• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Syiar

Ramadhan, Momentum Investasi Pahala

Ramadhan, Momentum Investasi Pahala
Teungku Helmi Abu Bakar el-Langkawi
Teungku Helmi Abu Bakar el-Langkawi

Oleh: Teungku Helmi Abu Bakar el-Langkawi


Salah satu bulan yang paling istimewa sebagai sayyidul syahr adalah bulan Ramadhan. Di antara istimewanya, bulan Ramadhan merupakan bulan yang dilipatgandakanya pahala amal kebaikan serta bulan yang penuh rahmat dan maghfirah dari Allah swt. Selain itu, bulan Ramadhan adalah bulan menahan diri. Menahan dari makan, minum, dan sejenisnya juga kita harus mengendalikan nafsu sesuai dengan syariat Islam, mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat menjalankan perintah dari Allah yang dilandasi dengan keimanan. Allah swt menjadikan bulan ini sebagai bulan ibadah dan beramal saleh. Ramadhan menjadi bulan yang mulia. Di antara kemuliaannya bahwa Ramadhan merupakan bulan untuk meningkatkan produktifitas amal shaleh. Kemuliaan bulan Ramadhan juga diiringi oleh Allah swt, dengan menyediakan instrumen untuk memudahkan dalam meraih rahmat, maghfirah, dan itqum minnar (terlepas dari api neraka).


Salah satu di antaranya yang juga termasuk dalam keutamaan bulan yang penuh berkah ini, dimana setiap ibadah dilipatgandakannya amal kebaikannya. Apabila seseorang mengerjakan ibadah sunnah di bulan Ramadhan, imbalannya memiliki pahala yang sama dengan amal wajib. Begitu juga seseorang mengerjakan amaliah wajib yang dikerjakan di bulan ini setara dengan 70 amal wajib. Barangsiapa yang memberi buka puasa untuk seorang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka, dan baginya pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala oarang yang berpuasa tersebut sedikit pun. Dilipatgandakan pahala itu sesuai dengan haditst nabi, berbunyi: 


Wahai sekalian manusia, telah datang pada kalian bulan yang mulia. Di bulan tersebut terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Puasanya dijadikan sebagai suatu kewajiban. Shalat malamnya adalah suatu amalan sunnah. Siapa yang melakukan kebaikan pada bulan tersebut seperti ia melakukan kewajiban di waktu lainnya. Siapa yang melaksanakan kewajiban pada bulan tersebut seperti menunaikan tujuh puluh kewajiban di waktu lainnya.” (HR. Al-Mahamili dan Ibnu Khuzaimah)


Diceritakan dalam hadits Rasulullah saw, dari Abu Hurairah riwayat Imam Bukhari disebutkan: 


“Apabila datang bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan yang jahat dibelenggu.” (HR. Bukhari). 


Dalam redaksi kitab yang lain, hadits yang diceritakan dari Abu Hurairah, riwayat yang dijelaskan dalam kitab Sunan at Turmudzi halaman 682, yang berbunyi sebagai berikut: 


Diceritakan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw, bersabda: “Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka tidak ada satu pintupun ditutup.” Dan seorang penyeru menyerukan, ”Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan, tahanlah. Dan Allah memiliki orang-orang yang yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu yang terjadi setiap malam.” (HR. Turmudzi).


Diakui maupun tidak, sungguh, betapa banyak kebaikan yang bertaburan di bulan Ramadhan. Hendaklah setiap Muslim berlomba-lomba meraih kebaikan-kebaikan tersebut dengan cara melaksanakan berbagai amal saleh, yang wajib maupun yang sunnah. Pada bulan Ramadhan, satu amalan wajib nilainya sama dengan tujuh puluh amalan wajib di luar bulan Ramadhan. Dan satu amalan sunnah nilainya sama dengan satu amalan wajib di luar bulan Ramadhan. 


Nabi Saw menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, beliau bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa padanya. Di bulan itu, dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang terhalangi dari kebaikan yang ada padanya, berarti ia benar-benar terhalangi dari kebaikan.” (HR. Ahmad dan An-Nasai, dari Abi Hurairah).


Setiap perbuatan baik yang dilakukan seorang Muslim akan diberi balasan pahala dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali ibadah puasa. Ibadah puasa itu untuk Allah, dan Allah yang akan membalasnya. Orang yang berpuasa itu telah meninggalkan makan, minum, dan syahwat-nya demi Allah semata. Dan bagi orang yang berpuasa akan diberkan dua kegembiraan, yaitu kegembiraan pada saat berbuka, dan kegembiraan keika kelak ia berjumpa dengan Tuhannya. 


Dalam kitabnya, Maqâshid al-Shaum, Sulthân al-Ulamâ’, Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami (w. 660 H) mengatakan paling tidak ada beberapa faedah puasa di bulan Ramadhan yang satu sama lainnya saling terkait. Faedah yang dibicarakan di sini adalah soal “pembangunan diri”, baik dari sisi agama (pahala) maupun individu. Salah satu faidahnya adalah: Raf’u al-Darajât (Meninggikan Derajat) Pandangannya ini didasari oleh beberapa hadits Nabi, salah satunya yang mengatakan: “Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu.” (HR Imam Muslim) 


Imam Izzuddin memandang taftîh abwâb al-jannah (dibukanya pintu surga) sebagai simbol atau tanda untuk memperbanyak ketaatan (taktsîr al-thâ’ât), terutama yang diwajibkan. (Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami, Maqâshid al-Shaum, h 12).


Berdasarkan dari penjelasan tersebut, logika sederhananya adalah meskipun pintu surga telah dibuka lebar-lebar, apakah semua orang berhak melintasinya tanpa memperbanyak ketaatan selama bulan Ramadhan dan bulan-bulan setelahnya? Artinya, dibukanya pintu surga merupakan dorongan untuk memperbanyak ibadah. Apa artinya pintu yang terbuka tanpa ada seorang pun yang berkeinginan untuk memasukinya. Tentang ditutupnya pintu neraka (taghlîq abwâb al-nâr), Imam Izzuddin menganggapnya sebagai simbol, “qillah al-ma’âshî,” untuk menyedikitkan maksiat. (Maqâshid al-Shaum, h. 12).


Penggunaan kata qillah atau sedikit ini menarik, seakan-akan Imam Izzuddin memahami betul manusia yang tidak mungkin sempurna dalam menghindari kesalahan. Manusia pasti membawa dosanya ketika menghadap Tuhannya di akhirat kelak, yang membedakan adalah kadarnya, banyak atau sedikit. Karena itu, “qillah al-ma’âshî”, oleh Imam Izuddin al-Sulami dijadikan penjelasan dari simbol ditutupnya pintu neraka. Simbol berikutnya adalah dibelenggunya setan (tashfîd al-syayâthîn). 


Menurutnya, simbol ini adalah tanda terputusnya kewaswasan (bisikan lembut setan) bagi orang-orang yang berpuasa. Artinya, baik buruknya orang yang berpuasa murni tergantung pada dirinya sendiri. Karena itu, akan sangat tidak etis jika manusia dengan berbagai peluang kemuliaan derajat yang diberikan Allah di bulan Ramadhan ini masih enggan berbuat baik dan malah berbuat jahat.


Tentunya dengan berpuasa di bulan Ramadhan bukan hanya meraih pahala, juga ada ada hikmah dan rahasia yang akan diraih seseorang apabila mampu mengerjakan ibadah puasa Ramadhan sesuai dengan esensialnya. Mari kita terus berjihad dan meraih kesempurnaan puasa Ramadhan dengan semaksimal mungkin dengan dibarengi ilmu yang telah diajarkan para ulama kita yang merupakan warasatul anbiya. Mari berjihad di syahrul mubarak.


Wallahua’lam bisshawab

​​​​​​​
Penulis adalah Dosen Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah Samalanga dan Ketua Ansor Pidie Jaya

 


Syiar Terbaru