Literasi

Lima Hubungan NU dengan Ideologi Pancasila

Selasa, 1 Oktober 2024 | 12:30 WIB

Lima Hubungan NU dengan Ideologi Pancasila

Ilustrasi NU dan Pancasila. (Foto: NU Online)

Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap 1 Oktober di Indonesia. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang kekuatan Pancasila sebagai dasar negara, terutama dalam menghadapi ancaman ideologi lain yang mencoba menggantikan Pancasila, seperti yang terjadi pada peristiwa G30S/PKI (Gerakan 30 September oleh Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965.


Pada peristiwa tersebut, beberapa jenderal TNI dibunuh dalam usaha kudeta yang diduga dipimpin oleh PKI. Namun, usaha tersebut berhasil digagalkan, dan Pancasila tetap teguh sebagai dasar negara Indonesia. 


Oleh karena itu, Hari Kesaktian Pancasila menjadi simbol peringatan bahwa Pancasila adalah ideologi yang tidak dapat digantikan dan menjadi landasan persatuan bangsa.


Setiap tahunnya, peringatan Hari Kesaktian Pancasila diisi dengan upacara di berbagai tempat, termasuk di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta. Pancasila sebagai ideologi negara, dalam penyusunan dan deklarasinya tidak terlepas dari beberapa tokoh pergerakan kemerdekaan dan beberapa organisasi masyarakat (ormas) yang berhaluan NKRI, salah satunya ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).


Hubungan Nahdlatul Ulama dengan Pancasila sangat erat, mengingat NU sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia telah lama mendukung dan mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sah. 


Nahdlatul Ulama yang didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya, memiliki tujuan menjaga dan melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah serta membela kepentingan umat Islam Indonesia. 


Selain itu juga, NU berperan penting dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial, politik dan budaya, serta memiliki pengaruh besar dalam perkembangan masyarakat Indonesia, salah satunya mengakui dan menyebarluaskan Pancasila kepada khalayak publik.


Berikut beberapa poin penting dalam hubungan NU dan Pancasila:


Pertama, Penerimaan Pancasila sebagai Dasar Negara

NU secara tegas mendukung Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. NU memandang bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan merupakan bentuk konsensus nasional yang dapat mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dengan latar belakang agama, suku, dan budaya yang beragam.


Kedua, Pancasila sebagai Wujud Islam Moderat

NU mempromosikan Islam yang moderat, inklusif, dan toleran. Prinsip-prinsip ini selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Persatuan Indonesia. Pancasila dianggap sebagai instrumen penting untuk menjaga keharmonisan sosial dan kebhinnekaan.


Ketiga, Peran dalam Pembentukan Pancasila

Tokoh-tokoh dari NU turut berperan dalam perumusan Pancasila dan pembentukan UUD 1945. Salah satu tokoh penting dari kalangan NU yang berkontribusi adalah KH Wahid Hasyim, yang merupakan ayah dari Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). NU turut memastikan bahwa Pancasila bisa diterima oleh umat Islam tanpa harus mengesampingkan ajaran agama.


Keempat, Bela Negara dan Nasionalisme

NU menekankan pentingnya nasionalisme dan cinta tanah air sebagai bagian dari iman. Pancasila dilihat sebagai landasan yang bisa menjaga keutuhan bangsa dan mencegah fragmentasi sosial yang dapat memicu konflik antar golongan. Dalam berbagai kesempatan, NU juga selalu mengingatkan umatnya untuk setia kepada negara dan mempertahankan ideologi Pancasila.


Kelima, Penguatan Nilai-nilai Kebangsaan

Organisasi NU, melalui berbagai program pendidikan dan dakwahnya, berupaya menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat. Ini tercermin dalam kegiatan keagamaan dan sosial NU yang mengedepankan persatuan, gotong royong, dan kebersamaan.


Dengan demikian, hubungan NU dan Pancasila dapat digambarkan sebagai kemitraan yang saling mendukung dalam menjaga stabilitas dan keutuhan bangsa, di mana NU secara konsisten mengawal implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Â