• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Warta

PWNU Lampung Ikuti Apel Nasional Hari Santri di Pesantren Madarijul Ulum

PWNU Lampung Ikuti Apel Nasional Hari Santri di Pesantren Madarijul Ulum
Pengurus PWNU Lampung mengikuti Apel Nasional Hari Santri 2022 di Pesantren Madarijul Ulum
Pengurus PWNU Lampung mengikuti Apel Nasional Hari Santri 2022 di Pesantren Madarijul Ulum

Bandar Lampung, NU Online Lampung
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung  mengikuti Apel Nasional Hari Santri 2022 yang digelar oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) secara offline dan online dari Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Sabtu (22/10/2022) pagi.

 

Pengurus PWNU Lampung bersama Badan Otonom dan Lembaga mengikuti apel dari lapangan Pondok Pesantren Madarijul Ulum, di Kelurahan Batu Putuk,  Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung. 

 

Diantara pengurus PWNU yang hadir adalah Wakil Rais Syuriyah KH Ihya Ulumuddin, Pejabat Ketua PWNU Lampung  Prof Wan Jamaluddin, Wakil Ketua PWNU Lampung H Achmad Farich, Bendahara Puji Raharjo, Wakil Sekretaris Mashuri dan Hayatul Islam. Apel juga diikuti oleh 400-an santri Pesantren Madarijul Ulum.

 

Apel berlangsung mulai pukul 06.50 hingga 07.30 WIB dengan pembina upacara Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. Dalam amanatnya Gus Yahya menyampaikan bahwa para santri merasa bangga karena pemerintah menjadikan peristiwa Resolusi Jihad sebagai Hari Santri Nasional.

 

“Namun rasa bangga itu tidak boleh membuat para santri merasa berhak untuk menuntut balas jasa dari jasa pendahulunya. Jangan sampai santri hari ini merasa punya hak lebih dari yang lain hanya karena jasa-jasa besar para pendahulunya,” katanya.


Gus Yahya menyatakan, generasi hari ini hanya mungkin bisa mulia apabila  mampu mempersembahkan jasa yang mulia untuk bangsa dan negara yang kita cintai ini.  Lebih dari itu, santri juga tidak boleh menjadi identitas kesuku-sukuan yang statis, menjadi kelompok yang eksklusif, yang hanya berpikir untuk diri sendiri saja.

 

“Santri tidak boleh hanya menjadi kelompok yang menuntut, tapi santri harus menjadi kader-kader yang dinamis yang terus bergerak, melayani, dan terus mempersembahkan yang terbaik untuk bangsa yang kita cintai ini,” tegasnya.


Apel nasional yang digelar secara hibryd itu diikuti oleh PWNU dan PCNU seluruh Indonesia dari daerah mereka masing-masing. Ada 528 titik lokasi yang menggelar apel serentak itu dan diikuti oleh lebih dari setengah juta santri di Tanah Air. (Ila Fadilasari)


Warta Terbaru