fase ini  ada dilebihkan nilai kasih sayang (rahmat) bagi siapa saja yang ingin memperolehnya. Maka tundukkanlah rasa hati orang yang berpuasa untuk meningkatkan mutu berbuat baik, meraih kebaikan dan pahala dengan saling menghormati, menjaga ukhuwah  musawwah, mau bebagi atau bersedekah, berderma dan lainnya.


Kedua, fase  Maghfirah, di tanggal 11-20 Ramadhan. Ini fase yang lebih memberi bonus ampunan dari Allah kepada manusia (hamba-Nya), yang dalam puasanya ia pun selalu bertaubat, mengharap maghfirah Allah. Lebih bisa mengevaluasi kesalahan dirinya dan kekurangan yang ada padanya, bukan lebih pandai mengevaluasi kekurangan diri orang lain. 


Maka perbanyak dzikir, istighfar, beramal  baik yang mendatangkan rahmat, dan mampu menekan dirinya dari sifat-sifat buruk seperti ujub, takabur, merasa paling benar, merasa paling hebat, yang lain dianggap rendah, dan sebagainya. 


Artinya di fase ini perbanyaklah muhasabah, muqarrabah, mujahadah untuk mengharap ampunan Allah bagi dirinya, dan memohonkan kepada Allah utuk orang lain, bapak dan ibu (orang tua), sanak saudara, kakek dan nenek, saudara seiman dan setanah air kita yang berpuasa. Memohonkan maghfirah untuk kita dan mereka yang masih hidup dan apalagi yang sudah almarhum dan almarhumah sangat mengharapkan kiriman doa kita untuknya.


Ketiga, fase itqum minan nar, fase tanggal 21 hingga akhir malam Ramadhan (28, 29, atau 30 Ramadhan) supaya orang yang berpuasa selalu berdoa agar dijaga dari siksa api neraka. Di fase ini, perbanyaklah Iktikaf di masjid, dekatkanlah sedekat-dekatnya diri kita dengan Allah, jalinlah hubungan mesra  hamba dengan Allah,  lebih dekatlah antara yang dikasihi (hamba) dengan yang mengasihi.


Allah swt berfirman: Jika kamu (hamba) cinta kepada-Ku, Aku (Allah) lebih dekat cinta kepadamu, bahkan Allah memberi rahmat dan maghfirah kepadamu (QS Ali Imran: 31).


Allah pun membuka sayembara doa kepada hamba yang punya hajat: Allah adalah dekat dan paling dekat, maka wahai hamba-Ku mintalah, memohonlah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan doa dan hajatmu (QS Al-Baqarah: 186).


Oleh karena itu, supaya kita tidak tegolong orang yang merugi, kita amalkan apa-apa amalan ibadah untuk meraih keuntungan nilai ibadah pada masing-masing fase Ramadhan untuk meningkatkan Iman dan taqwa. 


Untuk selalu mendapatkan petunjuk Allah dan untuk kita selalu bersyukur kepada-Nya, karena kita orang-orang yang berpuasa bisa mengerti, memahami isi dan esensi puasa Ramadhan. Wallahu a’lam bish shawab.


KH Abdul Syukur, Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung
 


Opini Terbaru