Warta

Waspadai Era Post-Truth, Ketua PCNU Pringsewu: Yang Benar Bisa Nampak Salah, yang Salah Bisa Nampak Benar

Sabtu, 23 Agustus 2025 | 05:27 WIB

Waspadai Era Post-Truth, Ketua PCNU Pringsewu: Yang Benar Bisa Nampak Salah, yang Salah Bisa Nampak Benar

Ketua PCNU Pringsewu, H Muhammad Faizin pada kegiatan Ansor Fatayat Bershalawat di Gedung PCNU Kabupaten Pringsewu, Sabtu (22/8/2025). (Foto: Istimewa)

Pringsewu, NU Online Lampung 

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, H Muhammad Faizin, mengingatkan pentingnya kehati-hatian dan kewaspadaan dalam menghadapi derasnya arus informasi di era post-truth. Hal itu ia sampaikan saat menghadiri kegiatan Ansor Fatayat Bershalawat di Gedung PCNU Kabupaten Pringsewu, Sabtu (22/8/2025).

 

“Era post-truth adalah masa ketika kebenaran objektif seringkali dikalahkan oleh opini, emosi, dan narasi yang viral. Informasi yang tidak jelas asal-usulnya dapat menyebar lebih cepat dibanding fakta yang terverifikasi. Di tengah kondisi ini, kewaspadaan menjadi kunci agar kita tidak terjebak dalam hoaks, fitnah, atau informasi menyesatkan,” tegasnya.

 

"Saat ini yang benar bisa nampak salah dan yang salah bisa nampak jadi benar," ungkapnya.

 

Ia menambahkan, Islam telah memberi teladan yang sangat berharga tentang bagaimana menjaga keaslian dan kebenaran sebuah informasi, yaitu melalui tradisi periwayatan hadits. Para ulama hadits, katanya, mengembangkan metode verifikasi yang sangat ketat dengan sistem sanad, matan, dan rawi.

 

Menurutnya, sanad adalah rangkaian perawi dari Rasulullah saw hingga penulis kitab hadits. Ulama tidak menerima riwayat begitu saja, tetapi meneliti siapa saja penghubungnya. Jika ada yang diragukan, riwayat ditolak atau dilemahkan.

 

“Pelajaran bagi kita di era post-truth, setiap informasi harus ditelusuri asal-usul dan sumbernya. Jangan langsung percaya hanya karena viral atau disampaikan orang yang kita kenal. Tanyakan, dari mana sumber aslinya? Apakah bisa diverifikasi?” ujarnya.

 

Ia menjelaskan, matan adalah isi teks hadits yang selalu dibandingkan dengan Al-Qur’an, hadits lain yang lebih kuat, serta logika syariat. Jika isinya bertentangan dengan prinsip Islam, maka riwayat ditolak.

 

“Di era digital sekarang, isi informasi harus diuji secara kritis. Apakah masuk akal? Apakah sesuai dengan fakta yang ada? Apakah selaras dengan prinsip moral dan hukum? Dengan sikap ini, kita tidak mudah termakan berita bombastis yang sebenarnya palsu,” jelasnya

 

Ia juga menegaskan pentingnya kredibilitas rawi. Para ulama, katanya, meneliti apakah seorang perawi adil, jujur, dan tidak dikenal berdusta.

 

“Demikian pula dalam menyikapi berita di era post-truth, kita harus menilai siapa yang menyampaikannya. Apakah ia punya rekam jejak yang baik? Apakah pernah menyebarkan hoaks sebelumnya? Apakah memiliki kepentingan tertentu dalam menyebarkan berita tersebut?” tambahnya.

 

Waspada Jebakan Algoritma

Selain itu, Ia juga menyoroti tantangan baru di era digital, yaitu jebakan algoritma. Media sosial dan mesin pencari sering mengarahkan pengguna pada konten yang sesuai dengan minat atau emosi mereka.

 

“Akibatnya, kita bisa terjebak dalam echo chamber, ruang informasi sempit yang membuat kita sulit melihat pandangan lebih luas. Ulama hadits mengajarkan kita untuk tidak terpaku pada satu riwayat saja, tetapi membandingkan dengan riwayat lain agar mendapatkan gambaran yang utuh. Maka dalam dunia digital, kita juga harus berani keluar dari jebakan algoritma,” paparnya.

 

Jika para ulama hadits saja sangat ketat menjaga kemurnian riwayat Rasulullah saw dengan sistem sanad, matan, dan rawi, maka umat Islam pun harus menirunya dalam bermedia sosial.

 

“Jangan terburu-buru menyebarkan sebelum memverifikasi. Dan jangan sampai kita terperangkap oleh algoritma yang menyesatkan kita untuk hanya terpaku pada satu sisi kebenaran semu,” ujarnya.

 

Ia menegaskan bahwa era post-truth menuntut setiap individu agar lebih waspada dan kritis terhadap informasi. 

 

“Dengan meneladani cara ulama menjaga kebenaran melalui sanad, matan, dan rawi, serta melepaskan diri dari jebakan algoritma, kita bisa membangun budaya literasi yang sehat dan menghindari jebakan berita palsu,” pungkasnya.

 

Hadir pada kegiatan tersebut Katib Syuriyah PCNU Kabupaten Pringsewu KH Taufik Qurrohim, Ketua PC GP Ansor Pringsewu Lukman Hakim, Ketua PC Fatayat NU Siti Aisyah, dan segenap pengurus NU dan Badan Otonom serta para anggota Ansor, Fatayat, Banser dari Kecamatan se Kabupaten Pringsewu. Kegiatan Shalawat dipimpin oleh Habib Usman Al Jufri, Pimpinan Majelis Ngaso Pringsewu.