• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 6 Mei 2024

Pernik

Kedekatan Alumni Pesantren Dibanding Lulusan Sekolah Umum

Kedekatan Alumni Pesantren Dibanding Lulusan Sekolah Umum
Alumni pesantren memiliki kedekatan yang erat dengan kiai dan pesantrenya (Foto: Yudi Prayoga)
Alumni pesantren memiliki kedekatan yang erat dengan kiai dan pesantrenya (Foto: Yudi Prayoga)

Semua orang pernah disematkan gelar sebagai alumni ketika ia sekolah sampai lulus, baik sekolah formal seperti TK, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, maupun non-formal, seperti pondok pesantren dan madrasah diniyah. 

 

Alumni adalah orang-orang yang telah mengikuti atau tamat dari suatu sekolah atau perguruan tinggi. 

 

Akan tetapi ada yang lebih unik di dalam lembaga yang bernama pondok pesantren. Kadang sebutan alumni tidak hanya disematkan yang mondoknya telah selesai, melainkan semua orang yang pernah mondok di suatu pondok pesantren, baik mondoknya hanya setengah tahun, 1 tahun, 2 tahun, bahkan 10 tahun, bisa dikatakan sebagai alumni. Ini salah satu yang membedakan alumni pondok dengan alumni sekolah umum. 

 

Alumni pondok pesantren akan selalu menganggap pondoknya sebagai rumah kedua, dan kiai-kiainya sebagai orang tuanya, sehingga alumni pesantren akan leluasa datang ke pondok di mana ia pernah mondok dulu, kapanpun waktunya, baik siang, sore dan malam. Karena pondok pesantren akan selalu terbuka bagi alumninya selama 24 jam.

 

Sehingga sering sekali, para alumni menyempatkan mampir untuk bertemu (sowan) kiainya, teman-temannya,  dan sering pula bermalam di pesantren tersebut. 

 

Secara emosional para alumni pesantren sangat dekat terhadap guru dan kiai-kiainya. Itulah kenapa para alumni mayoritas masih tetap menyempatkan untuk menemui (sowan) kiainya, meminta nasehat dan didoakan. Meskipun alumni tersebut sudah punya anak bahkan cucu.  

 

Dan adab (sikap) alumni tersebut ketika bertemu kiainya akan tetap sama seperti ketika dia masih mondok dahulu. Akan tetap bersimpuh, tawaduk, dan menjaga sopan santun (andap asor). 

 

Si alumni akan suka rela menyempatkan datang ke pondoknya ketika di sana ada acara akhirussanah, haul kiainya, milad pondok, dan sebagainya. Karena setiap acara yang diselenggarakan oleh pesantren, berarti diperuntukkan bagi santrinya yang masih mukim (tinggal di pondok) maupun yang sudah lulus (alumni). 

 

Kadang juga, pesantren akan menyiapkan tempat khusus untuk para alumni yang hadir di setiap acara-acara pesantren. Hal semacam ini yang menguatkan ikatan batin antara seorang santri kepada kiai dan pondoknya. 

 

Pesantren, memiliki kekeramatan tersendiri bagi santri-santrinya, baik yang mukim maupun yang sudah pulang (boyong). Salah satunya dengan luasnya ilmu yang dikaji. 

 

Saking keramatnya pesantren dengan segudang lautan ilmu tersebut, menjadikan para alumninya akan selalu berbondong-bondong datang ke pesantren untuk mengaji kembali ketika ada ngaji bandongan (guru membacakan makna, santri menulis), sorogan (santri membaca kitab, kiai menyimaknya) dan kilatan (ngaji yang diselenggarakan ketika bulan Ramadhan). 

 

Seorang santri yang telah menjadi alumni tidak akan pernah mengatakan bahwa ngajinya (menimba ilmunya) telah tuntas, karena sejatinya seorang santri yang menuntut ilmu agama di pesantren tidak akan pernah tuntas menimba ilmu, meskipun secara formal ia telah naik kelas maupun lulus. 

 

Ketika alumni datang ke pesantren, ia tidak akan segan dan malu untuk ikut ngaji kembali. Hal seperti ini jarang ditemukan di sekolah formal pada umumnya. Karena sekolah umum jarang mengadakan pertemuan-pertemuan, seperti ngaji alumni bulanan, istighotsah alumni, bahtsul masail alumni, dan lain sebagainya. 

 

Dari segi kekeluargaan, alumni akan dekat dengan seluruh santri yang ada di pondok tersebut, meski jenjangnya ada yang 1 tahun, 2 tahun, bahkan 15 tahun. Karena ketika santri tinggal di pondok selama 24 jam, makan bareng, mandi bareng, tidur bareng, kerja bakti bareng, maka akan membentuk jiwa mereka menjadi keluarga. 

 

Ketika sudah pulang ke pesantren, alumni angkatan tahun 2010 misalnya, tidak akan segan berkunjung atau main ke rumah adik tingkatnya angkatan 2019, dan sebaliknya. Asalkan mereka pernah bertemu ketika di pesantren dahulu.

(Yudi Prayoga)


Pernik Terbaru