• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Warta

4 Kunci Kesuksesan Santri Menurut Kakanwil Kemenag Lampung

4 Kunci Kesuksesan Santri Menurut Kakanwil Kemenag Lampung
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung Puji Raharjo. (Foto: Istimewa)
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung Puji Raharjo. (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online Lampung
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung Puji Raharjo menyebut 4 sikap yang harus dimiliki oleh seorang santri untuk dapat mencapai kesuksesan. Ke empat hal tersebut adalah communication, critical thinking, creativity, dan collaboration.


Communication atau kemampuan komunikasi menurut Puji merupakan keterampilan yang sangat berharga di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.


"Berkomunikasi merupakan kegiatan mentransfer informasi, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi merupakan hal penting dalam peradaban manusia," jelasnya saat melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Darul Ishlah Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang pada Rabu (31/8/2022).


Kemudian lanjutnya, Critical Thinking adalah keterampilan berpikir kritis yang merupakan keterampilan fundamental pada pembelajaran di abad ke 21.


"Kemampuan/keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis informasi yang dapat diajarkan, dilatihkan dan dikuasai," jelasnya dikutip dari laman Kemenag Lampung.


Selanjutnya creativity atau kreativitas lanjutnya, merupakan kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.


Sementara sikap terakhir adalah collaboration atau kolaborasi yakni berkenaan dengan kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan hal baru.


"Kolaborasi dan kerjasama tim dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di dalam pondok, antar pondok, dan di luar pondok," jelasnya.


Dalam artikel NU Online berjudul Peran Santri Wujudkan Indonesia Emas 2045 ditegaskan bahwa santri di era saat ini tidak hanya mencukupkan diri untuk mendalami ilmu agama. Tanpa menafikan hal tersebut, para santri juga harus mulai merambah bidang keilmuan lainnya guna menebar kemanfaatan dan kemaslahatan di berbagai sektor.


Hal ini sudah mulai diterapkan dengan kemunculan sekolah-sekolah kejuruan di berbagai pesantren. Mereka mendapatkan pengetahuan agama di pondok dan pengetahuan kejuruan di sekolah. Maka tak aneh jika bermunculan santri yang tidak saja ahli di bidang keagamaan, namun juga bidang pengetahuan umum lainnya.


Cita-cita ini sebetulnya sudah sejak lama diidam-idamkan oleh KH Abdul Wahid Hasyim. Ia tidak ingin mendikotomikan antara ilmu pengetahuan agama dan umum sehingga keduanya tersekat. Tak ayal, sejak awal ia telah membentuk sekolah di Pondok Pesantren Tebuireng yang diasuh oleh ayahnya itu, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, yang tidak saja mengajarkan pengetahuan agama dan bahasa Arab, tetapi juga mengajarkan berbagai bahasa dunia, seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. (Muhammad Faizin)


Editor:

Warta Terbaru