• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Opini

Tiga Hal yang Perlu Disiapkan Menjelang Bulan Suci Ramadhan

Tiga Hal yang Perlu Disiapkan Menjelang Bulan Suci Ramadhan
Rektor UIN Raden Intan, Prof Wan Jamaluddim (Foto: Istimewa).
Rektor UIN Raden Intan, Prof Wan Jamaluddim (Foto: Istimewa).

Ramadhan 1445 H/2024 M, merupakan bulan yang dinantikan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia, bulan kedamaian, ketentraman, dan kenyamanan yang dirasakan setelah satu tahun lamanya. 


Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia, sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Abbas ra, dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad bahwa خير أيام يوم الجمعة artinya sebaik-baiknya hari adalah hari Jum'at. Kemudian خير الأعمال الصلاة على وقتها artinya sebaik-baiknya aktivitas adalah shalat tepat pada waktunya. Selanjutnya خير الشهور شهر الرمضان artinya sebaik-baiknya bulan adalah bulan Ramadhan.


Karena pada bulan tersebut, diturunkannya Kitab Suci Al-Qur’an, dan pada bulan itu, ada kejadian Lailatul Qadar, dan juga diwajibkannya puasa selama satu bulan penuh. Selain itu, setiap amalan sunnah yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan terhitung pahalanya seperti pahala ibadah wajib.


Abu Bakar al-Waraq berkata, bulan Rajab adalah bulan bercocok tanam, bulan Sya’ban adalah bulan memelihara tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan menikmati hasil tanaman. 


Puasa secara bahasa berarti imsaak yaitu menahan, sedangkan secara syar’i adalah menahan dari lapar dan dahaga serta segala hal yang membatalkannya mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an:


 فمن شهد منكم الشهر فليصمه


Artinya: Apabila engkau melihatnya (hilal) maka berpuasalah (QS Ali Imran: 69).


Puasa merupakan salah satu dari tiang agama, sehingga persiapan menyongsong bulan Ramadhan haruslah dipersiapkan dengan serius, dan dengan hati yang bahagia. Karena Rasulullah saw, bersabda: 


 من فرح بدخول رمضان حرم الله جسده على النيران 


Artinya: Barang siapa bahagia menyambut datangnya bulan Ramadhan, maka Allah akan haramkan jasadnya tersentuh api neraka.


Dalam menyongsong bulan Ramadhan yang suci dan berkah ini, seyogianya ada tiga hal yang perlu kita siapkan. Pertama, jaga hati dan pikiran, adanya rasa senang meyambut datangnya bulan Ramadhan adalah senantiasa ada dalam lubuk hati yang dalam. Sehingga terekspresi dalam sebuah pikiran hingga perbuatan, dari sinilah muncul banyaknya ragam tradisi menyongsong datangnya Ramadhan. 


Kedua, jaga kesehatan, meskipun dikatakan bahwa صوموا تصحوا artinya berpuasalah, maka kamu akan sehat. Kesehatan sendiri terbagi pada sehat jasmani dan rohani. Sedangkan sehat jasmani adalah kesehatan yang mencangkup fisik kita, dan rohani adalah hati dan pikiran kita. Keduanya menjadi penting, sehingga dikatakan oleh para ulama: 


الصحة والراحة البال أغل من الكعوز والمال 


Artinya: Kesehatan dan ketenangan hati adalah lebih mahal daripada kekayaan dan harta.


Ketiga, menyiapkan waktu selama ramadhan, dengan waktu yang kita miliki akan senantiasa memperbanyak ibadah kepada Allah, dengan melakukan amal saleh dan segala kebaikan lainnya. Ibnu al-Jauziyah berkata: 


الوقت أشدّ من الموت لأن إضاعة الوقت يقطعك عن الله ويوم الآخر، وأما إضاعة الموت يقطعك عن الدنيا وما فيها


Artinya: Waktu lebih mulia dari sebuah kematian, karena hilangnya waktu akan memutuskan hubunganmu dengan Allah dan hari akhirat, sedangkan kematian akan memutuskan hubunganmu dengan dunia dan isinya.


Menyongsong bulan Ramadhan mari kita jaga ukhuwah agar selama ramadhan kita dapat dengan khusyuk mencari keberkahan dan ridha Allah, sehingga kita akan senantiasa mendapat hasil yang maksimal yaitu ketakwaan di sisi Allah. 


Mengingat bahwa masyarakat Indonesia yang majemuk baik dari sisi agama dan kelompok ormas, sehingga penentuan awal bulan Ramadhan akan selalu terjadi perbedaan dalam penentuannya. 


Karena selama ini metode ru’yah dan hisab sama-sama dapat dilaksanakan, sedangkan keduanya kerap kali selisih dalam ketentuannya, hal ini sangat lumrah, dan masyarakat Indonesia selalu menjaga ukhuwah Islamiyah dengan segala toleransi demi terwujudnya keharmonisan.


Begitu juga dalam konteks perbedaan agama di kalangan para pemeluk agama yang semuanya senantiasa mendapatkan perlindungan hukum yang sama. Sehingga sebagai seorang muslim yang baik juga harus senantiasa menjaga nilai-nilai ukhuwah wathaniyah agar hajat kita terpenuhi yaitu menunaikan ibadah puasa dengan baik, dan saudara-saudara kita non muslim juga senantiasa kita jaga nilai-nilai toleransi selama menjalani Ramadhan. 


Akhirnya ukhuwah menjadi wadah persaudaraan dan merajut keharmonisan, mari kita jaga meski dalam perbedaan, dan dengan rasa komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan senantiasa menjaga nilai-nilai tradisi lokal adalah solusi mewujudkan kedamaian.


Sikap seorang yang beriman adalah senantiasa memiliki sifat yang santun, dan tidak mudah terprovokasi pada perkara yang buruk, maka dalam menyikapi awal Ramadhan adalah hal yang setiap tahun selalu adanya selisih hitungan dalam metode ru’yah atau hisab.


Sehingga ketentuan Kementerian Agama RI, menjadi hal lazim yang ditunggu oleh umat Islam untuk mengawali hari awal puasa. Semoga  kita semua senantiasa diberikan keteguhan iman, sehingga mampu menjalankan ujian ini selama satu tahun hingga tertancap pada diri kita ketaqwaan kepada Allah yang Maha Kuasa.


Prof H Wan Jamaluddin, Rektor UIN Raden Intan Lampung


Opini Terbaru