• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Opini

Fiqih Moderat: Niat Puasa Ramadhan

Fiqih Moderat: Niat Puasa Ramadhan
Dekan FDIK UIN Raden Intan, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa).
Dekan FDIK UIN Raden Intan, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa).

Umat Islam menunaikan ibadah puasa (shiyam) Ramadhan 1445/2024, yang merupakan ibadah bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan yang sudah mukallaf yakni sudah menenuhi syarat dan rukun puasa.


Di antara rukun puasa adalah pertama niat puasa Ramadhan. Sejak kapan mulai niat puasa, dan bolehkan niat puasa dijamak untuk satu bulan atau semua hari selama Ramadhan, ataukah niatnya setiap malam Ramadhan? Bagaimana jika tidak niat puasa, dan bagaimana hukumnya jika lupa niat puasa? Sahkah puasanya?


Berikut ini penjelasan niat puasa Ramadhan dalam kajian Fiqih Moderat bagi orang yang mengalami halangan niat puasa. Pertama, niat puasa Ramadhan menurut empat pendapat Imam mazhab fiqih. Dijelaskan dalam Kitab al-Fiqh ala Mazahib al-Arba'ah, karya Syekh Abdurrahman al-Jaziri, ia menjelaskan ketentuan waktu niat puasa menurut empat mazhab sebagai berikut:


Mazhab Imam Syafi’i, niat wajib setiap malam dan waktunya mulai maghrib hingga imsak atau sebelum waktu subuh. Imam Syafi'i menjekaskan niat puasa Ramadhan wajib dilakukan setiap malam, yaitu antara shalat maghrib sampai sebelum shalat subuh. Niat di hati dan sunnah diucapkan.


Niat puasa harus ta’yin (ditentukan), seperti ucapan atau lafaz/kalimat niat puasa: “Saya niat puasa Ramadhan besok wajib karena Allah”. 


Sedangkan niat puasa sunnah, boleh dilakukan mulai dari masuknya salat maghrib sampai masuk waktu zuhur, dengan syarat tidak melakukan sesuatu yang membatalkan puasa antara terbitnya fajar (waktu subuh) sampai masuk waktu zuhur.


Perlu diketahui, bahwa bersahur saja tidak bisa dianggap niat, kecuali ketika bersahur di dalam hatinya terlintas keinginan berpuasa. Seperti ada orang yang bersahur untuk berpuasa, maka dianggap berniat.


Lafaz niat puasa untuk setiap malam:


Nawaitu shauma ghadin an’ adai fardhi syahri ramadhana hadzihis sanati fardhan lillahi ta’ala


Artinya: Aku niat puasa untuk hari esok pada bulan ini (Ramadhan) fardhu karena Allah.


Mazhab Imam Hambali, pendapat Imam Hambali hampir sama dengan pendapat Imam Syafi’i meski ada perbedaan. Niat puasa Ramadhan wajib setiap malam, mulai waktu maghrib sampai waktu fajar.


Niat harus ditentukan jenis puasanya, seperti puasa Ramadhan atau puasa lainnya. Sedangkan kefardhuan puasanya tidak harus ditentukan. Niat puasa fardhu atau sunnah wajib dilakukan setiap malam.


Menurut Mazhab Hambali, ketentuan waktu niat puasa fardhu dilakukan setiap malam antara waktu maghrib sampai sebelum terbitnya fajar. Jika berpuasa sunnah, maka niat boleh dilakukan antara masuknya waktu maghrib sampai seharian, walaupun niatnya dilakukan setelah masuk waktu zuhur, dengan syarat dia tidak melakukan apapun yang membatalkan puasa.


Mazhab Imam Hanafi, niat puasa Ramadhan harus dilakukan setiap hari, antara masuknya waktu maghrib sampai sebelum separuh siang (nishf al-nahar) yaitu perkiraan sampai waktu zuhur.


Pendapat Imam Hanafi dapat dipahami bahwa jika ada orang yang berpuasa tetapi tidak berniat di malam hari sampai masuk waktu subuh, maka dia tetap wajib berniat setelah masuk waktu subuh sampai setengah siang, dengan begitu puasanya tetap sah. 


Akan tetapi, lebih baik berniat di malam hari dan menentukan jenis puasanya. Orang yang bersahur dianggap berniat, kecuali ketika bersahur dia berkeinginan untuk tidak mau berpuasa.


Pendapat Imam Hanafi begitu moderat, yaitu jika lupa niat puasa sejak maghrib hingga fajar atau waktu imsak habis, siang hari baru ingat bahwa berpuasa Ramadhan, maka ia masih dibolehkan niat puasa sampai batas waktu zuhur. 


Mazhab Imam Maliki, niat puasa wajib di malam hari sejak waktu maghrib sampai fajar (imsak) dan niat dapat dilakukan sekali saja di malam pertama Ramadhan untuk puasa satu bulan. Artinya cukup niat sekali saja untuk tujuan niat satu bulan Ramadhan. 


Begitu moderatnya Imam Maliki memberikan keringanan niat puasa bagi umat Islam yang sehari-hari berpuasa selama bulan Ramadhan. Pendapat ini merupakan usaha (ikhtiar) orang yang berpuasa dan untuk menjaga kehati-hatian (ikhtiyat) dalam niat, sehingga boleh sekali niat di malam pertama untuk semua niat hari-hari berpuasa selama bulan Ramadhan.


Lafaz niatnya yaitu: 


Nawaitu shauman jami’i syahri ramadhana hadzihis sanati taqlidan lil imam maliki fardhan lillahi ta’ala


Artinya: aku niat puasa untuk semua bulan Ramadhan pada tahun ini, mengikuti Imam Maliki fardhu karena Allah).


Imam Maliki lebih detail menjelaskan niat puasa bukan hanya puasa wajib di bulan Ramadhan. Tetapi beliau juga menjelaskan niat untuk puasa-puasa lainnya seperti puasa nazar, puasa kifarat, dan lainnya. 


Ketentuan waktu niat yang harus dilakukan di malam hari, antara masuknya waktu maghrib sampai terbitnya fajar. Niat untuk jenis puasa yang wajib dilakukan secara berturut-turut seperti puasa Ramadhan, puasa kafarat (2 bulan berturut-turut), dan lainnya. 


Maka cukup berniat sekali saja di awal puasa. Seperti niat puasa Ramadhan cukup niat di malam pertama untuk tujuan niat puasa selama satu bulan Ramadhan. Oleh karena itu, orang yang berpuasa fardhu di bulan Ramadhan, ia cukup berniat sekali saja di awal malam pertama mau berpuasa. 


Namun, jika puasa berturut-turutnya terhenti karena beberapa uzur seperti sakit, atau safir (melakukan perjalanan), maka wajib berniat setiap malam. Jika dia sembuh dari sakit, atau perjalanannya sudah selesai, maka cukup satu niat untuk sisa (hari-hari) puasanya.


Berbeda dengan jenis puasa yang tidak wajib berurutan-turut seperti puasa qadha Ramadhan, maka ia wajib berniat setiap malam.


Moderasi Niat Puasa Ramadhan

Penjelasan niat puasa dan waktu pelaksanaan niat puasa Ramadhan terdapat persamaan dan perbedaan dari pendapat empat imam mazhab tersebut di atas, yaitu:

1. Niat puasa dimulai sejak waktu maghrib juga boleh dan sah puasanya.


2. Jika mulai waktu maghrib belum niat, tidak niat, atau lupa niat puasa Ramadhan, maka ada tenggang waktu untuk niat puasa. Yaitu sepanjang malam hingga waktu fajar, sebelum waktu subuh (imsak). Tenggang waktu niat ini menunjukkan ada kelonggaran waktu niat yaitu waktu moderat niat berpuasa. Sebagaimana pendapat Imam Syafi'i dan Imam Maliki.


3. Bahkan jika semalaman tidak niat, atau lupa niat masih diberi tenggang waktu niat puasa Ramadhan sampai waktu zuhur. Artinya di waktu zuhur baru niat puasa juga boleh dan hukumnya sah puasanya. 


Kelonggaran waktu niat hingga waktu zuhur menunjukkan moderat waktu niat puasa jika ia lupa atau lalai niat puasa di sepanjang malam (sejak waktu maghrib hingga waktu sebelum shalat subuh). Sebagaimana pendapat Imam Hambali dan Imam Hanafi boleh niat puasa hingga waktu zuhur.


4. Niat puasa wajib dilakukan pada setiap malam untuk berpuasa di esok hari, sebagaimana pendapat Imam Syafi’i, Imam Hambali, dan Imam Hanafi. Tetapi ada pendapat yang moderat dari pendapat Imam Maliki bahwa satu kali niat puasa di malam pertama Ramadhan untuk niat puasa selama bulan Ramadhan itu boleh dan sah puasanya. 


5. Lalu bagaimana waktu niat puasa Ramadhan yang paling moderat bagi orang yang berpuasa? Tergantung pada alasan hukum niat puasa (‘illat al-hukmi), tujuannya (maqashid al-syari’ah), dan manfaat (mashlahah) berpuasa. Tiga prinsip tersebut yang mendasari seseorang berpuasa melakukan niat puasa satu kali untuk niat puasa satu bulan Ramadhan, yaitu:


Niat puasa merupakan rukun puasa, dan wajib dilaksanakan bagi orang yang akan berpuasa Ramadhan. Karena niat itu rukun puasa, jika ditinggalkan niatnya, maka puasanya tidak sah. Maka orang yang berpuasa berusaha (ikhtiar) untuk selalu niat puasa pada malam-malam puasa untuk puasa pada hari-hari esok harinya. 


Dikhawatirkan lupa atau lalai niat puasa yang berakibat pada meninggalkan niat puasa, sehingga untuk kehati-hatian (ikhtiat) orang yang mau berpuasa Ramadhan cukup niat sekali saja di malam Ramadhan dengan tujuan untuk niat puasa satu bulan Ramadhan dan ini dibolehkan oleh Imam Malik dan menurutnya hukumnya sah puasanya.


Oleh karena itu, ambil lah jalan yang moderat dalam niat puasa Ramadhan yaitu sekali niat puasa di malam pertama Ramadhan untuk niat puasa satu bulan Ramadhan. Kemudian boleh juga niat puasa setiap malam meski sudah niat puasa di malam pertama Ramadhan untuk mashlshan puasa Ramadhan.


Demikian, semoga uraian hukum niat puasa dan pelaksanaan waktu niat puasa Ramadhan yang begitu moderat memberi manfaat dan semangat untuk kita selalu berpuasa selama Ramadhan. Wallahu a’lam bish shawab.



KH Abdul Syukur, Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan dan Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung
 


Opini Terbaru