• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 19 Maret 2024

Literasi

Diskusi Buku Sejarah dan Pertumbuhan NU di Lampung, Awali Kuliah Ramadhan Klasika

Diskusi Buku Sejarah dan Pertumbuhan NU di Lampung, Awali Kuliah Ramadhan Klasika
Ila Fadilasari saat memaparkan sejarah dan pertumbuhan NU di Lampung
Ila Fadilasari saat memaparkan sejarah dan pertumbuhan NU di Lampung

Bandar Lampung, NU Online Lampung
Diskusi buku Sejarah dan Pertumbuhan NU di Lampung mengawali kegiatan Kuliah Ramadhan (Kurma) Kelompok Studi Kader (Klasika) yang digelar dalam empat kali pertemuan. Acara yang digelar pada Ahad (17/4/2022) petang itu menghadirkan penulis buku, Ila Fadilasari sebagai narasumber.

 

Dalam Kurma yang disiarkan langsung melalui akun sosial media facebook dan instagram Klasika itu, Ila Fadilasari memaparkan bahwa NU di Lampung mulai didirikan pada tahun 1933, di daerah Tanjungraja, yang sekarang masuk dalam Kabupaten Lampung Utara. Itu artinya, tak lama setelah NU secara nasional berdiri, pada 31 Januari 1926.

 

“Inisiatornya adalah seorang kiai yang merupakan murid langsung dari Hadratussyekh Hasyim Asyari. Namun para pengurus NU cabang tersebut adalah para ulama dan tokoh masyarakat setempat,” kata Ila, yang merupakan Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PWNU Lampung itu.

 

Dari Tanjungraja, sambungnya, NU kemudian didirikan di lima cabang lainnya, yaitu Menggala, Telukbetung, Krui, Sukadana, dan Kataagung.

 

Menanggapi pertanyaan seorang peserta diskusi, apakah ada penolakan atau tarik menarik dalam proses pendirian NU tersebut, Ila yang merupakan mantan jurnalis Majalah Tempo itu mengatakan, dalam bukunya tersebut diungkapkan bahwa pernah terjadi sebuah peristiwa yang disebut Debat Akbar 1936. 

 

“Debat itu amat berkesan bagi masyarakat setempat. Meski kejadiannya sudah lama, namun bila ada yang datang ke Tanjungraja, mereka pasti mengungkapkan peristiwa debat yang berlangsung selama 7 hari dan 7 malam itu,” kata Ila.

 

Debat itu melibatkan kelompok masyarakat yang setuju dengan NU dan tidak. Pada hari terakhir debat, ulama tersohor dan salah satu pendiri NU, Kiai Wahab Hasbullah, bahkan hadir ke Tanjungraja.

 

Ila mengatakan, bila melihat penyebaran dan pendirian NU di masa lampau, banyak hal yang perlu menjadi pelajaran bagi generasi muda NU saat ini. Bagaimana para orang tua dan kiai pada masa lalu begitu gigihnya, dalam semua keterbatasan zaman, baik komunikasi maupun transportasi. Berkat kerja keras merekalah diantaranya, NU di Lampung bisa tumbuh subur dan saat ini sudah menyebar di semua lini kehidupan.

 

“Saat ini, pada usianya yang sudah hampir satu abad, warga NU sudah mengalami yang namanya mobilitas vertikal. NU sudah berkembang pesat dengan jejaring pesantren, sekolah, dan universitas di seluruh Indonesia. NU bahkan sudah mewujudkan amanah keumatannya di bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan,” kata Ila dalam diskusi yang  dihadiri para penggiat Klasika tersebut.

 

Selain Ila, pemateri Kurma Klasika adalah Ari Pahala Hutabarat yang akan menyampaikan materi Seni Sakral dan Seni Profan pada Jumat 22 April 2022, Ahmad Mudzakki yang menyampaikan materi Seni Etnopedagogi dalam Falsafah Piil Pesenggiri pada Sabtu 23 April 2022, dan Chepry Hutabarat dengan materinya Modernisme dan Desakralisasi Paradigma pada pertemuan terakhir, 24 April 2022.

 

Sementara Direktur Klasika, Ahmad Mufid dalam sambutannya mengatakan, Kuliah Ramadhan merupakan salah satu upaya Klasika untuk menciptakan ruang publik yang sehat dan bersih. Kita tahu ruang publik saat ini begitu riuh, penat, sumpek, dan susah sekali mendapatkan hal-hal yang menarik, kecuali sesuatu yang sifatnya seremonial belaka.

 

Ruang publik begitu gaduh dengan isu perpecahan, yang membuat kita tidak bisa menjumpai sisi lain yang positif. Upaya Klasika untuk mengetahui identitas diri maupun kelompok, sehingga bisa menentukan apa yang hendak diperbuat. 

 

“Atas dasar pemikiran itu, diskusi buku sejarah NU di Lampung ini sangat penting, untuk mengenali identitas dan siapa kita sebagai generasi muda NU, sehingga kita bisa menentukan apa yang dapat diperbuat dalam rumah besar kita ini, sesuai dengan tema besar Kurma tahun ini, yaitu Ngaji Postkolonial, Merawat Jalan Pulang,” katanya. 

(Dian Ramadhan)


Literasi Terbaru