• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Opini

Ramadhan, Melatih Iman Untuk Istiqamah

Ramadhan, Melatih Iman Untuk Istiqamah
Ramadhan, Melatih Iman Untuk Istiqamah (Ilustrasi gambar: NU Online)
Ramadhan, Melatih Iman Untuk Istiqamah (Ilustrasi gambar: NU Online)

Iman adalah keyakinan seorang hamba kepada agama yang diyakininya. Sebagaimana seorang Muslim, berarti dia adalah seorang yang meyakini ajaran Islam secara penuh, yang berarti juga meyakini adanya Allah sebagai Tuhan, adanya Malaikat-Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Nabi-nabi Allah, adanya hari akhir, serta adanya qadha dan qadar. 


Secara amaliah iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati dan diaplikasikan dalam bentuk amaliah dengan segala konsekuensinya. Iman seseorang selalu berubah-ubah sesuai pada ketenangan hati seseorang, iman akan bertambah ketika ia taat kepada Allah dan senantiasa berkurang karena kemaksiatan yang ia lakukan. 


Maka pada bulan Ramadhan, Allah menyeru kepada kita untuk senantiasa diuji dengan cara menjalankan tugas besar yaitu puasa selama satu bulan. Pada saat itulah manusia diuji keimanannya, apakah ia istiqamah ataukah tidak. 


Pada awal Ramadhan kita diingatkan oleh Allah melalui sabda Nabi: Barang siapa yang senantiasa bahagia menyambut datangnya bulan Ramadhan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.


Sesungguhnya hadits ini sangat menyentuh pada diri kita sebagai orang yang beriman, lalu kemudian kita berpikir, adakah orang yang tidak bahagia dengan datangnya bulan suci Ramadhan? Ternyata banyak di antara umat Islam yang tidak bahagia dengan datangnya Ramadhan. Sehingga Ramadhan dianggap bulan yang sama seperti bulan lain pada umumnya. 


Lalu kita diingatkan kembali dalam sabda Rasulullah saw: Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan penuh keimanan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Begitu dahsyat hadits ini menegur kita agar iman kita istiqamah. 


Faktanya, di awal Ramadhan banyak di antara kita berbondong-bondong ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat tarawih, masjid menjadi padat, full nyaris tidak ada shaf tersisa, sampai ujung serambi. Namun pada pertengahan jalan, mulai masuk sepuluh hari Ramadhan, satu demi satu iman kita dikikis dengan segala keinginan yang membuat kita lalai, hingga mulai menjauh dari masjid. 


Sehingga kemudian diingatkan kembali bahwa sepuluh pertama adalah rahmah, sepuluh kedua adalah maghfirah, dan sepuluh terakhir adalah dijauhkan dari api neraka. Ini adalah bentuk peringatan agar iman kita selalu istiqamah. 


Selama satu bulan penuh lamanya Ramadhan, bagi orang yang imannya tebal, ia akan senantiasa bahagia, tenang bahkan hari demi hari ia sedih karena Ramadhan akan senantiasa meninggalkan kita. Tapi bagi orang yang tidak beriman, Ramadhan adalah siksaan, sehingga ia selalu berharap agar Ramadhan segera berlalu. 


Iman adalah modal bagi kita, jika iman kita kuat maka ibadah kita akan senantiasa istiqamah. Sehingga amaliah yang istiqamah akan senantiasa mendapatkan ridha Allah swt, hingga ditinggikan derajat kita, yaitu menjadi hamba yang bertaqwa.



Agus Hermanto, Wakil Ketua Lakpesdam PCNU Kota Bandar Lampung


Opini Terbaru