• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Syiar

Ini 2 Rukun Puasa Ramadhan yang Harus Diketahui

Ini 2 Rukun Puasa Ramadhan yang Harus Diketahui
Rukun puasa adalah sesuatu yang harus dipenuhi di dalam menjalankan ibadah puasa (Ilustrasi Foto: NU Online)
Rukun puasa adalah sesuatu yang harus dipenuhi di dalam menjalankan ibadah puasa (Ilustrasi Foto: NU Online)

Sebentar lagi kita akan berjumpa dengan bulan suci Ramadhan 1444 H. Umat Islam umat Islam diwajibkan untuk berpuasa, sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 183.


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa (QS Al-Baqarah: 183).

 

Maka sibukkanlah diri kita untuk menyambut bulan suci tersebut dengan berbagai persiapan yang matang. Dan satu hal yang tak boleh ketinggalan adalah pengetahuan mengenai puasa Ramadhan itu sendiri, seperti syarat puasa, rukun puasa, yang membatalkan puasa dan berbagai macam kesunnahan di dalamnya. 

 

Ibadah puasa Ramadhan dianggap sah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Syarat merupakan sesuatu yang wajib dilakukan sebelum melakukan ibadah (di luar pekerjaan). Sedangkan rukun adalah sesuatu yang harus dipenuhi di dalam menjalankan ibadah (di dalam pekerjaan). 

 

Adapun puasa memiliki dua rukun yang harus dilakukan, yakni niat dan menjaga diri dari perkara yang membatalkan.   

 

Pertama, niat puasa.


Niat puasa Ramadhan merupakan pekerjaan ibadah yang diucapkan dalam hati dengan syarat dilakukan pada malam hari dan wajib menjelaskan kefardhuannya di dalam niat tersebut, contoh:


 نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى 


Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhis syahri ramadhani hadzihis sanati lillahi ta’ala.


Artinya: Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan kewajiban bulan Ramadhan pada tahun ini, karena Allah swt semata.


Sedangkan dalil yang menjelaskan niat puasa Ramadhan dilakukan pada malam hari adalah sabda Nabi Muhammad saw sebagai berikut:


  مَنْ لَمْ يَجْمَعِ الصِّيَامَ قَبْلَ اْلفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ  


Artinya: Siapa yang tidak membulatkan niat mengerjakan puasa sebelum waktu fajar, maka ia tidak berpuasa (Hadits Shahih riwayat Abu Daud: 2098, al-Tirmidz: 662, dan al-Nasa’i: 2293). 


Untuk puasa Ramadhan wajib mengucapkan niat sebelum fajar. Berbeda dengan puasa sunnah yang boleh niat puasa setelah selesai fajar, akan tetapi belum ada makanan dan minuman yang masuk ke mulut serta keluar mani sampai ia berniat. 


Adapun dalil yang menjelaskan waktu mengucapkan niat untuk puasa sunnah, bisa dilakukan setelah terbit fajar, yaitu: 

 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: دَخَلَ عَلَّيَّ رَسُولُ اللهِ صَلِّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ شَيْءٍ؟ فَقُلْنَا لَا فَقَالَ: فَاِنِّي اِذًنْ صَائِمٌ. ثُمَّ اَتَانَا يَوْمًا اَخَرَ، فَقُلْنَا: يَارَسُوْلَ اللهِ اُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ فَقَالَ: اَرِيْنِيْهِ فَلَقَدْ اَصْبَحْتُ صَائِمًا فَاَكَلَ  

 

Artinya: Dari Aisyah ra, ia menuturkan, suatu hari Nabi saw datang kepadaku dan bertanya, “Apakah kamu punya sesuatu untuk dimakan?”. Aku menjawab, “Tidak”. Maka Beliau bersabda, “Hari ini aku puasa”. Kemudian pada hari yang lain beliau datang lagi kepadaku, lalu aku katakan kepadanya, “Wahai Rasulullah, kami diberi hadiah makanan (haisun)”. Maka dijawab Rasulullah, “Tunjukkan makanan itu padaku, sesungguhnya sejak pagi aku sudah berpuasa,” lalu beliau memakannya (Hadits Shahih, riwayat Muslim: 1952, Abu Daud: 2099, al-Tirmidzi; 666, al-Nasa’i: 2283, dan Ahmad: 24549) 


Kedua, menahan diri.

Rukun puasa yang kedua adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, syahwat farji (kemaluan) dan syahwat perut (makan dan minum) dari sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari (waktu Maghrib tiba). 

 

Hal ini didasarkan pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187 berikut:


فَاْلئَنَ باَشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُمْ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ اْلخَيْطُ اْلاَبْيَضُ مِنَ اْلخَيْطِ اْلاَسْوَدِ مِنَ اْلفَجْرِ ثُمَّ اَتِّمُوْا الصِّيَامَ اِلَى اللَّيْلِ  


Artinya: Maka sekarang campurilah, dan carilah apa yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu, serta makan dan minumlah sampai waktu fajar tiba dengan dapat membedakan antara benang putih dan hitam. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai waktu malam tiba (QS Al-Baqarah: 187).


Itulah penjelasan kedua rukun puasa, semoga puasa yang kita kerjakan menjadi sah dan pahalanya diterima oleh Allah swt. 

(Yudi Prayoga)


Syiar Terbaru