H Puji Raharjo
Penulis
Menjelang Idul Fitri, jutaan umat Islam di Indonesia menjalankan tradisi mudik atau perjalanan pulang ke kampung halaman demi bertemu keluarga dan menyambung kembali jalinan silaturahim.
Bagi sebagian orang, ini bukan sekadar kebiasaan tahunan, tetapi momen sakral untuk melepas rindu, mempererat kasih sayang, dan menghapus salah paham. Namun, jika kita membuka lembaran Al-Qur’an, tradisi ini justru mengakar kuat dalam pesan ilahi yang termaktub dalam Surat An-Nisa ayat 1.
Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari satu jiwa, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (QS An-Nisa: 1).
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini dimaknai sebagai panggilan universal kepada seluruh manusia agar bertakwa kepada Allah, yang menciptakan mereka dari nafsin wahidah (jiwa yang satu) yaitu Nabi Adam as, dan dari Adam diciptakan istrinya, Hawa.
Dari keduanya, lahirlah generasi manusia yang tersebar luas di bumi. Oleh karena itu, semua manusia berasal dari satu akar, satu keturunan, dan dipersatukan oleh satu Sang Pencipta. Maka dari itu, memutus silaturahim bukan hanya mencederai hubungan sosial, tapi juga mengingkari asal usul penciptaan yang satu.
Ibnu Katsir menambahkan bahwa perintah اتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ menunjukkan kewajiban untuk menjaga hubungan kekeluargaan. Bahkan sebagian qira’at membacanya وَالأرحامِ dengan harakat jar, yang artinya Allah menggandengkan perintah takwa dengan kewajiban memelihara silaturahim. Ini menandakan betapa pentingnya menjaga hubungan keluarga dan tidak memutuskannya.
Dalam konteks mudik, ayat ini menjadi dasar teologis yang kuat untuk menjadikan perjalanan pulang sebagai bentuk amal salih, bukan sekadar aktivitas sosial. Ia menjadi sarana memelihara nilai ketuhanan dalam hubungan antar manusia, terutama dengan keluarga. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Artinya: Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahim (HR Bukhari dan Muslim).
Selain pahala, silaturahim membawa dampak positif secara psikologis dan sosial. Momen bertemu keluarga setelah lama berjauhan menguatkan hubungan emosional, mencairkan ketegangan, dan melatih sikap memaafkan. Ini semua adalah bentuk nyata dari takwa sosial, dimensi takwa yang jarang dibahas namun sangat penting dalam menjaga keharmonisan umat.
Surat An-Nisa ayat 1 ditutup dengan firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Ini menjadi pengingat bahwa setiap tindakan kita, termasuk dalam bersilaturahim dan bermuamalah dengan keluarga, senantiasa berada dalam pantauan Allah. Maka, jangan biarkan mudik hanya menjadi rutinitas tahunan yang kosong makna, tetapi jadikan ia sebagai wujud nyata takwa dan rasa syukur kepada Allah yang telah menyatukan kita dalam ikatan keluarga.
Di penghujung Ramadhan ini, saat hati sedang jernih dan jiwa sedang lembut, mari kita perkuat kembali hubungan kekeluargaan kita. Bukan hanya dengan hadir secara fisik, tapi juga dengan hati yang penuh cinta, niat yang tulus, dan semangat meneladani ajaran Ilahi. Karena pada akhirnya, kebahagiaan yang paling dalam terletak bukan pada jarak yang terhapus, melainkan pada cinta yang kembali menyatu.
H Puji Raharjo Soekarno, Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung
Terpopuler
1
Berangkat 8 Mei 2025, Ini Pesan-pesan untuk 352 Calon Jamaah Haji Pringsewu
2
Khutbah Jumat: Bulan Syawal, saatnya Mengenang Sejarah Perjuangan Umat Islam
3
Hukum Memelihara Anjing dalam Agama Islam
4
Optimalisasi Zakat Digital, LAZISNU PWNU Lampung Gelar Bimtek Pengelolaan ZIS Berbasis Web
5
Ketua PWNU Lampung Dorong ISNU Perkuat Peran Strategis Tangani Masalah Generasi Muda
6
Talkshow Indonesia Gelap, Fatikhatul Khoiriyah: Ruang Berekspresi Mahasiswa, Indikator Utama Sehatnya Demokrasi
Terkini
Lihat Semua