Songsong Generasi Emas 2045; Santri Harus Melek Literasi Digital
Selasa, 5 November 2024 | 20:00 WIB
Akhmad Syarief Kurniawan
Kontributor
Beberapa waktu lalu seluruh santri di Nusantara telah merayakan Hari Santri Nasional yang dikemas dalam bentuk refleksi seminar, workshop, lomba literasi, seremonial upacara, dan beragam kegiatan lainnya. Perayaan tersebut mengusung tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan”.
Zaman sekarang, istilah santri tidak hanya bagi mereka yang tinggal (mukim) di pesantren, tetapi seluruh Muslim yang telah menyemai benih-benih kebaikan, dimana dan kapan saja itu juga disebut santri, terkhusus jika warga NU adalah santri KH Hasyim Asyari. Di era Revolusi Industri 4.0 sekaligus era Society 5.0 ini santri juga harus melek atau cakap tanggap dengan konteks zaman, yakni dalam bentuk literasi digital sekaligus menyongsong generasi emas 2045.
Untuk menyongsong generasi emas tersebut, setidaknya santri memperbanyak literasi membaca, salah satunya membaca buku “Literasi Digital Santri Millenial, Buku Pegangan Santri Di Era Banjir Informasi” yang ditulis Abdulloh Hamid, alumnus Doktoral Universitas Negeri Malang, sekaligus alumni pondok pesantren Raudlatul Muta’allimin, Kudus.
Media sosial saat ini menjadi alat ampuh untuk kepentingan apa saja, tidak terkecuali untuk kepentingan dakwah. Siapa saja menguasai media sosial akan mempunyai banyak pengikut (followers) dan pengaruh (influence) yang bisa dimanfaatkan untuk semua hal, baik komersial maupun lainnya.
Kenapa santri penting untuk ikut meramaikan dakwah dunia media sosial / dunia maya? karena santri mempunyai sanand keilmuan yang tersambung (muttashil) sampai Rasulullah saw, sehingga kualitas keilmuannya otoritatif (diakui kealimannya).
Jika dulu para kiai berjihad mengorbankan darah dan air mata melawan penjajah, dan mempertahankan kemerdekaan, maka sudah saatnya di zaman sekarang, santri berjihad meramaikan media sosial dengan konten-konten agama yang berkualitas, bermanfaat, santun dan menyejukkan.
Pesantren maupun santri sendiri perlu menyiapkan diri menghadapi dunia digital yang sudah berkembang demikian pesat. Salah satu cara yang kiranya bisa dipakai oleh pesantren adalah pemanfaatan media. Media itu bisa berupa website, YouTube, Facebook (FB), Intagram (IG), dan lain sebagainya.
Secara sederhana, agar dakwah semakin masif maka setiap pesantren harus mempunyai website resmi dan seperangkat media sosial (medsos) lainnya. Website dan medsos tersebut diharapkan bisa digunakan sebagai media dakwah digital. Selain itu, website pesantren bisa digunakan untuk menyebarluaskan pengumuman resmi tentang pesantren tersebut, baik kegiatan sehari-hari maupun edukasi kepada publik.
Setelah memiliki perangkat medsos, perlunya juga selalu mengawasi dan membina para santri yang mengelola. karena, tidak semua informasi dalam literasi digital sejalan dengan nilai-nilai keislaman pesantren. Medsos harus selalu menampilkan Islam yang ramah, tengah-tengah, toleransi, adil dan humanisme.
Selain membahas tentang media sosial, dalam buku ini juga menyajikan definisi mendasar tentang santri dan pesantren.
Istilah santri dalam buku ini yang sering digunakan untuk orang yang mendalami agama Islam di pondok pesantren, mengalami perluasan makna. KH Mustofa Bisri mendefenisikan bahwa santri bukanlah yang mondok saja, tetapi siapapun yang berakhlak seperti santri, dialah santri.
Sedangkan menurut KH Sahal Mahfudz, pendiri pondok pesantren Maslakul Huda Pati, bahwa ada tiga karakteristik yang dimiliki santri.
Pertama, teguh dalam akidah. Akidah merupakan fondasi seorang mukmin dan di wilayah ini tidak mengenal kompromi, lakum dinukum waliyadin (bagimu agamamu, bagiku agamaku).
Kedua, toleran dalam hal syariah yang berhubungan dengan tuntunan sosial. Dalam bidang ini, santri dituntut kreatif dan mampu beradaptasi dengan lingkungan, seperti halnya dakwah Walisongo yang mampu berinovasi secara lembut dan mengajak masyarakat tanpa tahu diajak.
Ketiga, memiliki dan dapat menerima sudut pandang yang beragam terhadap suatu permasalahan sosial. Sebab, orang yang mempunyai sudut pandang yang luas akan bijaksana dan tidak suka menyalahkan orang lain.
Sedangkan pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki akar budaya yang kuat di masyarakat. Di sini lah santri mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan, sekaligus ahli ilmu agama Islam (tafaqquh fiddiin). Pesantren juga memiliki peranan yang penting dalam dunia pendidikan, antaralain peranan instrumental, peranan keagamaan, peranan memobilisasi masyarakat, perananan pembinaan mental dan keterampilan.
Abdulloh Hamid, mengklasifikasikan pondok pesantren di Indonesia ada lima kategori, pertama, pondok pesantren mu’adalah (penyeteraan). Kedua, pondok pesantren modern. Ketiga, pondok pesantren berma’had ‘aly. Keempat, pondok pesantren yang mempunyai perguruan tinggi. Kelima, pondok pesantren tahfiz Al-Quran.
Buku Literasi Digital Santri Millenial ini bisa dijadikan sebagai pegangan santri, pengamat/peneliti media, akademisi komunikasi media, praktisi literasi, mahasiswa, dan lain-lain, khususnya santri millennial untuk belajar bersama menerima, mengolah, hingga menyebarkan informasi dari dunia digital yang derasnya makin tak terbendung. Sudah saatnya santri turut serta dan ambil peran demi terwujudnya Islam yang damai nan membawa rahmat diseluruh penjuru dunia.
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesi periode 2019-2024, Kabinet Indonesia Maju, Hj Ida Fauziyah, dalam sambutannya pada buku ini menyampaikan, buku ini memperkaya khazanah literasi digital, sekaligus bermanfaat bagi para pembaca serta siapa saja yang peduli pada perbaikan kualitas produksi dan konsumsi informasi di berbagai media digital pada era “internet of things” dewasa ini. Sebab kalau diabaikan perkembangan ini bakal berpotensi mendegradasi sisi-sisi kebajikan umat manusia, sebagaimana diutarakan seorang ahli cyber crime, Marc Goodman, ia menyampaikan, “humanity is fully dependent on the internet”; kemanusiaan saat ini sepenuhnya tergantung pada internet.
IDENTITAS BUKU:
Judul : Literasi Digital Santri Millenial Buku Pegangan Santri Di Era Banjir Informasi
Penulis : Abdulloh Hamid
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia Building
Tahun Terbit : September, 2021
Nomor ISBN : 978-623-00-2602-7
Tebal : xxii + 195 Halaman
PERESENSI : Akhmad Syarief Kurniawan, Peneliti LTN NU
Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Terpopuler
1
Ratusan Rumah Terdampak Banjir, Muslimat NU Lampung Berikan Bantuan bagi Warga Korban Banjir
2
Hujan Deras Berjam-jam di Bandar Lampung, Sebabkan Banjir Berbagai Wilayah
3
Ansor-Banser Lampung Timur Gelar Aksi Peduli Kemanusiaan pada Warga Banjir Way Bungur
4
Nakhoda Baru Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Ma'arif Lampung, Fikri Muzaki Siap Majukan Ormawa
5
Dalam Islam, Wafat karena Terbakar Termasuk Syahid
6
Jelang Pelantikan, Konsolidasi Pengurus Pusat Kamilah Wujudkan Daya Saing dan Kemajuan Alumni
Terkini
Lihat Semua