• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Warta

Tidak Semua Makna Kullu Bid’atin Itu Semuanya Sesat

Tidak Semua Makna Kullu Bid’atin Itu Semuanya Sesat
Ngaji Ahad Kliwon Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Al Hikmah Bandar Lampung (Foto: Istimewa)
Ngaji Ahad Kliwon Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Al Hikmah Bandar Lampung (Foto: Istimewa)

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Tidak semua makna redaksi hadits dari kullu bid’atin menunjukkan kesemuanya menjadi sesat atau keliru. 


Hal tersebut sebagaimana disampaikan Kiai Abdul Basith dalam acara pengajian rutin Ahad Kliwon Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Pondok Pesantren Al Hikmah Bandar Lampung di Aula Utama Pesantren, Kedaton, Ahad (14/5/2023). 


“Justru kata kullun bisa bermakna sebagian. Hal ini sesuai dengan kaidah ilmu mantik, bahwa adakalanya kata kullun bermakna sebagian,” ujarnya.


Ia mengatakan, seperti yang tercantum di dalam Al-Qur’an, wa kana wa ra ahum ya’khudzu kulla safinatin ghashba yang artinya dan di hadapan mereka ada raja yang akan merampas ‘setiap perahu’.


“Arti setiap perahu di atas bermakna sebagian, yaitu raja hanya akan mengambil setiap perahu yang bagus saja, tidak semua perahu,” ungkapnya.


Menurut Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bandar Lampung itu, jika orang tidak bisa memahami makna Al-Qur’an dan Hadits dengan benar, maka akan membuat kesimpulan yang salah. 


“Jika seseorang memaknainya keliru maka hasilnya pun akan keliru. Jika semua kullun sesat, maka semua yang ada sekarang ini (modern) banyak sesatnya,” katanya.


Kiai Basith juga menegaskan sebenarnya tidak hanya golongan yang suka membid’ahkan yang hapal hadits ini (Kullu bid’atin dlolalah, wakullu dlolalah fin Nar). 


“Bukan hanya golongan mereka yang hapal redaksi ini, kita yang NU dan kiai-kiai NU bukan hanya hapal tapi juga paham makna dari setiap dalil,” katanya. 


Ia melanjutkan, ilmu seperti ini wajib disampaikan dan diajarkan, karena tidak semua orang paham dengan makna redaksi tersebut. 

(Yudi Prayoga)
 


Warta Terbaru