Berbicara tentang halal bi halal rasanya tidak asing lagi bagi kita. Meskipun istilah ini tidak pernah didapatkan dalam Al-Qur’an dan Hadits, tetapi yang paling penting bagi kita adalah makna atau substansi dan pesan yang terkandung di dalamnya.
Halal bi halal memang merupakan tradisi atau budaya di Indonesia yang dicetuskan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah, yakni pendiri Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, namun sejatinya tujuan, makna atau substansi, dan pesan yang terkandung di dalamnya sangatlah luar biasa.
Lantas yang menjadi pertanyaan adalah mengapa halal bi halal perlu diselenggarakan? Apa manfaat dan hikmahnya bagi kehidupan manusia?
Mengenai hal ini, halal bi halal diselenggarakan atas dasar keinginan bersama untuk berkumpul dan bersilaturahim dengan yang lain, yakni untuk melepas rasa kangen dan rindu, sekaligus memadu kasih di antara kita setelah lama tidak bertemu dan tidak saling berkunjung.
Mengapa kita perlu berkumpul dan bersilaturahim? Karena kita adalah saudara. Ingat firman Allah swt yang artinya “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah saudara, maka saling berbuat baiklah (damailah) di antara mereka”.
Berdasarkan ayat ini jelas bahwa kita semua adalah saudara. Karena kita adalah saudara, maka tentunya kita harus saling membantu, meringankan beban, peduli dan sayang menyayangi satu sama yang lain. Bukannya saling menyalahkan, menyudutkan, menjatuhkan, melemahkan, dan saling meremehkan.
Berkaitan dengan hal itu, Rasulullah saw juga bersabda yang artinya “Janganlah di antara kalian saling hasud/iri dengki, janganlah di antara kalian saling memutus hubungan silaturahmi, janganlah di antara kalian saling membenci, dan janganlah di antara kalian saling membelakangi, tetapi jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara”.
Berdasarkan hadits ini jelas bahwa apapun perbedaannya, baik karena perbedaan kedudukan, jabatan, penghasilan, pendapat, paham/aliran, dan lain sebagainya jangan sampai membuat kita saling iri dengki, saling memutus hubungan silaturrahmi, saling membenci dan saling membelakangi.
Tetapi justru dengan perbedaan-perbedaan itu kita jadikan sebagai sarana kekuatan untuk meraih cita-cita, mewujudkan impian dan memantapkan persatuan dan kesatuan.
Ingat, orang yang suka hasud/iri dengki itu sesungguhnya akan dapat merusak amal kebaikannya, orang yang suka memutus hubungan silaturahim sesungguhnya akan dapat menghambat rezekinya sendiri, dan orang yang suka membenci orang lain hakikatnya dapat merusak harga dirinya, sebab orang yang suka membenci orang lain sama saja membenci dirinya sendiri, lihat al-Baqarah ayat 195 bahwa janganlah kalian menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan.
Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda yang artinya “Sesungguhnya mukmin yang satu dengan mukmin yang lain itu bagaikan sebuah bangunan, di mana antara unsur yang satu dengan unsur yang lain saling menguatkan”.
Ini artinya bahwa di antara kita harus saling menguatkan, tentunya dengan saling membantu, memberi dukungan dan kekuatan, sehingga persaudaraan dan persatuan di antara kita semakin mantap dan kuat.
Selain itu perlunya menyelenggarakan halal bi halal karena kita ingin maaf-maafan. Mengapa kita perlu maaf-maafan? Karena kita punya salah dan dosa. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah saw yang artinya “Setiap anak Adam (manusia) pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang mau meminta maaf”.
Ini artinya bahwa apabila kita punya salah atau dosa, maka segera meminta maaf, dan yang memberi maaf pun harus benar-benar ikhlas untuk memaafkannya bukan karena terpaksa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surat al-Baqarah Ayat 109 bahwa apabila ada orang yang berbuat salah atau dosa, maka maafkanlah dan berlapang dadalah.
Apabila kita melakukan suatu kesalahan, baik disengaja maupun tidak, hendaklah kita saling memaafkan, sebab dengan saling memaafkan hidup kita akan lebih tenang, aman, nyaman dan tentram.
Apalagi kalau setiap orang selalu mengaku bersalah, kemudian tidak malu-malu untuk meminta maaf, alangkah indahnya kehidupan ini. Sehingga tidak ada lagi orang yang selalu mengaku benar, tidak ada lagi kesombongan dan tidak ada lagi keangkuhan.
Berkaitan dengan hal ini Allah swt telah menjelaskan dalam surat al-Imran ayat 133-134 yang artinya “Dan bersegeralah kalian menuju ampunan dari tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarah/emosinya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain”.
Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba Allah yang selalu menjalin hubungan persaudaraan, meningkatkan hubungan silaturahim dan memaafkan kesalahan orang lain, sehingga persatuan dan kesatuan umat akan selalu terjaga. Wallahu a’lam Bishawab.
Prof H A Kumedi Ja’far, Ketua LP2M UIN Raden Intan dan Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Lampung
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Bulan Syawal, saatnya Mengenang Sejarah Perjuangan Umat Islam
2
Mulai 1 Mei 2025, Pemprov Lampung Lakukan Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor
3
Hukum Memelihara Anjing dalam Agama Islam
4
Talkshow Indonesia Gelap, Fatikhatul Khoiriyah: Ruang Berekspresi Mahasiswa, Indikator Utama Sehatnya Demokrasi
5
Optimalisasi Zakat Digital, LAZISNU PWNU Lampung Gelar Bimtek Pengelolaan ZIS Berbasis Web
6
Harlah Ke-65 PMII, Budi Hadi Yunanto: PMII Harus Terus Menjadi Organisasi Rahmatan lil Alamin
Terkini
Lihat Semua