• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Opini

Berpisah dengan Ramadhan, Raih Kemenangan pada Idul Fitri

Berpisah dengan Ramadhan, Raih Kemenangan pada Idul Fitri
Dekan FDIK UIN Raden Intan, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa)
Dekan FDIK UIN Raden Intan, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa)

Bulan Ramadhan 1445 H hampir berakhir. Hari demi hari di bulan Ramadhan sudah berlalu, dan beruntunglah siapa pun umat Islam yang mampu membersamai hari-hari selama Ramadhan dengan berpuasa, shalat tarawih, beri’tikaf di masjid, membaca Al-Quran, berdoa, dan bersedekah. 


Bahkan tak lupa membayar zakat, dan zakat fitrah yang dibayarkan sebelum berpisah dengan bulan Ramadhan. Banyak kenangan selama Ramadhan, kita senang bertemu dengan tamu yang mulia, yang banyak keutamaan, dan kita yang menghormati dan memuliakan bulan Ramadhan. 


Maka kita pun dimuliakan oleh Allah swt bagi hamba-hamba Allah yang memuliakan bulan Ramadhan dengan berpuasa dan ibadah-ibadah yang mengiringi puasa Ramadhan.


Bulan Ramadhan memang bulan yang mulia, dan mengucapkan pamitan adalah suatu tindakan yang dianggap baik sebagai ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan kepada bulan tersebut. Karena Allah pun memuliakan dan mengistimewakan bulan Ramadhan. Antara lain:


Pertama, puasa Ramadhan langsung Allah yang membalas pahala dan kebaikan kepada orang yang berpuasa.


Kedua, bulan turunnya wahyu Allah, Al-Quran juga di bulan Ramadhan.


Ketiga, bulan terjadinya Lailatul Qadar juga di bulan Ramadhan.


Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk berpisah dengan bulan Ramadhan yang mulia, yaitu:

  1. Dzikir dan doa. Melakukan dzikir dan doa untuk memohon ampunan, rahmat, dan berkah dari Allah swt. Serta memohon agar diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadhan yang akan datang.
  2. Menjaga amal saleh. Melanjutkan amal ibadah yang telah dilakukan selama Ramadhan, seperti shalat, puasa sunnah, sedekah, dan membaca Al-Quran.
  3. Penyesalan  dan niat baik memperbaiki amal. Mengekspresikan penyesalan atas kesalahan dan kekurangan selama Ramadhan serta bertekad untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan ibadah di masa mendatang.
  4. Berbagi dengan sesama kita. Melakukan amal kebaikan dan berbagi dengan sesama, terutama kepada yang membutuhkan, sebagai bentuk syukur atas nikmat Ramadhan.
  5. Mengambil hikmah. Mengambil hikmah dan pelajaran yang didapat selama Ramadhan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah swt.


Itulah lima hal yang dapat kita lakukan sebagai ungkapan pamitan yang baik kepada bulan Ramadhan yang telah memberikan banyak hikmah dan keberkahan selama Ramadhan berada bersama kita, membersamai ibadah kita. 


Semoga kita mendapatkan kemuliaan bulan Ramadhan, semoga kita meningkat iman dan takwa kita kepada Allah. Sehingga pamitan Ramadhan dengan kita, kita pun tidak sedih karena Ramadhan menggantikannya dengan Idul Fitri, dan kita pun siap menjemput Idul Fitri.


Terdapat beberapa hadits menggambarkan berpisah dengan Ramadhan dan berbagai kenangan yang terkait perpisahan Ramadhan. Salah satu hadits yang sering dikutip adalah hadits riwayat Ibnu Abbas:


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "إِنَّمَا رَحِمَ اللَّهُ عَبْدًا أَحْسَنَ آخِرَ عَمَلِهِ إِلَى آخِرِ رَمَضَانَ، فَكَيْفَ بِمَنْ وَصَلَهُ، أَوْ نَجَّاهُ" (رواه أحمد)


Artinya: Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah memperlihatkan rahmat-Nya kepada seorang hamba yang amal akhiratnya diperbaiki pada akhir Ramadhan. Bagaimana jika seseorang memperbaiki hubungannya dengan orang lain atau menyelamatkannya dari kejelekan? (HR. Ahmad).


Dari hadits ini, kita dapat mengalami beberapa kenangan tentang pamitan Ramadhan untuk kita jaga kenangan Ramadhan itu, yaitu:


Pertama, perbaikan amal. Allah swt memberikan rahmat-Nya kepada hamba yang memperbaiki amal ibadahnya di akhir Ramadhan, menunjukkan pentingnya memaksimalkan amal ibadah hingga akhir bulan Ramadhan.


Kedua, hubungan yang baik. Mengingatkan pentingnya memperbaiki hubungan dengan sesama, baik dalam hal persaudaraan, kebersamaan, maupun bantuan sosial, sebagaimana ditekankan dalam sabda Nabi tentang memperbaiki hubungan dengan orang lain.


Ketiga, penyelamatan dari kejelekan atau keburukan. Menyadari perlunya menjauhi segala bentuk kejelekan, keburukan dan dosa, serta kita berusaha untuk selamat dari godaan di dalam dan luar Ramadhan.


Hadits di atas mengingatkan kita untuk tidak hanya terfokus pada ibadah ritual semata, tetapi juga pada perbaikan hubungan dengan Allah swt dan sesama manusia, serta menjaga diri dari segala bentuk kejelekan. Di sini kita penting menyelaraskan kesalehan pribadi dengan kesalehan sosial.


Pamitan Ramadhan dengan kita, maka bulan Ramadhan pun pesan kepada kita untuk menjaga kesalehan individu dan sosial. Ini diuraikan dalam hadits Nabi. Berat bagi kita begitu indahnya kesan yang kita dapatkan selama Ramadhan bertamu dengan kita. Seandainya bisa, jadikanlah semua bulan dalam setahun untuk Ramadhan saja.


Hadits sekiranya setahun dijadikan bulan Ramadhan..Hadits yang mengaitkan perjalanan waktu sepanjang tahun dengan bulan Ramadhan, sebagai analogi untuk menggambarkan pentingnya memanfaatkan waktu dengan baik dan meningkatkan amal ibadah. Hadits riwayat Abu Hurairah, Nabi saw bersabda:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "التَّاجِرُ الصَّدُوقُ وَالرَّجُلُ الصَّالِحُ كَتَفَيْ الرَّجُلِ الشَّهِيدِ فَمَنْ خَالَطَهُمَا صَدَقَا وَاسْتَعْمَلَا أَنْفَسَهُمَا أَحْيَاهُمَا، وَمَنْ أَصَابَ مِنْهُمَا وَاحِدًا فَهُمَا أَفْضَلُ مِنْ عَبْدٍ قَالَ: وَزَكَى" (رواه الترمذي)


Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Pedagang yang jujur dan orang yang shalih (beramal saleh) seperti dua orang shahid di samping seorang pria. Barangsiapa yang berinteraksi dengan keduanya dengan jujur dan mengambil manfaat dari keduanya, ia akan hidup seperti keduanya. Dan jika salah satu di antara keduanya menyentuh seseorang, keduanya lebih utama dari seorang hamba. Lalu ia berkata: Dan mereka (pedagang jujur dan orang shalih) membersihkan (HR At-Tirmidzi).


Dalam hadits ini, pedagang yang jujur dan orang shalih diibaratkan sebagai dua orang syahid, yang artinya keduanya memiliki keutamaan besar. Analogi ini dapat dihubungkan dengan bulan Ramadhan sebagai bulan yang mulia dan penuh berkah. Maka jika setahun diibaratkan sebagai bulan Ramadhan, kita diharapkan untuk memanfaatkan setiap hari dalam setahun dengan melakukan amal baik dan memperbaiki diri sebagaimana halnya dalam Ramadhan.


Kita jemput Idul Fitri esok di 1 Syawal 1445 H karena Ramadhan telah berpamitan dengan kita. Ramadhan mengungkap kepada kita, sambutlah takbir dengan menyempurnakan ibadah puasa kalian (QS Al-Baqarah: 185).


 وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ.


Artinya: Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.


Ayat tersebut mengandung pesan supaya kita dapat menjemput kedatangan Idul Fitri, sempurnakan ibadah puasa kita. Sambutlah Idul Fitri dengan Takbir (di malam takbiran) untuk mengagungkan Allah swt sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada-Nya.


Bagaimana kita menjemput idul fitri sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah? Menjelang Idul Fitri, kita dapat menjemputnya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Menyambut dengan bersih dan rapi bersihkan rumah dan diri sendiri sebagai tanda persiapan menyambut kedatangan Idul Fitri. Berpakainlah yang terbaik menurut kita.
  2. Menunaikan Zakat Fitrah. Sebelum Idul Fitri tiba, sebelum kita shalat Idul Fitri tunaikan zakat fitrah sebagai kewajiban untuk membantu sesama yang membutuhkan.
  3. Melaksanakan shalat Idul Fitri, jangan lupa makan dan minum sebelum shalat Id.
  4. Menyebarkan kebaikan dan menebar kasih saying. Berbagi kebahagiaan dengan keluarga, tetangga, dan orang-orang di sekitar dengan memberikan hadiah atau makanan, dan tebarkan kasih sayang dengan sesama kita dan umat agama lain.
  5. Memperbaiki hubungan. Memperbaiki hubungan dengan orang-orang di sekitar, memaafkan kesalahan, dan membangun kebersamaan yang harmonis sesama kita dan juga dengan umat agama lain.
  6. Menyampaikan ucapan selamat idul fitri. Mengucapkan selamat Idul Fitri kepada keluarga, teman, dan kenalan sebagai bentuk kebahagiaan dan rasa syukur bersama dalam merayakan hari yang suci ini, ‘Id al-mubarakah.


Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita dapat menjemput Idul Fitri dengan penuh rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.


KH Abdul Syukur, Dekan FDIK UIN Raden Intan dan Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung
 


Opini Terbaru