Peran perempuan dalam masyarakat Islam selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Al-Qur’an menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah dalam hal iman, amal saleh, dan pahala. Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan (An-Nahl: 97).
Ayat ini menegaskan bahwa perempuan tidak dipandang sebelah mata dalam Islam. Mereka memiliki hak dan peluang yang sama untuk berkontribusi dalam kehidupan masyarakat.
Sejak masa Rasulullah saw, perempuan telah memainkan peran penting. Khadijah ra dikenal sebagai pengusaha sukses yang menopang dakwah Nabi. Aisyah ra adalah ulama perempuan yang menjadi rujukan banyak sahabat dalam masalah ilmu agama. Bahkan, ada perempuan yang berperan dalam urusan sosial seperti Al-Syifā’ binti ‘Abdillāh yang dipercaya Nabi untuk mengawasi pasar di Madinah. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan sejak awal memiliki peran di ruang publik.
Dalam konteks kontemporer, peran perempuan semakin luas. Banyak perempuan Muslimah menjadi pendidik, dokter, peneliti, pengusaha, bahkan pemimpin politik. Al-Qur’an sendiri menegaskan:
وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ
Artinya: Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain (At-Taubah: 71).
Maksud dari ayat ini, perempuan dan laki-laki bukanlah bersaing, tetapi mitra yang saling melengkapi untuk membangun masyarakat.
Namun, tantangan tetap ada. Tidak sedikit perempuan yang masih menghadapi diskriminasi, keterbatasan akses pendidikan, atau hambatan dalam dunia kerja. Padahal Islam sudah memberi ruang yang luas. Di sinilah pentingnya masyarakat dan lembaga pendidikan untuk terus memberi dukungan, agar perempuan bisa berkembang sesuai potensi yang mereka miliki.
Perempuan juga berperan besar dalam membangun keluarga. Peran mereka sebagai ibu, pendidik anak, sekaligus sebagai anggota masyarakat menjadikan kontribusi mereka berlipat ganda. Islam mengajarkan bahwa keluarga adalah pondasi masyarakat, dan perempuan adalah pilar utama di dalamnya.
Di era sekarang, kita melihat banyak perempuan Muslim yang tampil sebagai tokoh publik. Misalnya Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, yang sudah lama dikenal sebagai politisi Muslimah sekaligus aktivis pemberdayaan perempuan. Ada juga Siti Musdah Mulia, cendekiawan Muslim yang aktif menulis tentang keadilan gender dan pembaruan hukum keluarga dalam Islam. Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin yang berpengaruh di tingkat nasional.
Selain di bidang politik dan akademik, banyak pula aktivis sosial perempuan yang bergerak di akar rumput. Yenny Wahid, misalnya, dikenal aktif dalam gerakan perdamaian, demokrasi, dan moderasi beragama. Ada juga Alissa Wahid yang fokus pada isu keluarga, pendidikan, dan kebangsaan melalui berbagai program sosial. Peran mereka menginspirasi perempuan lain untuk ikut terlibat dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif.
Di dunia akademik dan pemikiran Islam, tokoh seperti Prof. Azyumardi Azra sering menyebut peran ulama perempuan di Indonesia semakin kuat, dan kita bisa melihat sosok Prof. Siti Ruhaini Dzuhayatin, seorang akademisi dan pegiat HAM yang pernah menjadi pejabat di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Perempuan-perempuan ini tidak hanya menjadi simbol keberhasilan, tetapi juga membuka ruang dialog baru tentang Islam yang adil, ramah, dan sesuai dengan semangat zaman. Kehadiran mereka memberi warna baru dalam wacana keislaman dan pembangunan masyarakat. Dengan semangat kesetaraan, keadilan, dan kemitraan yang diajarkan Islam, perempuan Muslim berpeluang besar untuk menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan.
Islam sejak awal telah menegaskan bahwa perempuan adalah mitra sejajar bagi laki-laki dalam membangun peradaban. Dalam masyarakat kontemporer, kesempatan untuk berperan semakin terbuka lebar. Yang dibutuhkan sekarang adalah dukungan, penghargaan, dan kesadaran bersama bahwa kemajuan umat tidak akan tercapai tanpa partisipasi aktif perempuan.
Heni Verawati, M.A, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung
Terpopuler
1
PCNU Pringsewu Sosialisasikan Keputusan Munas dan Konbes NU 2025
2
3 Amalan Sunnah di Bulan Rabiul Awal
3
Waspadai Era Post-Truth, Ketua PCNU Pringsewu: Yang Benar Bisa Nampak Salah, yang Salah Bisa Nampak Benar
4
Doa dan Niat Menyambut Bulan Maulid
5
Istikmal, Lembaga Falakiyah PBNU Umumkan 1 Rabiul Awal Jatuh pada 25 Agustus 2025
6
Jihad Pagi NU Pringsewu Digelar Kembali, Peringati Kemerdekaan RI dan Songsong Maulid Nabi
Terkini
Lihat Semua