• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Peringatan Hari Santri dan Jihad Era Saat Ini

Khutbah Jumat: Peringatan Hari Santri dan Jihad Era Saat Ini
Khutbah Jumat: Peringatan Hari Santri dan Jihad Era Saat Ini. (Ilustrasi foto: NU Online)
Khutbah Jumat: Peringatan Hari Santri dan Jihad Era Saat Ini. (Ilustrasi foto: NU Online)

Khutbah ini menjelaskan mengenai Hari Santri yang menghormati dan mengenang peran penting para ulama terdahulu dalam memerdekakan bangsa Indonesia. 


Peringatan Hari Santri didasari atas perintah resolusi jihad KH Hasyim Asy’ari untuk menggerakkan seluruh elemen bangsa terutama para ulama dan santri untuk mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer Belanda jilid dua yang membonceng Sekutu. 


Jihad Santri era saat ini juga menegaskan santri terus berkontribusi aktif dalam memajukan negeri. Makna jihad secara kontekstual tidak selalu identik dengan berperang angkat senjata, sebagaimana dilansir dari NU Online.


Khutbah I


الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ   


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt, dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.   


Kaum Muslimin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah, 

Peringatan Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober merupakan momen Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari mencetuskan fatwa Resolusi Jihad. Resolusi Jihad itulah yang menggerakkan seluruh elemen bangsa terutama para ulama dan santri untuk mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer Belanda jilid dua yang membonceng Sekutu. 


Hingga pada puncaknya terjadilah pertempuran yang luar biasa di Surabaya pada 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.   


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, para ulama dan santri berjihad dengan sinaan (senjata). Setelah kemerdekaan berhasil direbut dan dipertahankan, maka saatnya kini para santri berjihad dengan bayaan (menyebarluaskan ilmu). Marilah kita teladani Kiai Hasyim yang bukan hanya pejuang kemerdekaan tapi juga pejuang ilmu dan keaswajaan. 


Pondok Pesantren Tebuireng adalah bukti otentik dari jihaad bil bayaan yang beliau lakukan. Bentuk lainnya adalah puluhan karya tulis dalam berbagai bidang keilmuan Islam yang menjelaskan tentang ajaran dan nilai keislaman terutama keaswajaan dan ke-NU-an.   


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Dalam khutbah yang singkat ini, khatib akan menguraikan secara singkat beberapa butir pemikiran Kiai Hasyim Asy’ari tentang keaswajaan yang kami rangkum dari berbagi karya tulis beliau. Dengan mengetahui beberapa pemikiran Kiai Hasym, diharapkan kita dapat melanjutkan perjuangan keilmuan dan keaswajaan beliau.   


Pertama, Kiai Hasyim Asy’ari menegaskan aqidah tanziih, yakni bahwa Allah tidak menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya, Allah bukan benda dan Mahasuci dari sifat-sifat benda, Allah tidak menempati tempat dan arah, serta tidak berlaku bagi-Nya peredaran masa.   


Kedua, beliau menjelaskan kebolehan bertawasul dengan orang-orang shalih seperti para nabi, ahlul bait, dan para wali, baik ketika mereka masih hidup ataupun sesudah meninggal, bahkan beliau sendiri sering bertawassul dalam karya-karyanya.   


Ketiga, beliau juga menegaskan bahwa melakukan perjalanan untuk ziarah ke makam Nabi Muhammad saw, adalah termasuk sunnah yang disepakati oleh umat Islam dan perbuatan taat yang sangat agung serta memiliki keutamaan yang sangat dianjurkan. Beliau juga menganjurkan agar peziarah bertabarruk dengan melihat raudhah dan mimbar Nabi.   


Keempat, KH Hasyim Asy’ari juga menegaskan kewajiban bermazhab bagi seseorang yang bukan mujtahid mutlak meskipun telah memenuhi sebagian syarat-syarat ijtihad. Mazhab yang bisa diikuti pada dasarnya adalah mazhab siapa pun asalkan pendirinya adalah seorang mujtahid mutlak. Karena memang para ulama mujtahid mutlak bukan hanya pendiri mazhab empat seperti Sufyan ats-Tsauri, Sufyan bin ‘Uyainah, Ishaq ibn Rahawaih dan lainnya. 


Namun KH Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa sekelompok ulama mazhab Syafi’i menyatakan tidak boleh bertaklid kepada selain imam mazhab empat karena beberapa alasan teknis. Oleh karenanya orang yang keluar dari mazhab empat di zaman sekarang termasuk kelompok ahli bid’ah (mubtadi’ah).   


Kelima, dalam menyikapi perbedaan pendapat antara empat mazhab dan perbedaan dalam intern mazhab Syafi’i, Kiai Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa hal tersebut lumrah. Sudah maklum bahwa ikhtilaf (perbedaan) dalam furu’ telah terjadi di antara para sahabat Rasulullah. Mereka tidak pernah saling menyesatkan.   


Keenam, KH Hasyim Asy’ari juga mengikuti mayoritas ulama yang membagi bid’ah menjadi bid’ah wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah. Beliau menegaskan bahwa menggunakan tasbih, melafalkan niat (membaca ushalli), talqin mayit, sedekah untuk mayit, tahlilan, ziarah kubur, dan semacamnya adalah bid’ah yang baik, bukan bid’ah yang sesat.   


Ketujuh, menurut Kiai Hasyim, para pelaku bid’ah (al-mubtadi’uun) muncul di Indonesia pada sekitar tahun 1330 H. Ahli bid’ah tersebut menurut beliau terbagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut: Para pengikut Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi (pendiri Wahhabi), Ibnu Taimiyah dan kedua muridnya Ibnul Qayyim dan Ibnu Abdil Hadi Kelompok Rafidhah, yaitu mereka yang menolak kekhilafahan sayyidina Abu Bakr dan melampaui batas dalam mencintai Sayyidina Ali dan ahlul bait. 


Kelompok Ibaahiyyuun, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa jika seseorang telah mencapai derajat tinggi dalam ibadah, maka boleh baginya meninggalkan kewajiban dan melakukan perkara haram. 


Para penganut paham reinkarnasi para penganut paham huluul dan ittihaad, yaitu kelompok yang meyakini bahwa Allah menempati sebagian makhluk-Nya dan kelompok yang meyakini bahwa Allah bersatu dengan alam. Menurut Kiai Hasyim, lima kelompok di atas bukanlah golongan yang benar sehingga wajib diwaspadai dan dijauhi.   


Kedelapan, dalam Muqaddimah al-Qaanuun al-Asaasi Li Jam’iyyah Nahdhatil Ulamaa’, setelah menjelaskan tentang pentingnya persaudaraan, persatuan, guyub rukun, bekerja sama dan saling tolong menolong dan bahaya perpecahan, KH Hasyim mengingatkan para ulama mazhab empat akan bahaya golongan-golongan yang menyimpang yang telah berkonsolidasi dalam berbagai perkumpulan dan menyebutkan beberapa hadits dan atsar tentang hal itu. 


Salah satu hadits yang beliau sebutkan:


قَالَ رَسُـوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :إِذَا ظَهَرَت الفِتَنُ وَالبِدَعُ وَسُبَّ أَصْحَابِيْ فَلْيُظْهِرِ العَالِمُ عِلْمَهُ، فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ (أخرجه الخطيب البغدادي  


Artinya: Jika muncul berbagai fitnah, bid’ah dan para sahabatku dicaci maka hendaklah seorang ulama menampakkan ilmunya (menjelaskan dan menyebarkannya kepada masyarakat), jika ia tidak melakukannya maka ia terkena laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya (HR al-Khathib al-Baghdadi).   


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.  


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  


Khutbah Terbaru