• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 28 Maret 2024

Pernik

Belajar dari Cara Sukses Nabi Muhammad dalam Berdagang

Belajar dari Cara Sukses Nabi Muhammad dalam Berdagang
Kaligrafi nama Nabi Muhammad saw (NU Online)
Kaligrafi nama Nabi Muhammad saw (NU Online)

“Pedagang yang baik adalah pedagang yang mudah dalam membeli dan mudah dalam menjual"  (HR Bukhari, dari Jabir). 


Kita mengetahui Nabi Muhammad saw adalah seorang pedagang yang sukses. Banyak pelajaran dan tauladan dari beliau tentang kiat berdagang yang jujur,  amanah, dan dapat dipercaya. 


Di usianya yang baru 25 tahun, Nabi Muhammad saw sudah menjadi seorang pengusaha atau entrepreneur yang sukses, cemerlang, kaya raya, kerap berniaga hingga ke luar negeri.  


Dilansir dari Berdagang Ala Nabi Muhammad, tidak heran jika emas kawin yang diberikan Nabi Muhammad saw untuk Khadijah tidak tanggung-tanggung yakni 20 ekor unta dan 12,4 ons emas. Sebuah mas kawin yang besar sekali pada saat itu, bahkan pada hari ini.


Jiwa mandiri Nabi Muhammad saw sudah terbentuk sedari belia. Pada usia kanak-kanak, ia sudah menjadi penggembala kambing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 


Saat berumur 12 tahun, Nabi Muhammad saw pertama kali belajar berdagang atau berwirausaha. Ia diajak pamannya Abu Thalib untuk ikut dalam rombongan dagang ke Syam (saat ini Suriah).


Sejak saat itu, Nabi Muhammad saw. semakin menekuni dunia usaha atau dagang. Merujuk buku Muhammad A Trader, Nabi Muhammad saw sudah menjadi pemimpin kafilah dagang ke luar negeri pada saat usianya baru 17 tahun. Ia berdagang hingga ke 17 negara lebih. Diantaranya Syam, Yordania, Bahrain, Busra, Irak, Yaman, dan lainnya. 


Dari situ timbul pertanyaan, apa saja yang menyebabkan Nabi Muhammad bisa menjadi pengusaha yang cemerlang dan berhasil memenangkan persaingan pasar?


Dalam buku Marketing Muhammad, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin sukses menjadi pedagang, pengusaha, atau entrepreneur seperti Nabi Muhammad saw. 

 

Pertama, melakukan segmentasi, menetapkan target pasar (targeting), dan positioning. Sebelum menjajakan suatu barang, Nabi Muhammad saw memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kebiasaan, cara hidup, cara makan dan minum, serta kebutuhan yang diperlukan masyarakat setempat.


Ia berhasil melakukan segmentasi sehingga ketika datang ke kota A maka barang-barang yang dibawa adalah ini dan itu. Ketika datang ke kota B maka barang yang dibawa lain lagi. Dan seterusnya.


Nabi Muhammad saw juga mahir dalam melakukan targeting. Ia tidak hanya memasuki satu segmen saja, ia memasuki semua segmen yang ada dalam masyarakat semenanjung Arab. Mulai dari budak hingga kalangan elit kerajaan, bahkan sang raja. 

 

Di samping itu, Nabi Muhammad saw adalah seorang yang pintar dalam memosisikan diri dimanapun dia berada. Ia tidak pernah mengecewakan pelanggannya. Ia juga sangat menghormati pelanggannya, baik yang dewasa atau pun remaja.


Kedua, melakukan diferensiasi, bauran pemasaran, dan memiliki prinsip dalam menjual. Nabi Muhammad saw adalah orang yang berpikiran out of the box. Ia berdagang dengan cara-cara yang beda, tidak konvensional digunakan pedagang lainnya pada saat itu. 

 

Terkait hal ini, ada dua cara yang dilakukan Nabi Muhammad saw, yaitu menjalin hubungan yang baik (silaturahim) dengan pelanggannya dan melakukan ekspansi usaha ke wilayah-wilayah lain, buka hanya satu wilayah saja.

 

Yang tidak kalah penting, Nabi Muhammad saw selalu menjelaskan kekurangan dan kelebihan barang dagangannya dengan jujur kepada para pelanggannya. Mematok harga sesuai dengan nilai komoditasnya dan tidak melakukan perang harga dengan pedagang lainnya.   


“Janganlah kamu menjual menyaingi penjualan saudaramu” Kata Nabi dalam sebuah hadist riwayat Bukhari.


Nabi Muhammad saw juga memiliki prinsip-prinsip manakala menjual barang dagangannya. Diantaranya adalah tidak menipu dalam mendeskripsikan barang dagangannya, tidak bersumpah yang berlebihan, jujur dalam timbangan dan takaran, serta tidak memonopoli komoditas. 


Ketiga, melakukan branding dan pelayanan yang baik. Nabi Muhammad saw. dikenal sebagai masyarakat Arab sebagai pribadi yang jujur dan bisa dipercaya sehingga ia mendapatkan julukan al-Amin.


Personal branding ini tidak didapat secara singkat dan ujug-ujug, melainkan dalam waktu yang lama. Karena memiliki brand dapat dipercaya, banyak investor yang berinvestasi kepada Nabi Muhammad saw.


Maka tidak heran jika Nabi Muhammad saw kerap kali berdagang tanpa modal sepeser pun, alias menjualkan barang dagangan orang lain dengan imbalan bagi hasil. Hal itulah yang menghantar Nabi Muhammad saw. menjadi seorang pengusaha atau pedagang yang jujur, profesional, dan disegani siapapun.    


Nabi Muhammad saw juga memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya. Ia sangat ramah dan menghormati pelanggannya. Bahkan, ia mendahulukan kepentingan pelanggannya atas dirinya sendiri. Soal ini, ada sebuah cerita menarik. 


Suatu ketika Adullah bin Abdul Hamzah membeli suatu barang dari Nabi Muhammad saw dan ia berjanji akan menemui Nabi di suatu tempat karena ada urusan tertentu. Naasnya, Abdullah lupa kalau punya janji dengan Nabi Muhammad. 


Tiga hari setelahnya, dia baru ingat dan langsung ke tempat tersebut untuk menemui Nabi Muhammad saw. Ia terbelalak karena Nabi Muhammad saw. masih ada di tempat itu. 


Keempat, jujur, ikhlas, dan profesional. Dalam berdagang, Rasulullah mengedepankan sikap jujur, ikhlas, dan profesional. Maksudnya, tidak pernah membohongi pelanggannya dan ikhlas menjalankan usahanya. Meski demikian, Rasulullah adalah seorang yang profesional. Ia selalu mencari cara yang beda dan baru dalam menjual barang dagangannya.

 

Itulah diantara kiat atau cara berdagang ala Rasulullah saw. Banyak pelajaran yang bisa diterapkan bila kita ingin meraih kesuksesan dalam berbisnis dan berkah. 


Pernik Terbaru